Sosial
Was-was Sapi Mati, Peternak Gunungkidul Mulai Daftarkan Asuransi
Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Rentetan sapi mati yang terjadi selama beberapa bulan terakhir menimbulkan kekhawatiran bagi petani maupun peternak sapi di Gunungkidul. Tidak mau merugi jika ternak tiba-tiba mati, para peternak yang tergabung dalam kelompok Lembu Seto di Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar memilih untuk mendaftarkan asuransi usaha ternak sapi (AUTS) di kementerian.
Seperti yang diungkapkan oleh koordinator kelompok ternak Lembu Seto Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Marno mengungkapkan jika selepas rentetan ternak mati mendadak dan adanya isu antraks yang terjadi di di wilayah Gunungkidul menggugah kesadaran masyarakat di Desa Pengkol. Warga yang mempunyai sapi kemudian mendaftarkan diri untuk mengikuti asuransi ternak jikalau sapi mereka mati, kerugian yang ditanggung tidaklah terlalu banyak. Kemudian mendapatkan ganti rugi dari pemerintah.
“Selepas adanya sejumlah kejadian sapi mati, warga kemudian terdorong untuk ikut asuransi. Sudah sekitar 1 bulan ini kami ikut program pemerintah itu,” kata Marno, Selasa (11/02/2020).
Adapun jumlah sementara yang ikut dalam asuransi usaha ternak sapi tersebut baru sekitar 25 anggota. Tidak menutup kemungkinan jumlah ini akan bertambah jika sosilaisasi terus diberikan ke masyarakat. Adapun memang latar belakang mereka ikut lantaran tidak mau rugi. Mengingat sapi merupakan salah satu investasi para peternak, dalam proses pemeliharaannya pun membutuhkan biaya yang cukup banyak.
“Kekhawatiran mengenai kerugian itu pasti, apa lagi kalau asa sapi mati kan ndak boleh di jual to. Pasti mereka kerugiannya besar,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pembibitan dan Produksi Ternak, Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Pangan Gungunkidul, Wahyudi Kusdaryanto mengatakan sudah ada beberapa desa yang berkonsultasi dengan dinas meminta sosialisasi asuransi usaha ternak sapi ini. Menurutnya memang dalam kondisi seperti ini maupun biasanya asuransi yang merupakan program pemerintah ini sangat membantu para peternak.
“Sudah ada beberapa yang minta sosialisasi. Yang paling aktif di wilayah Nglipar dan Playen,” ujar Kusdaryanto.
Lebih lanjut, sementara ini barh ada satu kelompok yang mendaftarkan diri yakni Lembu Seto sementara yang lainnya masih dalam tahapan konsultasi. Menurutnya untuk populasi terbanyak sapi berada di wilayah Ponjong, namun memang komunikasi masih kurang intens.
“Untuk asuransi sendiri bisa secara kelompok maulun mandiri,” tutupnya.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Pemerintahan4 hari yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Olahraga2 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
‘Modal Nekat’ Garapan Imam Darto, Sukses Kocok Perut Penonton Yogya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pemerintahan6 hari yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Hukum1 minggu yang lalu
Curi 5 Potong Kayu, Warga Panggang Terancam 5 Tahun Penjara
-
Pendidikan1 minggu yang lalu
SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Siap Melaju ke Tingkat Nasional Ajang OMBN 2025
-
bisnis4 minggu yang lalu
Akhirnya! Kopi Tuku Sapa Tetangga di Yogya