fbpx
Connect with us

Sosial

Belajar Kesenian Tradisional Jawa Nan Adiluhung Yang Digabungkan Dengan Pendidikan Karakter di Pendopo Seni Omah Obah

Diterbitkan

pada

BDG

Ponjong, (pidjar.com)–Pendopo Seni Omah Obah yang beralamat di Padukuhan Ngampel, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong bisa dibilang menjadi salah satu harapan warga Gunungkidul dalam pelestarian budaya. Selama beberapa waktu terakhir, sanggar ini memang menjadi tempat berlatih dan mengenal budaya untuk para anak-anak.

Setiap harinya, puluhan anak usia sejak PAUD hingga SMP belajar kesenian Jawa seperti menari, jathilan, reog, karawitan hingga kethoprak dan wayang. Di rumah limasan sederhana itulah anak-anak dibentuk karakternya menjadi pribadi yang tak hanya sekedar melakukan saja, namun juga faham betul adat tradisi Jawa yang adiluhung. Uniknya, pengelola Pendopo Seni Omah Obah sama sekali tidak memungut biaya sepeser pun dari 76 anak yang sekarang menjadi didikannya tersebut.

“Syarat untuk menjadi siswa disini ada 3 yakni, siap latihan rutin, siap untuk diatur dan siap untuk tidak pentas. Hanya dengan cara itu saya sebagai trainer character building bisa membentuk jiwa dan karakter anak-anak ini menjadi sosok berbudi pekerti luhur,” tutur Lilik Wysa (34), pemilik Pendopo Seni Omah Obah, Sabtu (02/02/2019).

Bersama dengan Tisa Nur Cahyani, istrinya, Lilik Wysa bahu membahu menanamkan budaya yang Jawa yang sesungguhnya kepada anak-anak. Menurut Lilik, budaya Jawa memang sangat adiluhung karena juga disertai dengan pendidikan karakter lewat kesenian. Lilik mengajar performance seperti menabuh gamelan, sementara Tisa mengajar seni tarinya. Dari hasil interaksi rutin itulah pasangan suami istri ini bisa menanamkan nilai-nilai adat tradisi Jawa kepada anak didiknya.

Berita Lainnya  Catatan Revalidasi Geopark Gunungsewu, Pengelola Goa Pindul Dinilai Tak Perhatikan Konservasi

“Di sini anak-anak itu kita ajar unggah ungguh misalnya yang muda harus memanggil mas atau mbak kepada yang lebih tua. Dan yang tua memanggilnya dik, kepada orang tuapun mereka kita tanamkan wajib berbahasa kromo inggil. Jika sudah bisa kromo inggil baik kepada ibu bapaknya, maka kita anggap naik kelas,” tambahnya.

Sebagai seorang trainer motivator, Lilik Wysa sering diundang berbagai dinas dan instansi untuk berceramah. Dalam kesempatan itulah biasanya Lilik mengajak anak-anak didiknya dari Omah Obah untuk mentas bersama. Ceramah motivasi diselingi fragmen, theater bahkan kadang kethoprak untuk menyisipkan pesan-pesan moral. Tak pelak upaya Lilik kemudian mendapatkan perhatian dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul maupun Provinsi DIY.

Berita Lainnya  Harga Tanah di Sisi Selatan Gunungkidul Naik 6 Kali Lipat

“Walaupun usia Pendopo Seni Omah Obah belum genap 3 tahun berdiri, namun tepat setahun kemarin kita sudah mengantongi SKOK (Surat Keterangan Organisasi Kesenian) dari Dinas Kebudayaan. Bahkan pada November 2018 kemarin mendapatkan seperangkat gamelan dari Kementerian Sosial, maka hari ini semua potensi kita pentaskan dalam satu frame untuk memperingati ulang tahun yang pertama,” jelasnya.

Untuk itulah seluruh elemen Omah Obah hari ini bahu membahu menampilkan yang terbaik di atas panggung. Mulai dari sendratari, jathilan, wayang kulit hingga wayang orang dipentaskan dalam satu kesempatan. Selain ditonton ribuan penonton, anak-anak Omah Obah juga sukses memukau tamu undangan seperti CB Supriyanto hingga Mayor Chb Sunaryanta dan rombongan.

Berita Lainnya  Tambahan Kasus Positif Covid19 di Gunungkidul, Perempuan Berusia 34 Tahun

Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, CB Supriyanto S.IP,mengapresiasi tinggi upaya yang dilakukan Pendopo Seni Omah Obah yang berupaya nguri-uri kebudayaan dengan cara yang berbeda dibandingkan kelompok kesenian yang lain. Hal ini disebutkan CB Supriyanto menjadi modal besar bagi terus berkembangnya dan lestarinya budaya tradisional di Gunungkidul.

“Lestari atau tersingkirnya budaya kita yang adi luhung tergantung dari upaya kita juga. Nah satu sisi menarik di sini Omah Obah mampu mengkolaborasi antara kesenian dengan pendidikan karakter anak. Jadi ini layak dikembangkan dan dicontoh oleh penggiat seni lainnya,” tegas CB Supriyanto.

Sementara itu sebagai bapak asuh dari Omah Obah, Mayor Chb Sunaryanta menyatakan kehadirannya tidak ada kaitannya dengan politik. Semuanya murni sebagai ajang silaturahmi sekaligus memberikan support bagi anak-anak Omah Obah agar bisa berkreasi secara lebih baik lagi.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler