Connect with us

Pemerintahan

PMK Kian Meluas, Pemkab Gunungkidul Belum Tetapkan Status Darurat dan Penutupan Pasar Hewan

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)– Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Gunungkidul kian meluas. Data sampai dengan Senin (13/01/2025) kemarin mencapai 1.423 kasus. Kendati demikian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul belum akan melakukan penerapan status darurat dan penutupan pasar sebagai salah satu upaya penanggulangannya.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengatakan, status darurat PMK memang belum diterapkan oleh Pemkab Gunungkidul karena pemerintah masih melihat perkembangan kondisi di lapangan serta dampak yang terjadi.

“Akan dilihat kedepannya. Nanti akan kita lihat seperti apa keuntungan dan kerugian, kalau memang nanti harus status darurat kita buat, tetapi untuk saat sekarang saya rasa belum ya, karena nanti memiliki dampak yang sangat besar ya status darurat itu, harus hati-hati juga,” ucap Sunaryanta, Selasa (14/01/2025).

Berita Lainnya  Kebijakan Anyar di Tahun 2018, Anggaran Dana Desa Masing-masing Desa Dikurangi Ratusan Juta

Sejauh ini pihaknya juga belum berencana untuk menutup pasar hewan yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun, dua wilayah tetangga seperti Wonogiri dan Bantul sudah terlebih dahulu menutup lalu lintas ternak di pasar.

“Kami lihat lagi nanti bagaimana untuk penutupan pasar hewan besar kita ada dua, Siyono (Playen) dan Munggi (Semanu). Nanti akan kami evaluasi,”tandas dia.

Menyikapi kondisi PMK yang telah merebak di Gunungkidul dengan total kasus 1.423 dan 99 sapi mati ini, Sunaryanta mengimbau masyarakat tidak perlu panik, namun tetap waspada terkait penyebaran PMK. Gunungkidul sudah sering terkena dampak penyakit hewan seperti antraks, tetapi bisa melaluinya.

“Tidak usah panik. Kondisi seperti ini sering terjadi disini seperti beberapa waktu lalu antraks, LSD dan PMK ini, paparnya.

Berita Lainnya  Dugaan Korupsi Proyek Puluhan Miliar Disdik Gunungkidul, Polda DIY Turun Tangan

Sementara itu, Sekretaris Daerah Gunungkidul Sri Suhartanta mengatakan, pemerintah belum menutup pasar hewan dikarenakan pasar-pasar hewan seperti di Munggi, Playen dan lainnya sudah sepi aktivitas. Sejak beberapa waktu lalu setelah PMK merebak pasar menjadi sepi.

“Sekarang sudah sepi ya, kita ambil sisi positifnya. Artinya, peternak sudah melakukan isolasi secara mandiri,”ungkapnya.

Dia mengatakan, saat ini juga para peternak lebih mengedepankan transaksi secara daring. Beberapa peternak melakukan transaksi jual beli melalui media sosial.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler