Sosial
Menapaki Penjarahan Gunung Sewu, Perusakan Karst Atas Nama Industri






Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Menyikapi semakin banyaknya pembangunan di wilayah karst di Gunungkidul, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta menggelar pameran yang bertajuk Menapaki Penjarahan Gunung Sewu. Pameran yang berlangsung dari tanggal 3 Februari 2022 hingga 10 Februari ini menggambarkan massifnya perubahan bentang alam karst yang diakibatkan oleh pembangunan serta ancaman yang akan ditimbulkan bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Kepala Divisi Advokasi Kawasan Walhi Yogyakarta, Himawan Kurniadi, menyampaikan, Gunungkidul dianugerahi kawasan karst yang memiliki fungsi penting dalam ketersediaan air bawah tanah. Air yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat Gunungkidul melalui PDAM Tirta Handayani merupakan hasil kerja dari sistem karst itu sendiri. Sehingga ketika karst ini dirusak, dapat mempengaruhi ketersediaan air bawah tanah di Gunungkidul.
“Sumber air bawah tanah di Gunungkidul yang dimanfaatkan itu kan ada di Bribin, Seropan, dan Baron, nah itu karena sistem sungai bawah tanah karst. Kalau karst sebagai penangkap airnya dirusak, ya bisa saja air di sungai bawah tanahnya berkurang,” ucap Himawan, Jumat (04/02/2022) siang.
Menurutnya, ancaman terbesar kawasan ekosistem karst di Gunungkidul saat ini ialah industri ekstraktif. Selain itu ancaman yang muncul juga berasal dari aktivitas manusia seperti pembukaan perkebunan monokultur dengan skala luas, industri pariwisata, dan industri lainnya yang tidak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
“Bisa dilihat bagaimana wilayah karst di wilayah selatan Gunungkidul yang seharusnya dilindungi itu rusak akibat pembangunan JJLS ataupun wisata buatan yang merubah bentang alam karst,” imbuhnya.







Ia menambahkan, wilayah karst Gunungkidul merupakan salah satu isu penting untuk diperhatikan dengan serius mengingat perkembangan pariwisata di Gunungkidul yang pesat dan berpotensi merusak kawasan karst itu sendiri. Pemerintah Gunungkidul sendiri seharusnya menyadari tentang pentingnya peran karst bagi kehidupan manusia sehingga tidak terburu-buru dalam melakukan pembangunan di wilayah karst.
Dicontohkan Himawan, adanya banjir di Gunungkidul pada tahun 2017 lalu patut diduga karena wilayah tangkapan air karst sudah banyak dirusak. Sehingga air yang seharusnya masuk ke tanah justru menjadi air limpasan yang menyebabkan banjir.
“Hilangnya ekosistem karst juga mengancam keseimbangan iklim dengan rusaknya satu ekosistem penyeimbang siklus karbon,” pungkasnya.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film3 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Sosial2 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
Peristiwa3 hari yang lalu
Disiram Air oleh DC, Lurah Krambilsawit Bakal Lapor Polisi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu