Pemerintahan
Pupuk Kesadaran Masyarakat Untuk Sulap Sampah Jadi Bernilai Ekonomi








Wonosari, (pidjar.com)–Pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga masih menjadi permasalahan tersendiri untuk diatasi. Sampah rumah tangga seringkali dicampur dan dibuang begitu saja sehingga tidak dipilah. Hal semacam ini sebenarnya mengurangi nilai ekonomi sampah. Padahal, ketika sampah khususnya non organik dipilah dahulu, dapat menjadi nilai ekonomi tersendiri.
Pengawas Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Gunungkidul, Dwi Wiyani, menyampaikan, untuk memperbaiki pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga ataupun padukuhan, perlu adanya kesadaran kolektif terlebih dahulu. Selain itu, perlu adanya bank sampah yang dapat menampung dan mengelola arus sampah yang masuk dan keluar di wilayah tersebut.
“Setiap tahun minimal kita ada pembentukan 10 bank sampah di Gunungkidul, keberadaan bank sampah itu bagian dari upaya mengurangi sampah. Ya mengurangi sampah di rumah tangga dan sampah di pembuangan akhir,” ucapnya, Jumat (04/02/2022).
Konsep bank sampah yang secara berkelompok dikelola oleh masyarakat dinilai mampu mengurangi sampah yang berasal dari rumah tangga. Setiap rumah tangga akan memilah sampah yang bisa dijual dan menjualnya ke bank sampah dan akan masuk dalam tabungan setiap rumah tangga.



“Sampah yang bisa dijual itu biasanya yang non organik,” sambung dia.
Dari data yang dimiliki, di Gunungkidul sendiri baru terdapat sekitar 170 bank sampah. Menurutnya, idealnya satu padukuhan memiliki satu bank sampah yang dapat mengakomodir sampah rumah tangga di suatu wilayah.



“Bank sampah nanti menjual sampahnya ke pengepul-pengepul, banyak kok pengepul di sini,” terang Dwi.
Menurutnya, pihak-pihak produsen yang menghasilkan sampah seharusnya turut membentuk bank sampah di tempat-tempat yang mudah dijangkau masyarakat. Misalnya disediakannya tempat khusus untuk menampung sampah yang berpotensi menimbulkan sampah yang banyak.
“Memang kendala yang paling berat itu ada pada membangun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah di tingkat rumah tangga dulu,” terangnya.


Menurutnya, modal penting dalam pengembangan bank sampah ialah kepedulian untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman. Kapasitas tempat pembuangan akhir sampah di Gunungkidul pun sangat terbatas jika dibandingkan sampah yang dihasilkan setiap hari. Jika tidak melakukan manajemen sampah di tingkat rumah tangga, tidak menutup kemungkinan tempat pembuangan akhir sampah dapat overload.
“Jadi sebenarnya kalau dari sumber itu sudah terpilah, semuanya itu gampang. Tapi karena dari sumber itu susah, ya proses selanjutnya ikut susah. Kemarin saya ke Surabaya, satu tempat pusat daur ulang yang mengumpulkan sampah dari masyarakat itu bisa menghasilkan per bulan Rp. 20 juta,” pungkasnya.








-
Info Ringan2 minggu yang lalu
Lima Tips Membuat Kesan Pipi Lebih Tirus
-
Info Ringan1 minggu yang lalu
Enam Tanaman Sebagai Pengusir Hewan Pengerat
-
Info Ringan3 minggu yang lalu
Resep Steak Daging Sapi
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Warga Siyono Diciduk Paspampres Gara-gara Bentangkan Poster Tolak Tobang, Begini Kronologinya
-
Info Ringan1 minggu yang lalu
Empat Efek Memakai Tisu Basah untuk Kulit Wajah
-
Info Ringan4 minggu yang lalu
Lima Inspirasi Beranda Pada Rumah Mungil
-
Info Ringan4 hari yang lalu
Enam Manfaat Facial yang Sesuai Tipe Kulit
-
Info Ringan4 minggu yang lalu
Tujuh Tanda Anda Terkena Anemia
-
Info Ringan6 hari yang lalu
Tujuh Bahan yang Mampu Menghilangkan Bekas Tempelan Stiker
-
Info Ringan6 hari yang lalu
Delapan Tips dalam Mempersiapkan Bekal Sekolah si Kecil
-
Info Ringan3 minggu yang lalu
Tujuh Bahan Sebagai Pewarna Alami Makanan
-
Info Ringan3 minggu yang lalu
Resep Sambal Krecek Kacang Tolo