Connect with us

Sosial

Kisah Diki, Bocah Dengan Penyakit Mata Aneh Yang Bercita-cita Jadi Pebulutangkis Handal

Diterbitkan

pada

BDG

Karangmojo,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Jika dilihat sekilas, memang tak ada yang berbeda dari Diki Ardiansyah (13), seorang pelajar di SD Candi Baru 2 yang terletak di jalan Karangmojo-Semin, Padukuhan Candi 6, Jatiayu, Kecamatan Karangmojo. Namun jika diperhatikan lebih dekat, bocah yang baru berusia 13 tahun ini rupanya memiliki kelainan pada kedua bola matanya. Namun begitu dirinya masih tetap bersemangat untuk pergi ke sekolah.

Diki mengatakan, apa yang terjadi pada kedua matanya ini sudah sejak lama ia rasakan. Rasa gatal yang luar biasa selalu ia rasakan ketika menatap sinar matahari secara langsung.

Tubuh Diki sendiri terlihat terlihat kurus jika dibandingkan dengan beberapa teman satu kelasnya. Bahkan ia sesekali menggosok matanya dan mengalihakan pandangannya ketika awak media memberikan beberapa pertanyaan.

Berita Lainnya  Keluh-kesah Wali Murid SMK 45 Wonosari Tentang Bantuan PIP Yang Dipotong dan Tak Pernah Diterimakan Pada Siswa

“Jarak pandang tidak terlalu jauh, lalu kalau terkena sinar matahari mata gatal,” katanya, Senin (24/09/2019).

Keterbatasan ekonomi kemungkinan menjadi faktor sakit pada matanya tidak segera mendapatkan pengobatan maksimal. Pasalnya, ia saat ini hanya tinggal bersama ayahnya yang merupakan penyandang disabilitas.

Sebagai buruh serabutan dengan hasil yang tidak menentu membuat kondisi ekonomi menjadi pas-pasan. Ayah Diki sendiri diketahui bekerja sebagai buruh cetak batako. Namun begitu, Diki selalu mendapat uang jajan seperti layaknya siswa lainnya.

“Diberi uang jajan sebesar Rp 4 ribu rupiah. Biasanya buat jajan nasi kalau istirahat,” ucapnya polos.

Walaupun matanya dalam keadaan tidak sehat, Diki bercita-cita menjadi seorang pebulutangkis. Bulutangkis adalah olahraga kesukaannya ia terkadang latihan dengan gurunya saat pelajaran olahraga.

Berita Lainnya  Sidak Makanan di Taman Kuliner, BBPOM Temukan Puli Mengandung Boraks

“Pengennya ya cepat sembuh,” katanya singkat.

Sementara itu, guru Olahraga SD Candi baru 2, Setyo Budi Ardiyanto, menceritakan, Diki memang lebih unggul dalam mata pelajaran olahraga dibanding teman-teman lainnya. Namun saat pelajaran lainnya, Diki sedikit tertinggal dibanding teman sebayanya.

“Mungkin Diki tertinggal karena kondisinya yang kesulitan dalam melihat. Para guru mempunyai inisiatif saat di kelas Diki diberi tempat duduk paling depan,” jelasnya.

Ia megatakan, pihak dinas sempat bekerjasama dengan rumah sakit khusus mata, dan dari hasilnya memang ada kerusakan pada cincin mata kanan dan kirinya. Menurutnya, pihak rumah sakit menyebut bahwa kondisi mata harus segera ditangani kalau tidak bisa semakin parah.

Berita Lainnya  Meraba Peluang di Masa Pandemi, Suratmi Bikin Teh Daun Kelor

“Sebenarnya Diki bisa langsung berobat karena sudah tercover dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS), dengan catatan harus ada surat rujukan dari Puskesmas atau RSUD. Tetapi saya tidak tahu kenapa dari pihak keluarga tidak segera mencari surat rujukannya. Kalau dengan biaya sendiri bisa sampai puluhan juta untuk pengobatan matanya,” kata Setyo.

Pihaknya kesulitan jika harus mengantar Diki ke Puskesmas atau RSUD karena keterbatasan waktu dan personil yang mengantarkan. Ia berharap Diki mampu mendapatkan perhatian agar apa yang dideritanya itu segera sembuh.

“Saya harap Diki bisa segera mendapatkan pengobatan mengingat kondisi matanya jika tidak segera diperiksa bisa semakin parah,” pungkasnya.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler