Sosial
Ratusan Hektar Sawah Gagal Panen Akibat Bencana dan Hama, Tak Satupun Petani Gunungkidul Dapat Klaim Ganti Rugi


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memiliki program asuransi bagi para petani yang yang khawatir justru merugi saat musim panen tiba lantaran terkena bencana alam. Program Asuransi Usaha Tanaman Pangam (AUTP) sendiri telah diluncurkan sejak tahun 2017 lalu oleh Kementan. Namun sayangnya di Gunungkidul sendiri, penerapan dari program ini masih sangatlah kurang. Pasalnya masyarakat justru tidak tertarik dengan program yang dianggap menguntungkan dan membantu petani saat mengalami puso atau kerugian.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan, program Asuransi Usaha Tanaman Pangan sendiri merupakan program pemerintah untuk meringankan beban kerugian yang ditanggung oleh petani akibat terjadinya serangan hama atau bencana. Ada persyaratan khusus tentunya dalam hal ini agar petani bisa melakukan klaim. Diantaranya petani harus menjadi anggota asuransi, mengusulannya pun dilakukan maksimal tanggal 10 di awal musim tanam, melalui pendampingan petugas penyuluh pertanian dan harus secara online.
Untuk di Gunungkidul sendiri menurut Raharjo belum ada petani yang memiliki minat untuk ikut dalam asuransi tersebut. Padahal sosialisasi dan pemahaman telah diberikan sejak program ini diluncurkan. Asuransi sendiri hanya berlaku dalam satu kali musim tanam, kemudian di musim tanam berikutnya harus melakukan pendaftaran ulang.
“Masih belum ada yang minat. Padahal ini program sangatlah bagus, terlebih dengan kondisi daerah yang seperti ini,” kata Raharjo Yuwono, Jumat (22/03/2019).
Lebih lanjut dikatakan, bagi petani yang mengalami kerugian gagal panen akibat bencana alam atau serangan hama, jika masuk dalam anggota AUTP akan mendapatkan kompensasi sebesar 6 sampai 6,5 juta per hektare dan premi 138.000. Jumlah dana yang dikeluarkan tersebut disesuaikan dengan hitung-hitungan yang telah ditetapkan.
“Kalau tidak ikut asuransi tentu tidak bisa mendapatkan klaim ini meskipun jumlah terdampak cukup besar. Jadi ada prosedurnya sendiri. Selain AUTP ada juga program asuransi ternak sapi,” imbuhnya.
“Jangankan Gunungkidul yang petaninya tidak jadi peserta asuransi, wong dari Kabupaten Kulon Progo saja kemarin pengajuannya telat tetap tidak mendapatkan klaim kerugian atas bencana yang terjadi,” terang Raharjo.
Berkaca pada kondisi cuaca yang tidak menentu saat musim penghujan dan berdampak pada terjadinya bencana alam hingga mengakibatkan lahan pertanian lumpuh dan masyarakat merugi, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul mendorong PPL dan masyarakat agar lebih aktif kembali.
Dalam hal ini adalah memanfaatkan program asurasi, sehingga paling tidak biaya yang dikeluarkan saat melakukan aktifitas pertanian dapat tergantikan jika terdampak bencana. Untuk mencukupi kebutuhan pangan pun juga masih dapat menggunakan dana tersebut. Selain itu dari Kementan juga mengeluarkan bantuan berupa benih bagi sawah-sawah terdampak bencana.

Lahan pertanian warga Kecamatan Gedangsari yang tersapu banjir dan tanah longsor
Dipaparkan Raharjo, banjir yang terjadi di Gunungkidul mengakibatkan pelaku pertanian di 3 kecamatan yakni Ngawen, Nglipar, dan Gedangsari dirundung kerugian cukup besar. Puluhan hektare ladang warga terendam banjir. Tak hanya itu di beberapa lokasi lain pun juga mengalami hal serupa.
Berdasarkan data yang ada, di wilayah Gedangsari sendiri terdapat 62 hektare lahan pertanian gagal panen akibat banjir besar. Kerugian akibat kejadian ini ditaksir mencapai 930 juta dengan estimasi 1 hektar mengalami kerugian sekitar 15 juta. Tak hanya itu di kecamatan Semanu pun juga mengalami hal serupa dimana 10 hektare ladang pertanian terendam banjir dan petani harus menelan kerugian yang cukup besar.
“Untuk petani yang ladangnya terdampak bencana dari Pemkab sudah mempersiapkan beras cadangan dari bidang ketahanan pangan. Sehingga para petani lebih terperhatikan, untuk jumlahnya sendiri masih dalam tahap perhitungan,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Fajar Ridwan mengatakan untuk menyikapi tanggap darurat akibat bencana beberapa waktu lalu, pemerintah telah menyiapkan beras kurang dari 10 ton. Jumlah tersebut disebutkan Ridwan memang cukup kecil dan hanya mampu menyikapi pada kondisi awal semata. Sementara untuk mengatasi puso yang dialami oleh masyarakat Gunungkidul pihaknya masih harus berkoordinasi dengan pemerintah DIY intuk mendapatkan bantuan beras cadangan.
.
“Kalau untuk menganggulangi puso secara keseluruhan persediaan tidak cukup. Ini sedang mengajukan permohonan ke DIY yang memiliki cadangan beras ratusan ton. Nantinya jika telah ada alokasi bantuan akan disebar ke titik yang membutuhkan,” terang Fajar.
-
Sosial6 hari yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
Uncategorized7 hari yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
event7 hari yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
musik7 hari yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya7 hari yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan4 hari yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya