Peristiwa
Ternak Keluar Gunungkidul Harus Dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan Hewan






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Mendekati hari raya kurban, peredaran ternak di Gunungkidul semakin menggeliat. Permintaan ternak khususnya sapi dari luar daerah masih tinggi ditengah adanya wabah antraks. Namun begitu, saat ini ada kebijakan terkait peredaran ternak ke luar daerah, yakni setiap ternak harus memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
Sekretaris DPP, Astuti Adiati mengatakan, aturan tersebut sebenarnya sudah ada sejak dulu. Namun kini dengan adanya kasus antraks di Gunungkidul, permintaan konsumen dari luar daerah mewajibkan adanya SKKH tersebut.
“Untuk peredaran ke arah barat, seperti Jakarta dan Jawa Barat itu harus lolos filter di perbatasan Purworejo. Kalau tidak ada SKKH ternak tidak bisa masuk,” ujar Astuti ketika ditemui pidjar-com-525357.hostingersite.com, Jumat (26/07/2019).
Ia menjelaskan, kewajiban SKKH sendiri baru ada di jalur barat. Untuk jalur utara dan timur belum memiliki petugas penjagaan terkait peredaran ternak.
Menurutnya, untuk mendapatkan SKKH sendiri bukanlah hal yang sulit. Setiap peternak atau pelaku usaha yang ingin mengirimkan ternaknya ke luar daerah harus mengujikan ternaknya di laboratorium.







“Biayanya untuk sapi Rp 5.000, kambing Rp 2.500. Nanti kemudian ada petugas kesehatan yang mengeluarkan surat tersebut. Kalau sehat ya dapat surat kalau tidak ya tidak,” terangnya.
Menurutnya, selaih adanya SKKH tersebut, pihaknya mengkontrol kesehatan hewan ternak khususnya untuk kurban ini juga dilakukan di pasar hewan yang ada di Gunungkidul. Sehingga nantinya jika ada ternak yang sakit atau mati mendadak dapat dilakukan penanganan sedini mungkin.
“Setiap pasar ada petugas kesehatan hewan yang berjaga. Tentu mereka dibekali ilmu pengetahuan untuk menangani hewan sakit,” imbuh dia.
Sementara itu, Kasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Veteriner, DPP Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan, proses penyuntikan vaksin telah selesai dilakukan. Menurutnya dari 5.000 dosis yang disediakan hanya terpakai sekitar separuhnya saja.
“Dulunya yang kita hitung adalah populasi. Setelah di lapangan, ada ternak yang kurang sehat, bunting dan pasca IB (kawin suntik) tidak kita suntik,” terang dia.
Selama proses vaksin sendiri juga tidak terjadi hambatan berarti. Meski beberapa ternak mengalami penurunan nafsu makan serta kenaikan suhu badan namun hal itu dapat ditangani.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks