Sosial
Jatuh Dari Pohon Kelapa, Wariyun Hidup Lumpuh Sebatangkara






Tanjungsari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Begitulah gambaran nasib yang menimpa Wariyun (55) warga Padukuhan Wates RT04/RW 11, Desa Kemiri, Kecamatan Tanjungsari. Hampir 3 tahun berlalu, pria naas ini kini praktis hanya bisa beraktifitas di atas tempat tidurnya. Wariyun menderita cedera parah di bagian tulang belakang usai jatuh dari pohon kelapa. Alhasil akhirnya, ia menderita kelumpuhan total. Yang lebih memilukan, Wariyun hidup sebatang kara lantaran selama hidupnya, ia tak pernah menikah ataupun memiliki anak.
Dari hasil pemeriksaan dokter, selain mengalami cedera berat pada bagian tulang punggungdia mengalami patah tulang tangan kiri hingga 3 titik, tulang selangkangan patah dan area pinggang ke bawah bergeser dari tempatnya.
Jangankan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan untuk bangkit dari tempat tidurnya saja dia tak sanggup. Hanya radio FM 2 band hasil pemberian dermawan yang menemani kesendiriannya di rumah beralas tanah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.
Kesehariannya, Wariyun ditemani dengan sejumlah peralatan. Di bawah ranjang reotnya, terdapat pispot, ember kecil dan berbagai keperluan untuk urusan buang hajad. Sementara di samping kiri ranjang terdapat gelas dan makanan ala kadarnya sekedar pengganjal perut Wariyun. Untuk makan minum sehari-hari tersebut, Wariyun mengandalkan belas kasih dari tetangga dan saudara yang tinggal di lain desa.
“Saya memang masih memiliki saudara yang tinggal di Desa Giring, Kecamatan Paliyan yang setiap hari pasti menyempatkan diri datang. Kedua orangtua sudah lama meninggal dan saya belum pernah menikah, jadi tidak memiliki anak istri,” terang Wariyun.







Dengan terbata bata Wariyun lantas menceritakan awal mula bencana yang menimpanya. Saat itu, dia berniat memetik buah kelapa di ladang yang terletak di sebelah selatan tempat tinggalnya. Saat sudah sampai di puncak pohon, ternyata pelepah yang dipegangnya kering dam akhirnya putus. Putusnya pelepah ini membuat tubuh Wariyun kemudian terjatuh dari ketinggian 15 meter di atas dari permukaan tanah.
Badannya terhempas ke tanah padas bercampur bebatuan kapur yang sangat keras. Meski nyawanya berhasil selamat, namun tubuh Wariyun menderita luka yang sangat parah. Meski sempat dibawa berobat ke rumah sakit, namun ketiadaan biaya membuat pengobatan Wariyun tidak tuntas dan akhirnya hingga kini harus rela hidup dalam kelumpuhan.
Kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Dukuh Wates, Yohana Rahayuningsih mengeluhkan mengenai lambannya penanganan dari dinas terkait terkait laporan kondisi Wariyun yang memprihatinkan ini. Pihaknya sendiri memang sempat melaporkan dan mengajukan permohonan bantuan namun tidak membuahkan hasil.
“Sekedar minta ranjang dorong untuk Wariyun saja hingga saat ini tidak dikabulkan, alasan orang dinas sana macam-macam. Padahal secara ekonomi warga saya ini juga hidup jauh di bawah garis kemiskinan, tetapi ternyata PKH saja tidak dapat sama sekali. Data yang kami sodorkan ternyata berbeda dengan realita para penerima PKH saat ini. Inikan akhirnya menimbulkan kecemburuan,” keluhnya.
Lantaran ketiadaan perhatian dari pemerintah, guna menyikapi permasalahan sosial yang dialami Wariyun, ia lantas menggalang bantuan dari seluruh warga. Mereka bahu membahu dan iuran agar bisa membawa Wariyun operasi tulang di rumah sakit Dr Suharso Solo. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah dusun sampai harus menjual kayu yang digunakan untuk membiayai pengobatan.
“Walaupun biaya operasi ditanggung BPJS, namun untuk transportasi dan segala biaya untuk yang menunggu di sana kan tidak ada. Maka kita carikan bantuan ke mana-mana agar operasi itu terwujud. Rencananya hari Senin ini Wariyun kita bawa ke RS Dr Suharso Solo untuk operasi tulang,” jelas Yohana.
Dia berharap ada kepedulian sesama untuk membantu meringankan beban biaya pengobatan Wariyun. Sebab selain uang, Wariyun juga membutuhkan sembako hingga pakaian bekas pantas pakai untuk menutupi tubuhnya.
“Pakaian yang lama sudah habis, maklum tidak ada yang mencucikan maka biasanya baju atau celana yang habis kena kotoran Wariyun lantas dikubur oleh warga. Jadi butuh pakaian bekas untuk sekedar menutupi tubuhnya. Pokoknya ada bantuan apapun kita terima untuk Wariyun,” pungkasnya.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
Sosial4 minggu yang lalu
Istri Wakil Bupati Gunungkidul Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PKK, Ini Hal yang Akan Dilakukan
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks