Peristiwa
Ekspedisi Destana Latih Masyarakat Respon Bencana Cepat dan Tepat


Girisubo,(pidjar.com)–Adanya potensi tsunami di kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta nampaknya direspon serius oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Mitigasi bencana dianggap menjadi hal yang sangat penting agar jika sewaktu terjadi bencana alam masyarakat dapat meresponnya dengan tepat.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan saat mengikuti ekspedisi Desa Tanggap Bencana (Destana) tsunami di Pantai Sadeng, Desa Songbanyu, Kecamatan Girisubo menyampaikan, dengan dilakukan ekspedisi destana tsunami selama 3 tahun kedepan dapat membuat beberapa program. Diantaranya ialah pembuatan jalur infrastruktur guna dijadikan sebagai jalur evakuasi.
“Misalnya sudah ada tempat evakuasi tetapi tidak ada jalannya, ada jalan tetapi jembatan tidak ada kita harus perbaiki itu. Kemudian juga akan memperbanyak rambu-rambu,” ujarnya, Rabu (23/07/2019) kemarin.
Ia menambahkan, desa yang memiliki potensi terdampak tsunami diharapkan aktif melakulan simulasi penanganan bencana tsunami. Sehingga kesiapsiagaan masyarakat selalu terlatih dan dapat merespon kejadian dengan cepat dan tepat.
“Paling tidak satu tahun sekali desa-desa melakukan simulai. Mengingat daerah selatan jawa ini selama kurun waktu 25 tahun terakhir ada 3 kejadian tsunami pertama pada tahun 1994 di daerah Banyuwangi, lalu 2006 di Pangandaran, dan 2018 ada di Selat Sunda,” paparnya.
Ia menyebut, saat ini masyarakat belum banyak teredukasi secara maksimal dalam merespon kebencanaan. Beberapa tempat yang pernah mengalami tsunami diharapkan lebih siap siaga merespon terjandinya bencana alam.
“Sudah waktunya bagi kita sebelum tsunami terjadi kita siapkan semua yang terpenting adalah masyarakat, karena mereka yang berhadapan langsung. Ada sekitar 600 ribu orang yang tinggal di desa-desa rawan tsunami,” katanya.
Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana menjelaskan, saat ini dibutuhkan keseriusan dalam mengerjakan jalur evakuasi terutama di DIY. Namun begitu, menurutnya beberapa wilayah seperti Gunungkidul memiliki benteng pertahanan berupa bukit dan gumuk pasir sebagai tameng pertama jika terjadi bencana tsunami.
“Memang yang sudah ada baru di Pantai Kwaru tempat evakuasi tsunami, tetapi sebenarnya alam sudah menyediakan pelindung seperti gumuk pasir dan ada bukit-bukit bagi kita menjadi pelindung dari tsunami,” katanya.
Selain itu, menurutnya sangat penting sekali adanya sosialisasi terkait kebencanaan. Pemahaman itu diberikan dari mulai desa hingga sekolah-sekolah karena setiap tahun murid berganti maka guru yang dilatih dan edukasi.
“Yang terlibat dengan kegiatan ini ada 39 desa, 12 Kecamatan, dan 3 kabupaten seluruh DIY targetnya kita bentuk destana di kawasan rawan,” pungkasnya.

-
Sosial4 minggu yang lalu
SMP Swasta Ini Borong Juara di LBB Gunungkidul 2023
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Tragis, Warga Prigi Tewas Usai Terlindas Bus Pariwisata di Jalan Jogja-Wonosari
-
Hukum4 minggu yang lalu
Wanita Pelaku Pembunuhan dan Pembuangan Bayi Ditangkap
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Kecelakaan di Jalan Baron, Pengendara Motor Tewas Mengenaskan Terlindas Truk
-
Hukum4 minggu yang lalu
Komplotan Pencuri Baterai Tower Telekomunikasi Diringkus Petugas
-
Sosial3 minggu yang lalu
Asa Warga Karangnongko Miliki Jalan Layak Akhirnya Terwujud, Pria Ini Berjalan Merangkak
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Selingkuhi Warganya, Oknum Dukuh Dituntut Mundur
-
Politik4 minggu yang lalu
Empat Program Kunci Untuk Kemajuan Gunungkidul
-
Hukum4 minggu yang lalu
Kasus Naik Penyidikan, Korban Bullying di SD Elite Ternyata Sempat Opname di RS
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Disapu Angin Kencang, Sejumlah Rumah di Semin Rusak
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Puluhan Baliho Kaesang dan PSI di Jalan Wonosari Dirusak Orang Tak Dikenal
-
Pendidikan4 minggu yang lalu
Akui Peristiwa Bullying Menimpa Sejumlah Siswa Lainnya, SD Al Azhar Bina Pelaku