Sosial
Kepemilikan Kendaraan Pribadi Yang Tinggi Picu Punahnya Angkutan Kota di Gunungkidul






Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Semakin tingginya tingkat kepemilikan kendaraan pribadi serta maraknya layanan transportasi berbasis teknologi menggerus keberadaan angkutan kota (angkot) di Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kabupaten Gunungkidul, keberadaan angkutan kota perlahan menghilang dan bahkan saat ini telah punah. Fenomena ini telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu.
Kepala Bidang Angkutan dan Terminal Dishub Gunungkidul, Ikrar Subarno memaparkan, keberadaan angkutan kota di Gunungkidul sudah punah sejak 9 tahun yang silam. Ia menyebut, penyebab utama menghilangnya angkot di Gunungkidul ini lantaran banyaknya masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi.
“Memang sudah tidak beroperasi sejak sembilan tahun yang lalu. Saat ini juga tidak dipungkiri dengan berkembangnya teknologi, keberadaan moda transportasi online juga mempengaruhinya,” tutur Ikrar Subarno, Rabu (24/04/2019).
Keberadaan angkutan kota yang semakin digerus teknologi ini menyisakan PR tersendiri bagi Dishub Kabupaten Gunungkidul. Mengingat banyak pula masyarakat yang berprofesi sebagai sopir angkot.
“Kami ingin mengadakan survei biar jelas, apakah di Kabupaten Gunungkidul ini masih perlu angkot atau tidak, tapi kami terkendala oleh biaya karena diperkirakan akan menghabiskan 250 juta untuk melaksanakan survei ini,” jelasnya.







Berbeda dengan angkot, keberadaan angkutan desa (angkudes) hingga saat ini masih bertahan. Dikatakan Ikrar, sedikitnya 314 angkutan desa yang masih beroperasi di Kabupaten Gunungkidul.
“Meskipun sudah banyak kenderaan pribadi, angkudes masih beroperasi biasanya pagi dan siang. Masyarakat dari desa-desa Kabupaten Gunungkidul biasanya masih banyak yang memanfaatkan angkudes untuk transportasi sekolah, bekerja maupun sarana ke pusat Kota Wonosari,” tambahnya.
Terpisah, salah seorang sopir angkudes yang masih beroperasi, Wanto mengatakan jumlah penumpang yang dapat ia angkut tiap harinya tidak menentu. Pihaknya cukup kesulitan untuk mencari penumpang. Para pengemudi angkudes saat ini menurut Wanto hanya sekedar bertahan saja.
“Berbeda dengan tahun 2000an dulu masih ramai siswa siswa sekolah naik angkot sekarang sepi kadang hanya ada satu atau dua orang yang naik, tapi sekarang lebih sering sepinya,” keluh dia. (Ulfa Nurul Azizah)