fbpx
Connect with us

Pemerintahan

Belasan Kambing dan Sapi Mati Mendadak Positif Anthraks, Pemerintah Mulai Awasi Lalu Lintas Ternak

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Pasca belasan ternak di dua Kalurahan yang dinyatakan positif anthraks, pemerintah lantas mengambil langkah tegas untuk mengantisipasi terjadinya penularan. Investigasi di dua lokasi tersebut masih terus dilakukan oleh tim kesehatan hewan serta kesehatan manusia. Dengan adanya hewan maupun manusia yang positif anthraks ini, ada kemungkinan pemerintah untuk sementara membatasi aktifitas jual beli ternak Gunungkidul keluar daerah.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatab Hewan drh. Retno Widyastuti mengatakan, dengan adanya kejadian anthraks ini, aktifitas keluar masuk ternak di Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong dan Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari untuk sementara akan dihentikan. Tidak boleh ada ternak yang keluar masuk ke lokasi tersebut. Kemudian aktifitas ternak keluar masuk Gunungkidul juga diawasi dan diperiksa dengan seksama. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya kasus-kasus baru.

Berita Lainnya  Gelar Event Skala Internasional, Ratusan Offroader Dari Berbagai Negara Bakal Cicipi Medan Ekstrim Gunungkidul

“Lalu lintas ternak kami lakukan pengawasan ketat. Asal bakteri anthraks masuk lagi ke dua wilayah ini masih dilakukan investigasi. Bisa dari ternak luar daerah ataupun karena faktor lainnya,” terang Retno Widyastuti, Selasa (01/02/2022).

Ia menjelaskan, di Kalurahan Gombang sendiri beberapa tahun silam juga pernah terjadi kasus anthraks. Untuk kasus yang sekarang ini lokasinya berbeda dengan lokasi terdahulu. Namun berdasarkan investigasi tim kesehatan hewan yang dilakukan sejak beberapa waktu lalu, warga justru banyak yang mencari pakan di lokasi endemi anthraks terdahulu.

“Ini juga bisa menjadi media penularan. Karena banyak warga yang mencari pakan ternak di daerah endemi dulu,” paparnya.

Kasus kematian 11 sapi dan 4 kambing di Gombang dan Hargomulyo ini terjadi sejak 14 Desember 2021 lalu. Sebagian dari ternak-ternak yang mati justru dibrandu dan dikonsumsi bersama-sama oleh warga dan bahkan ada yang dijual oleh pemiliknya. Barulah pada Januari kemarin muncul gejala mirip anthraks yang dialami oleh sejumlah warga dengan luka mlepuh di kulit yang kemudian dilaporkan ke aparat berwenang.

Berita Lainnya  Kisah Herjuno Yang Gagal Naik Pangkat Lantaran Jadi Korban Jatuhnya Lion Air

“Mereka memeriksakan diri ke Puskesmas karena gejalanya mirip anthraks. Dinas Kesehatan kemudian koordinasi dengan kami dan langsung kami lakukan penanganan. Kasus kematian terakhir Jumat, 28 Januari 2022 kemarin. Karena kami sudah tahu ada gejala-gejala seperti ini, ternak mati langsung kami minta dikubur,” imbuh Retno.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengatakan adanya kasus anthraks di Gunungkidul ini memang benar adanya. Ia berpesan agar masyarakat lebih jeli dalam memilih daging sapi atau kambing.

“Anthraks memang benar adanya sedang terjadi. Tapi tidak usah khawatir, takut, dan panik karena ini ada obatnya dan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Dinas Kesehatan sudah melakukan penanganan,” ujar Sunaryanta.

“Saat ini yang keluar baru hasil laboratorium pengecekan untuk hewan. Sedangkan untuk manusia yang bergejala sudah dilakukan penanganan oleh dinas kesehatan dan saat ini kami masih menunggu hasil laboratorium di Bogor,” tutup Bupati.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler