fbpx
Connect with us

Sosial

Geramnya Camat Patuk Wilayahnya Terus Dijajah Rentenir

Diterbitkan

pada

BDG

Patuk, (pidjar.com)–Keberadaan rentenir yang berkedok sebagai koperasi abal-abal terus menerus merongrong perekonomian warga khususnya dari kalangan menengah ke bawah. Berdalih ingin membantu masyarakat yang membutuhkan uang mendadak dengan cara mudah namun dalam praktiknya, justru banyak warga masyarakat yang terjerat dengan bunga tinggi yang memang diterapkan oleh koperasi-koperasi abal-abal tersebut. Sejumlah upaya para pemangku kekuasaan untuk memberantas praktek ini terkesan belum maksimal dan hingga saat ini, keberadaan para rentenir ini masih cukup banyak.

Sejumlah wilayah mulai menerapkan kampanye daerah bebas rentenir. Salah satunya adalah Kecamatan Patuk yang sejak tahun 2014 lalu mulai fokus memerangi keberadaan lintah darat. Camat Patuk, R Haryo Ambar Suwardi memaparkan, fokus pemberantasan rentenir ini dilatarbelangi oleh dampak ekonomi dan bahkan hingga merambah ke dampak sosial yang harus dialami oleh warga masyarakat yang terjerat oleh praktik ini. Akibat terlilit hutang, banyak diantara warga yang harus menjual aset-aset utamanya. Bahkan tak jarang akibatnya berimbas kepada perceraian maupun penelantaran anak.

“Mereka datang dengan busana necis, penampilan parlente, menggaet warga kami, meyakinkan bahwa mereka adalah koperasi, padahal aslinya kuperasi (aku perasi) harta bendamu, penampilan mereka sepatu tas jelas lebih mahal dari yang saya pakai,” tutur Haryo Ambar Suwardi, Senin (06/05/2019).

Sejak itu, komitmen memberantas keberadaan rentenir mulai ia fokuskan. Penguatan perekonomian masyarakat menurutnya adalah hal yang paling krusial yang nantinya akan memberantas dengan sendirinya praktek rentenir ini. Pemerintah Kecamatan Patuk mulai mengajak masyarakat untuk menciptakan satu orang satu produk serta satu desa satu koperasi. Menurutnya, bekal masyarakat untuk menjadikan wirausaha merupakan upaya jangka panjang untuk menjadikan masyarakatnya mandiri secara ekonomi. Pihaknya juga tak segan-segan memberikan talangan dana pribadi kepada warganya untuk menutup hutang yang terlanjur dijerat oleh rentenir.

“Kami mengarahkan kepada masyarakat jika membutuhkan dana mendadak, bisa meminjam ke koperasi desa atau bank konvensional yang bunganya jelas tidak terlalu besar,” jelas Ambar.

Pendampingan masyarakat untuk memerangi peredaran koperasi abal-abal ia mulai dari RT. Ia mengajak seluruh kepala desa hingga kepala dusun untuk ikut serta dalam aksi ini dengan tidak memberikan izin kunjung kepada rentenir serta memasangi banner di desa-desa bahwa Kecamatan Patuk Bebas Rentenir. Ia selalu menegaskan kepada masyarakatnya untuk tidak gampang teriming-iming pinjaman dengan syarat mudah.

Berita Lainnya  Kisah Sia-sianya Peluh dan Dana Ratusan Juta Milik Warga di Balik Mangkraknya Resto Mewah Batoer Hill

“Pada 27 Februari 2019 kita deklarasikan Kecamatan Patuk bebas rentenir,” tegas dia.

Selama ini, lanjut Ambar, para rentenir dengan kedok koperasi ini memang bukan berasal dari wilayah Kabupaten Gunungkidul. Menurutnya, pada tahun 2019 ini, ia pernah meminta warganya, yang kiosnya disewa koperasi untuk melarang perpanjangan sewa untuk kantor.

“Tidak ada satupun orang yang sukses karena rentenir, yang hancur banyak. Saya getol bener memerangi rentenir, karena membuat warga saya hancur, mereka kebanyakan Plat AD, jarang yang asalnya Gunungkidul,” kata Ambar.

Dari 11 desa di Kecamatan Patuk, Desa Ngoro-oro ia nilai sebagai desa yang paling dijajah oleh lintah darat. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dusun Soka, Desa Ngoro-Oro, Kaswasi. Menurutnya, pada masa lalu, sangat banyak para rentenir yang beroperasi di wilayahnya. Namun dengan kampanye ini, tinggal segelintir saja yang saat ini masih berani beroperasi.

Berita Lainnya  Perang Harga Penjualan Online, Harga Ayam Terus Terpuruk

“Dulu banyak sekali, tidak terhitung, akhirnya sisa delapan orang yang memang masih memiliki nyali. Saya pernah menegur langsung, saya ngomong kalau kamu selesai urusan dengan warga saya jangan ke sini lagi, ada yang bilang lho pak saya membantu warga, membantu apa membuat makin miskin yang ada,” kata dia menirukan saat ia mengusir rentenir.

Alhasil, dari delapan rentenir tersebut, ada tiga yang berjanji akan meninggalkan Dusun Soka dan tidak akan kembali. Menurutnya, warganya mulai tergiur bujuk rayu rentenir karena banyak kebutuhan mendadak.

“Ya biasanya karena biaya sekolah, berobat mereka kan menawarkan kemudahan, jadi banyak yang tergiur tanpa memikirkan bunganya,” papar Kaswasi.

Menurutnya, hampir semua warganya pernah berurusan dengan rentenir. Bahkan yang lebih parah, hingga 2019 ini, ia dan warga secara swadaya membangunkan rumah dua warga yang terpaksa sampai menjual rumah untuk menutup hutang rentenir.

Berita Lainnya  Kisah Kepala Sekolah dan Staf SDN Kenteng 2, Rela Berangkat Pagi Buta Demi Bisa Jemput Anak Didik ke Sekolah

“Biasanya orang yang pernah hutang ke rentenir, tidak sekali dua kali, pasti tiap lunas pinjam lagi, dan tidak hanya satu tempat, akhirnya numpuk banyak, hidup jadi tidak tenang, untuk ketenangan itu, punyanya rumah ya dijual akhirnya,” urainya.

Melihat warganya yang sampai jual rumah, ia mengaku miris, akhirnya di tengah keterbatasan warga, dia mengajak untuk melakukan urunan membangunkan rumah. Banyak yang akhirnya berhenti berurusan dengan rentenir, namun ada juga yang masih berlangganan.

“Kalau yang masih meminjam itu ya monggo, yang penting kami sudah berupaya,” tandasnya. (Ulfah Nurul Azizah)

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler