fbpx
Connect with us

Sosial

Mengenal Sosok dan Pemikiran Sugeng Handoko, Pemuda Yang Berhasil Kenalkan Wisata Nglanggeran ke Tingkat Dunia

Diterbitkan

pada

BDG

Patuk,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat dengan memotivasi dan membangkitkan kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya untuk lebih berdaya dan berhasil guna. Dengan demikian, masyarakat di suatu daerah dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Konsep inilah yang kemudian diterapkan oleh Desa Nglanggeran dalam mengenalkan potensi wisata dan masyarakatnya. Tak heran, jika Kawasan Wisata Nglanggeran mampu kemudian meraih serentetan penghargaan atas keberhasilannya memajukan pariwisata di desa ini. Tidak hanya di lingkup daerah saja, namun penghargaan yang didapat bahkan sudah sampai tingkat nasional hingga internasional.

Gagasan pengembangan konsep pariwisata ini pertama kali digagas oleh Sugeng Handoko (30). Warga asli Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk ini perihatin setelah melihat kondisi desanya yang saat itu sangat tertinggal dibanding wilayah-wilayah lainnya. Pada usianya yang relatif muda, ia pun bertekad untuk menggerakkan warga setempat dalam mengembangkan potensi alam yang terpendam.

Ia lalu mengajak pemuda-pemudi Desa Nglanggeran untuk bekerja sama membangun desa. Potensi Gunung Api Purba di Desa Nglanggeran menjadi sasaran pertama untuk dikembangkan.

Fokus pengembangan pariwisata Nglanggeran dimulai tahun 2007 dimana saat itu masyarakat tengah bangkit setelah adanya gempa bumi yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta pada 27 Mei 2006 silam. Saat itulah masyarakatnya memiliki ikatan batin untuk menjadikan Nglanggeran menjadi lebih baik.

“Awalnya tingkat urbanisasi di desa ini cukup tinggi karena peluang kerjanya sedikit. Selain itu, warga yang tidak urbanisasi, pekerjaannya mengambil batu dan menebang pohon untuk dijual. Kalau dibiarkan lama-lama akan merusak lingkungan dan batu yang ada akan tergerus terus menerus,” jelas dia saat ditemui pidjar-com-525357.hostingersite.com di Sekretariat Desa Wisata Nglanggeran, Sabtu (30/03/2018).

Berita Lainnya  Hujan Sudah Jarang Turun, Kekeringan Mulai Terasa

Bersama sejumlah pemuda di tiga dusun Nglanggeran, yakni Nglanggeran Kulon, Nglanggeran Wetan, dan Gunung Butak, Sugeng merintis kegiatan pariwisata berbasis lingkungan atau ekowisata. Sugeng sendiri yang kemudian mengkoordinir teman-temannya mengingat saat itu ia menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Bukit Putra Mandiri Desa Nglanggeran.

Menurutnya, pengembangan wisata bukan hanya untuk mencari keuntungan berupa pundi-pundi rupiah, namun dilakukan untuk mengatasi sejumlah persoalan. Oleh karenanya, untuk mengembangkan potensi pariwisata, diakui langkah pertama yang dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang potensi wisata di kawasan itu.

“Awalnya sulit untuk memberikan pemahaman kepada mereka. Ada yang sudah terlalu nyaman dengan pekerjaannya, dan ada juga yang menganggap kondisi alam di sini tidak menarik,” ceritanya.

Setelah berhasil melakukan penguatan sumber daya manusia untuk memiliki mimpi dan tujuan yang sama menuju Desa Nglanggeran sejahtera, ia bersama teman-temannya langsung membenahi Gunung Api Purba untuk dijadikan obyek wisata. Ia terus melakukan promosi melalui brosur-brosur hingga memanfaatkan media sosial seperti friendster yang sedang booming saat itu.

Respon dari wisatawan pun cukup bagus. Seiring berjalannya waktu, kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran kini menawarkan beragam paket wisata. Seperti salah satunya paket wisata edukasi dengan live ini atau menginap selama beberapa hari di Desa Nglanggeran.

“Kami mencoba untuk membuat agar wisatawan disini tidak hanya datang beli tiket, menikmati pemandangan, terus pulang. Kami ingin menawarkan konsep edukasi sehingga semua potensi yang ada di Desa Nglanggeran terbagi rata,” ujar sarjana teknik industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini.

Berita Lainnya  Trend Penderita Kusta di Gunungkidul Terus Menurun, Kecamatan Ngawen Paling Diperhatikan

Dampak Sosial Berkembangnya Desa Wisata Nglanggeran

Saat ini, kegiatan pariwisata di Nglanggeran berkembang pesat. Tidak hanya wisata alam saja, tetapi warga desa juga sudah mulai mengembangkan potensi lainnya seperti produksi susu kambing etawa dan yang baru-baru ini pengolahan kakao menjadi makanan coklat batangan, minuman, hingga produk kecantikan.

Kegiatan wisata ini pun juga berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Pemasukan miliaran rupiah yang didapat antara lain dipakai untuk upah kepada warga yang terlibat langsung dalam pengelolaan wisata, seperti penjaga loket dan pemandu yang sekarang berjumlah 154 orang.

Peningkatan kesejahteraan juga dirasakan warga yang membuka warung makan dan menyediakan rumahnya untuk menginap. Dampaknya, warga yang melakukan urbanisasi pun semakin menurun dan saat ini justru banyak warga yang kembali tinggal di desa untuk mengelola wisata. Warga pun tidak lagi mengambil batu dan menebang pohon untuk dijual.

“Alhamdulillah sekarang sekitar 80 persen warga Desa Nglanggeran terlibat dalam pengelolaan wisata. Seperti tanaman kakao ini sudah ada sejak lama. Karena masyarakat nggak bisa mengolah, akhirnya hanya menjual bahan baku tetapi harganya jatuh. Sekarang sudah bisa mengolah sendiri,” ucap Sugeng.

Sebuah perjalanan panjang dilalui untuk menggerakkan masyarakat agar berdaya. Hasilnya, Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran yang dulunya tertinggal, kini dikenal hingga mancanegara sebagai salah satu destinasi unggulan di Yogyakarta. Perlahan tapi pasti, masyarakat pun memperoleh efek ekonomi dan kesejahteraan warga semakin membaik.

Berita Lainnya  Euforia Hari Pertama Pembukaan Obyek Wisata Gunungkidul, Wisatawan Mulai Serbu Pantai Selatan

Dalam mengembangkan kawasan wisata, menurutnya, yang paling terpenting adalah membangun sistem sosial di masyarakat yang kondusif. Pasalnya, hal ini akan menjadi pondasi berdirinya kelompok yang termanajemen dengan baik.

“Akan jadi masalah kalau itu belum terbentuk. Nanti yang ada hanya ribut dan konflik rebutan duit. Justru wisata menjadi tidak berkembang, padahal dalam pariwisata tidak boleh seperti itu, semuanya harus bahagia. Jangan sampai duitnya banyak tapi jadi saling bermusuhan,” tuturnya.

Selain itu, untuk membangun sebuah wisata jangan terlalu memaksakan diri. Menurutnya, sebuah destinasi wisata harus dilihat dari daya tarik utama atau originalitas dari kawasan tersebut. Ketika wisata yang ditawarkan muncul dari sesuatu yang mendasar atau menjadi ciri khas di daerah tersebut dan dikembangkan maka akan tetap bertahan dan lebih diingat wisatawan.

“Saat ini kan booming sekali dengan spot selfie. Sehingga orang berlomba-lomba membikin seperti itu. Justru itu melunturkan orisinilitas dari destinasi itu. Padahal spot selfie itu menurut pengamatan saya hanya akan bertahan 2 tahun, setelah itu hilang tertelan waktu,” jelas Sugeng.

Oleh sebab itu, ia berpesan kepada pengelola wisata lainnya untuk mengutamakan konsep pengembangan desa wisata, bukan memindahkan obyek wisata ke desa. Karena tak sedikit Pokdarwis yang berbondong-bondong menjadikan apapun untuk wisata sehingga kehilangan daya tarik desa.

“Lebih kedepankan kearifan lokal, edukasi dan atraksi dengan masyarakat. Bukan sekedar yang penting banyak orang yang datang, terus foto, habis itu pulang. Tidak ada kenyamanan batin wisatawan dengan alam dan warga,” ujarnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata1 minggu yang lalu

Kementerian BUMN dan Sejumlah Perusahaannya Bagikan Bantuan TJSL ke Warga DIY

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4  Jogja, (pidjar.com)– Kementerian BUMN bersama perusahaan yang berada di bawah naungan BUMN, salah satunya PT Kereta Api Indonesia (Persero)...

Pariwisata3 minggu yang lalu

Okupansi Hotel di Gunungkidul Hampir 100 Persen 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Momen libur natal dan tahun baru 2025 menjadi hal positif bagi Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) okupansi hotel sangat...

Pariwisata3 minggu yang lalu

10 Ribu Wisatawan Kunjungi Gunungkidul Dimalam Pergantian Tahun 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Dinas Pariwisata Gunungkidul mencatat sebanyak 10 ribu wisatawan mengunjungi destinasi wisata di Gunungkidul saat perayaan malam tahun baru 2025....

Pariwisata2 bulan yang lalu

Miliki Daya Tarik Tersendiri, Wota-wati Bersolek Jadi Kawasan Green Tourism

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Girisubo,(pidjar.com)– Padukuhan Wota-wati yang berada di Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo merupakan daerah yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan padukuhan lain...

Pariwisata4 bulan yang lalu

Daop 6 Yogyakarta Bersama Korlantas Polri Gelar Sosialisasi Keselamatan, Pelanggaran Lalu Lintas Ditindak

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4  Jogja, (pidjar.com) — Daop 6 Yogyakarta bersama Korlantas POLRI melakukan sosialisasi keselamatan dan penindakan pelanggaran lalu lintas di area...

Berita Terpopuler