fbpx
Connect with us

Sosial

Angka Pengangguran Makin Tinggi, Gunungkidul Tempati Peringkat Kedua Tingkat Pengangguran Terbanyak se-DIY

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Tingkat pengangguran di Kabupaten Gunungkidul dinilai mengalami penurunan saat musim panen seperti sekarang ini. Namun demikian, usai masa panen selesai, jumlah pengangguran diperkirakan akan kembali naik. Dari data yang ada, angka pengangguran di Gunungkidul menempati peringkat kedua setelah Kabupaten Kulonprogo.

Kepala Seksi (Kasi) Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul, Paulus Hendri Laksono mengatakan, tingkat pengangguran terbuka dari 100 orang usia bekerja di Kabupaten Gunungkidul ada dua orang yang tidak bekerja. Angka tersebut dinilai fluktuatif tergantung situasi dan kondisi di Gunungkidul.

“Saat musim panen tiba angka pengangguran cenderung menurun. Karena banyak dari mereka membantu orang tuanya di ladang atau menanami komoditas pertanian milik sendiri. Tapi kemarin saat menunggu panen, angkanya meningkat,” ujar Hendri, Senin (25/02/2019).

Lebih lanjut ia paparkan, secara umum, angka pengangguran di Gunungkidul masih berada di posisi kedua atau berada di bawah Kabupaten Kulonprogo. Berdasarkan data BPS, pada 2017 jumlah pengangguran terbuka berjumlah 7.085 orang, di mana 3.223 orang didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sedangkan pada 2018 jumlah pengganguran tercatat meningkat menjadi 9.249 orang.

Berita Lainnya  Jalur Wisata Diperkirakan Macet Selama Libur Nataru, Wakil Bupati Minta Wisatawan Sabar

“Terjadi kenaikan angka pengangguran sebanyak 2.164 orang. Tapi kita tergolong rendah jika di tingkat nasional,” ujar dia.

Sementara itu, Sekretaris Dinas (Sekdin) Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker) Gunungkidul, Gatot Imam Suroyo membenarkan jika jumlah pengangguran di Gunungkidul cukup tergantung pada musim panen. Di saat menunggu panen itulah Disnaker berupaya memberdayakan orang-orang yang belum bekerja untuk kemudian bisa tetap produktif.

“Kami adakan program padat karya infrastruktur berupa jalan di delapan desa tahun ini,” kata Gatot.

Menurutnya program padat karya tersebut merupakan program substitusi. Untuk Gunungkidul, biasanya padat karya dilakukan selama 18 hari.

“Tentunya mereka mendapat upah. Di sisi lain, Disnaker Gunungkidul mempunyai Lembaga Pelatihan Kerja (LPK). Serta Balai Latihan Kerja (BLK) yang mengajarkan dan memberikan ketrampilan kerja, khususnya untuk murid SMK,” pungkas dia.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler