Peristiwa
Kedelai Lokal Jadi Favorit, Perajin Tahu Minta Jaminan Pasokan






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Meski masuk dalam Program Pajale oleh pemerintah pusat, namun produksi kedelai di Gunungkidul belum mencukupi kebutuhan pasar secara kuantitas. Hal ini dilihat untuk usaha produksi tahu kapasitas lokal sendiri baru memenuhi 15 persen kebutuhan produksi bulanan.
Salah seorang pengrajin tahu di Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Purwo mengatakan, bahan baku pembuatan tahu masih menjadi kendala yang perlu dicarikan solusi oleh pemerintah. Selama ini, katanya, bahan baku masih banyak dipasok dari luar daerah.
"Selama ini lebih banyak menggunakan kedelai impor dari Amerika. Kedelai lokal hanya mencukupi 15 persennya," paparnya, Rabu (21/03/2018).
Kondisi tersebut, kata Purwo, sejatinya cukup memberatkan para pengrajin, pasalnya biaya produksi menjadi tinggi. Apabila mereka tidak mendapatkan untung sedikit, maka dikhwatirkan akan ada banyak perajin yang merugi.
"Selain itu, harga kedelai naik terus tapi harga tahu masih sama," ungkap dia.







Diakuinya, perajin mengeluhkan banyaknya kedelai impor yang masuk ke Indonesia dibandingkan kedelai lokal. Meski kapasitasnya kecil, namun kedelai lokal sebenarnya merupakan favorit perajin. Hal ini lantaran rasanya yang lebih enak dibandingkan menggunakan kedelai impor.
Namun lantaran pasokannya yang sedikit dan tak pasti, membuat pengusaha tahu dan tempe di Gunungkidul lebih melirik penggunaan kedelai impor. Pasalnya proses produksi harus tetap berlangsung, sementara bahan baku yang tersedia adalah kedelai impor.
Ia membeberkan, kedelai yang dihasilkan petani lokal sebenarnya lebih berkualitas dalam hal aroma dan kesegarannya. Namun demikian, pengusaha kedelai harus banting tulang mencari kedelai lokal jika ingin memakainya sebagai bahan baku.
Selain itu, kedelai lokal kulitnya lebih tipis sehingga apabila dimasak lebih cepat matang. Selain rasanya juga lebih legit dan fresh, kandungan airnya pun lebih banyak.
"Kalau lokal itu lebih harum, kualitas lebih segar. Tapi masalahnya kedelai lokal ini susah sekali carinya," keluh Purwanto.
Ia menilai, petani kedelai lokal masih kurang terlatih dalam mengelola hasil panennya. Pasca panen, masih banyak material lain seperti dahan, ranting, bahkan tanah yang ikut terbawa saat mengantarkan kedelai. Sementara apabila membeli kedelai impor sudah dalam keadaan bersih.
Seperti diketahui, impor kedelai terbesar di Indonesia berasal dari Amerika sebanyak 1,8 juta ton. Kemudian dari Malaysia 120 ribu ton, Argentina 73 ribu ton, Uruguay 16 ribu ton, dan Brasil 13 ribu ton.
"Kedelai impor itu layak tapi harga tinggi. Masalah kualitas kedelai lokal kualitasnya jauh lebih baik dari kedelai impor," terangnya.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
Sosial4 minggu yang lalu
Istri Wakil Bupati Gunungkidul Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PKK, Ini Hal yang Akan Dilakukan
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks