Info Ringan
Kolaborasi dengan NUS dan THU, GIK UGM Angkat Women In Stream dalam GIFTS 2024






Jogja (pidjar.com) — Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Mahasiswa (GIK) UGM menggelar Global Innovation & Future Technology Summit (GIFTS) 2024, pada 14-15 November 2024.
Kegiatan ini menggandeng dua universitas ternama, yakni National University of Singapore (NUS) dan Tsinghua University (THU) China beserta puluhan akademisi, pakar dan industri ini mengusung tema ‘Women in Stream’.
Tema inklusivitas tersebut mengangkat peran perempuan dalam perkembangan teknologi. Urgensi ini diambil berdasarkan data keterlibatan perempuan dalam industri Science, Technology, Engineering, Arts, and Management (STREAM) yang hanya sebesar 28 persen karena sebagian masih didominasi oleh kelompok laki-laki.
Head of Program GIFTS, Khansa Khalisha mengatakan, tema tersebut sengaja diangkat karena kegiatan ini merupakan pertama kali dari GIK UGM yang diluncurkan. Selain itu ia ingin mengangkat suatu tema yang memang dilihat sebagai sesuatu yang penting.







“Karena saat ini Rektor UGM juga seorang perempuan, banyak sekali profesor-profesor dan guru besar di UGM adalah perempuan. Jadi kita ingin menginspirasi dan menebar inspirasi tersebut,” katanya di GIK UGM, Kamis (13/11/2024).
Khansa menyebut, kegiatan GIFTS ini adalah persembahan dari UGM kepada masyarakat Yogyakarta maupun masyarakat Indonesia. Sebab selama satu dua hari, berbagai acara diadakan. Mulai dari konferensi, talkshow dari berbagai industri maupun dari kementerian dan komunitas.
“Battle pitching untuk meningkatkan atau mendorong mahasiswa dan masyarakat untuk entrepreneurship dan innovation-nya juga. Harapannya ini menjadikan aktivasi untuk semua lapisan masyarakat baik di Yogyakarta, di luar Yogya, maupun internasional,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Wening Udasmoro mengapresiasi hasil kolaborasi tiga perguruan tinggi ini dalam dalam membawa konsep technopark yang menggabungkan antara akademik dengan teknologi.
“Kita ingin membawa isu sosial budaya, lingkungan, dan inklusivitas. Harapannya kita tidak hanya menghasilkan inovasi, namun juga berdampak ke masyarakat,” tandasnya.
Dijelaskan Wening, UGM ingin membuat platform bagi para pegiat industri agar bisa berkolaborasi dengan sektor akademik. GIK UGM menjadi salah satu bentuk implementasi komitmen tersebut. Melalui langkah ini, nantinya akademisi mampu menyelaraskan perspektif dengan industri sehingga menelurkan inovasi terbarukan dari pembangunan nasional.
“Teknologi sebagai saluran inovasi terbesar yang mampu membawa perubahan,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Brian Koh dari National University of Singapore. Menurutnya, universitas menjadi pusat inovasi, pengembangan teknologi, dan evaluasi menuju masa depan. Penting bagi sektor akademik agar saling berkolaborasi lintas negara dan disiplin ilmu. Brian mengatakan inovasi tidak ada artinya apabila tidak diwujudkan untuk kepentingan masyarakat.
“Inovasi adalah proses transformasi mendapatkan solusi. Jadi ada masalah yang perlu diselesaikan. Elemen ini penting agar inovasi kita berdampak. Harapannya, IFTS 2024 dapat menginspirasi munculnya kolaborasi lain dalam menghadapi berbagai macam krisis global saat ini,” terangnya.
Sementara Wang Xiaoxiao dari Tsinghua University menyebut, peran perempuan dalam akademik dan teknologi informasi perlu didorong. Sebab pihaknya ingin membuat real-world solution.
“Dan itulah tujuan kita berkolaborasi. Kita ingin mewujudkan dunia yang inklusif, itu tema kita. Kolaborasi yang dicetuskan harapannya tidak berhenti dalam satu atau dua program saja, melainkan terus berkelanjutan dan berdampak,” ujarnya. (Ken).