Sosial
Warga Baleharjo Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis, Kenali Gejala dan Pencegahannya




Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Selain Demam Berdarah Dengue, penyakit yang juga perlu diwaspadai saat musim penghujan seperti sekarang ini adalah lepstospirosis. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi akibat kencing tikus ini juga sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian. Pada awal 2022 ini saja, 1 orang warga Gunungkidul dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Sekretaris Dinas Kesehatan Gunungkidul, Abdul Azis mengungkapkan berdasarkan data sementara ini, hingga pertengahan Januari 2022, terdapat 2 orang uang terpapar leptospirosis. Satu diantaranya beberapa waktu lalu tidak terselamatkan dan kemudian dinyatakan meninggal dunia. Penderita lepstosprirosis yang meninggal dunia ini merupakan warga Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari.
Abdul Aziz menambahkan, saat ini, petugas dari Dinas Kesehatan Gunungkidul sedang melakukan penyelidikan epidemologi terkait dengan kasus leptospirosis tersebut. Penelusuran sendiri dilakukan mulai dari asal usul bagaimana bisa terpapar hingga faktor-faktor lainnya.
Sementara satu orang lainnya merupakan warga Kapanewon Saptosari. Beberapa waktu lalu, yang bersangkutan sempat mendapatkan perawatan di RS PKU Bantul.
“Kesehariannya pencari pakan ternak,” papar Abdul, Kamis (20/01/2022).




Leptospirosis sendiri terus mendapatkan perhatian dari jajaran Dinas Kesehatan Gunungkidul. Hal ini lantaran, hampir setiap tahun terjadi kasus leptospirosis di Gunungkidul yang sampai merenggut nyawa penderitanya.
Seperti misalnya sepanjang tahun 2021 lalu, terdapat 17 pasien terkena leptospirosis. Dari jumlah tersebut, empat pasien diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan pemetaan, puncak kasus sendiri biasanya terjadi pada bulan November- Desember-Januari.
“Penyakit ini memang patut diwaspadai,” beber dia.
Pihaknya menekankan pada masyarakat untuk lebih waspada mengingat pada bulan-bulan tersebut aktifitas di lahan pertanian cukup tinggi. Sebagaimana diketahui, penularan leptospirosis cukup rentan di lahan pertanian. Dan diperkirakan pada bulan Januari ini, merupakan puncak penghujan.
Menurut Abdul Aziz, untuk menyikapi kondisi seperti ini penanganan tidak hanya sebatas di awal untuk pasien yang sudah terpapar Leptospirosis. Melainkan juga lingkungan dan lainnya juga perlu penanganan khusus. Mulai dari pencegahan dan lainnya. Masyarakat sendiri dihimbau untuk lebih waspada, melakukan antisipasi dini saat beraktifitas di musim sekarang, terlebih jika aktifitasnya banyak di sawah.
“Mulai dari sering cuci kaki, menggunakan alas kaki saat berladang, segera mengobati luka terbuka dan lainnya. Kami tidak bisa bekerja sendiri untuk melakukan pencegahan. Kader di setiap padukuhan memiliki peran juga untuk memberikan edukasi,” sambung Dewi Irawaty, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul.
Sebagai informasi, Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Leptospirosis menyebar melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Seseorang dapat terserang leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut, atau kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi. Leptospirosis memiliki gejala yang mirip dengan penyakit flu. Namun, jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.
Pada beberapa kasus, gejala leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini muncul dalam 2 hari sampai 4 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira. Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap pasien dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis diantaranya demam tinggi dan menggigil, sakit kepala, mual, muntah, dan tidak nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah, sakit perut, serta bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Keluarga Korban Laka Laut di Pantai Drini Akan Terima Asuransi
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
BKPPD Periksa 2 ASN Yang Diduga Terlibat Perselingkuhan
-
Sosial6 hari yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Mengapung di Telaga
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sleman City Hall Hadirkan Blooming Fortune dan Rangkaian Event Menarik Sambut Imlek 2025
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Belasan Wisatawan dari Mojokerto Terseret Ombak Pantai Drini