Sosial
Mie Instant Dari Ketela Yang Dibuat Ibu-ibu Asal Playen Segera Tembus Pasar Jepang
Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dikenal sebagai kabupaten yang memproduksi singkong cukup melimpah, masyarakat Gunungkidul mulai berusaha melakukan inovasi untuk meningkatkan nilai jual olahan singkong. Jika dulunya singkong hanya diubah menjadi gaplek dengan olahan makanan yang tidak memiliki nilai jual tinggi, seiring berkembangnya teknologi dan kreatifitas, tepung singkong atau mocaf diubah menjadi olahan yang berkualitas dengan bentuk yang berbeda. Hal ini tentu memberikan nilai yang berbeda dari produk-produk tersebut. Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan hasil yang lebih dibandingkan dengan yang selama ini didapatkan.
Seperti yang dilakukan oleh seorang warga Sumberejo, Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Suti Rahayu Wanita yang menjadi salah seorang anggota kelompok pemberdayaan masyarakat ini sejak beberapa tahun lalu ia mulai mencari inovasi untuk meningkatkan nilai jual olahan dari tepung mocaf. Hingga akhirnya ibu ini berinovasi membuat mie instan dari tepung mocaf. Butuh waktu yang agak lama sampai ia mendapat ide hingga menghasilkan olahan makanan yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi tersebut.
“Awalnya beberapa kali percobaan hingga mendapat binaan dari LIPI jika tepung gaplek yang diubah menjadi mocaf bisa digunakan untuk membuat olahan bernilai tinggi,” kata Suti Rahayu.
Hingga pada akhirnya inovasi yang ia temukan yakni membuat mie instan dari tepung mocaf. Berbekal niat serta bimbingan dari lembaga, ia mulai berinovasi. Meski tak semulus yang dibayangkan, ia akhirnya berhasil menciptakan mie instan dari mocaf. Ia menyebut, nilai jual mie instan ini pun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan olahan lain terlebih jika dibandingkan dengan singkong biasa atau tepung gaplek.
Niatnya untuk meningkatkan perekonomian semakin kuat. Terlebih dalam mengembangkan inovasinya ini, ia mulai menggandeng beberapa ibu rumah tangga lain untuk ikut andil dalam produksi maupun kegiatan lain. Sehingga pemberdayaan dan peningkatan perekonomian masyarakat dapat benar-benar terasa.
Terdapat 3 olahan dari mocaf yang ia produksi diantaranya mie instan rebus, mie instan cup dan mie yang dapat diolah sendiri oleh penikmatnya.
Beberapa kendala memang dihadapi oleh Suti, mulai dari pemasaran hingga mendapatkan bahan baku. Rantai dari usaha ini menurutnya begitu terasa. Para ibu rumah tangga yang dulunya tak memiliki penghasilan dapat sedikit membantu perekonomian keluarga. Di era digital dan maju ini, ia berusaha semaksimal mungkin ikut terlibat baik dalam pemasaran maupun mencari ide ide lain. Derasnya geliat pariwisata Gunungkidul juga ia manfaatkan.
Ia tidak menginginkan jika warga Bumi Handayani hanya sebagai penonton dalam majunya pariwisata. Keterlibatan masyarakat entah dalam segala bidang haruslah ada, sehingga perputaran uang dan ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sendiri. Perekonomian jauh lebih membaik dan peluang membuka usaha jauh lebih mudah.
“Peminatnya alhamdulillah bagus. Kalau dari luar kota kelompok-kelompok pemberdayaan juga sering berkunjung. Ingin melihat pembuatan dan belajar dalam berinovasi,” imbuh dia.
Makanan dari Gunungkidul yang terbuat dari mocaf ini ternyata tidak hanya diminati oleh masyarakat sini saja. Ternyata beberapa waktu lalu juga diminati oleh warga asal Jepang. Bahkan peluang besar juga didapat oleh Suti dan kelompoknya produk mie instan dari mocaf tersebut ditawar untuk dipasarkan di Negara Sakura itu.
“Beberapa kali kesini untuk pengenalan produk. Ternyata cocok di lidah orang Jepang, ada tawaran juga untuk pemasaran di sana. Kalau untuk ijin kita sudah kantongi makanan aman dan halal, pembuatannya pun kami lakukan yang terbaik dan tidak ada bahan kimia yang dicampurkan,” ujar dia.
Sementara itu, salah seorang pembeli asal Jogja, Wisang mengatakan mie instan cup berbahan tepung mocaf mempunyai tekstur yang berbeda jika dibandingkan dengan mie instan cup biasa yang beredar di pasaran. Namun untuk rasanya tak kalah dengan mie pada umumnya. Ia sendiri berbangga pada terobosan yang dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul untuk meningkatkan nilai jual singkong dengan olahan yang tidak pada umumnya.
“Enak cocok di lidah, ada kenyal-kenyalnya gitu. Gunungkidul yang dikenal sebagai kota Gaplek sekarang mulai berubah. Mudah-mudahan lah ada warga lain yang berinovasi jadi semakin maju,” tutup dia.
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Video Syur Sang Ketua Beredar, Tim 01 Tegaskan Tetap Solid Menangkan Endah-Joko
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Lanjutkan Proyek Penataan Wajah Kota Wonosari
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Skandal Video Syur Pimpinan DPRD Makin Meluas, Puluhan Orang Geruduk Kantor Dewan
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
15 Hari Pasca Pengetatan Miras di Gunungkidul, Petugas Sita Ribuan Botol Minuman Siap Edar
-
Politik6 hari yang lalu
Mengejutkan, Heri Nugroho Mundur Dari Ketua DPD Golkar Gunungkidul
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Dua ASN Yang Dipecat Bupati Atas Skandal Perselingkuhan Diaktifkan Kembali
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Ini Desain Indah Alun-alun Wonosari, Pembangunan Dilanjutkan Tahun Depan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Keputusan Kontroversial Plt Bupati Aktifkan ASN Yang Dipecat Karena Perselingkuhan, Ini Respon Sunaryanta
-
Sosial3 minggu yang lalu
Berkenalan Dengan Mahmud Ardi Widanta, Pengusaha Nikel Yang Nyalon Wakil Bupati Gunungkidul
-
Olahraga4 minggu yang lalu
Gunungkidul City Run and Walk 2024, Suguhkan Track dan Suasana Kota Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Terlibat Perkelahian di JJLS, 7 Remaja dari Bantul Diamankan Petugas
-
Politik2 minggu yang lalu
Paslon Hero-Pena Gelar Kampanye Terbuka, Libatkan Anak Muda dalam Program