Sosial
Dihuni Penganut 4 Agama, Budaya Rasulan Jadi Sarana Warga Singkil Merawat Keberagaman






Paliyan,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Masyarakat di Padukuhan Singkil, Desa Giring, Kecamatan Paliyan menjadikan budaya rasulan sebagai sarana menjaga kerukunan umat beragama. Pasalnya di wilayah yang berada di pinggir selatan Kabupaten Gunungkidul itu, terdapat empat agama yang dianut oleh ribuan masyarakatnya. Sebuah keberagaman yang tentunya harus terus dipupuk agar kerukunan hidup bermasyarakat bisa terus terjalin.
Dukuh Singkil, Parmana mengatakan, budaya rasulan merupakan tradisi turun temurun yang selalu dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Tradisi dalam rangka ucapan syukur itu digelar usai musim panen.
"Bulannya tidak menentu, tetapi harinya pasti selalu jatuh pada Rabu Kliwon setelah musim panen," kata Parmono, Rabu (08/08/2018).
Dikatakan Parmana, selain ungkapan syukur, adanya rasulan juga sebagai sarana menjaga kerukunan umat. Pasalnya dalam padukuhan dengan 87 Kepala Keluarga itu, ada empat agama yang hidup rukun berdampingan.
"Sebagai sarana menyatukan masyarakat yang sangat beragam. Di Singkil ada empat agama, Islam, Katholik, Kristen dan Hindu," imbuh dia.







Ia mengatakan, dalam rasulan kali ini masyarakat mewujudkan rasa syukur dengan membuat nasi uduk dan ingkung ayam. Meskipun tidak begitu banyak, namun kedua menu khas itu dikemas didalam kiso (sejenis keranjang dari anyaman daun kelapa) kemudian dibagikan kepada masyarakat.
"Tidak hanya warga Singkil saja nanti yang dapat kiso, tetapi warga lain yang mendirikan usaha di Singkil dan warga padukuhan tetangga yang ikut kenduri," imbuh dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengatakan, rasulan merupakan warisan leluhur yang sudah mengakar di masyarakat. Rasulan sendiri merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas kehidupan yang dijalani.
"Rasulan merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil panen serta kesehatan, ketentraman dan kedamaian," kata Supriyanto.
Ia mengatakan, masyarakat harus menyadari bahwa rasulan merupakan warisan leluhur yang tak bisa diperdebatkan. Terkadang menurutnya, masyarakat juga masih butuh pemahaman terkait hal itu.
"Kita harapkan rasulan merupakan sarana mempererat kerukunan masyarakat," pungkasnya.