Peristiwa
Tercatat 29 Kasus Bunuh Diri Terjadi di Gunungkidul, Paling Banyak Gantung Diri






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Meski mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, kasus bunuh diri di Gunungkidul masih tergolong tinggi. Kebanyakan dari kasus tersebut dilakukan dengan cara gantung diri. Dalam setiap kasusnya pun memiliki dugaan penyebab beragam, namun didominasi oleh depresi atau gangguan jiwa.
Informasi yang berhasil dihimpun pidjar-com-525357.hostingersite.com, kasus bunuh diri di Gunungkidul pada tahun 2016 terjadi sebanyak 30 kasus. Sedangkan pada tahun 2017, bertambah menjadi 33 kasus. Kemudian per 18 Desember 2018 ini, tercatat 29 orang bunuh diri, 26 diantaranya gantung diri.
Kasubag Humas Polres Gunungkidul, Iptu Anang Prastawa menyampaikan dari sekian kasus yang terjadi memang masih didominasi dengan gantung diri. Selain itu, juga ditemukan modus baru seperti menenggak racun serangga dan menceburkan diri ke sumur dan laut.
“Ada 3 percobaan bunuh diri juga yang pernah terjadi di Gunungkidul di tahun ini,” kata Anang, Rabu (18/12/2018).
Ia menjelaskan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan para petugas di lapangan, kejadian tersebut kerap kali dipicu oleh depresi. Baik depresi lantaran penyakit menahun maupun himpitan ekonomi termasuk hutang piutang, serta masalah asmara.







“Keterangan dari pihak keluarga biasanya korban mengalami sakit menahun, kemudian itu kita duga menjadi salah satu faktornya,” terang dia.
Diungkapkan lebih lanjut oleh Anang, untuk wilayah terjadinya kasus bunuh diri dapat dikatakan menyebar di seluruh kecamatan. Dari datanya tercatat tiga kecamatan menempati urutan teratas.
“Tepus paling banyak dengan 6 kasus, kemudian Playen dan Semin dengan jumlah 4 kasus. Tapi rata-rata setiap kecamatan ada,” kata Anang.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, dari hasil evaluasi yang dilakukan pihaknya selama ini, kasus bunuh diri dilatar belakangi oleh depresi atau gangguan kejiwaan. Ia menyebut, permasalahan seperti penyakit menahun ataupun sejumlah penyakit lainnya hanyalah kulit permukaan saja.
“Menurut data yang kami peroleh dari RSUD Wonosari, dibalik beberapa alasan tersebut adalah adanya gangguan kejiwaan. Ada gangguan jiwa yang nampak dan tidak nampak,” kata Priyanta.
Untuk itu pihaknya berharap kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap kondisi di sekitarnya. Jika ada temuan atau ciri-ciri gangguan jiwa maupun depresi untuk segera membawanya ke puskesmas.
“Di Puskesmas itu ada layanan jiwa. Ketika tidak bisa selesai disitu di RSUD ada dokter Ida. Nantinya beliau bisa membantu,” terang dia.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh