Pendidikan
Banyak SD Minim Siswa, Disdikpora Gunungkidul Terus Kaji Rencana Penggabungan Sekolah






Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Regrouping Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu langkah pemerintah untuk melakukan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan. Selama ini, jumlah SD di Gunungkidul sendiri dinilai sudah terlalu banyak. Hal ini terbukti dari minimnya siswa di sejumlah SD.
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sendiri dalam dua tahun terakhir telah melakukan regrouping pada 3 sekolah dasar. Langkah tersebut diambil karena beberapa pertimbangan seperti jumlah siswa yang tidak memenuhi syarat penyelenggaraan pendidikan.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul, Kisworo, menyampaikan, regrouping sendiri diadakan untuk mengatasi permasalahan peningkatan mutu, kekurangan tenaga guru, serta efisiensi biaya perawatan gedung. Dari data yang dimilikinya, dalam dua tahun terakhir terdapat 3 Sekolah Dasar yang telah diputuskan untuk diregrouping. Regrouping dua SD diantaranya dilaksanakan pada tahun 2020 lalu, dan satu SD dilaksanakan pada tahun ini.
“Tahun 2020 ada regrouping SD N Tegalrejo dan SDN Tileng II, serta SDN Semin IV dengan SDN Bulurejo I. Pada tahun 2021 ini ada regrouping SDN Pugeran dan SDN Patuk I,” ucapnya, Rabu (29/12/2021).
Menurutnya, pengambilan kebijakan regrouping tergantung pada kebutuhan dan perkembangan di setiap sekolah. Sehingga kemudian adanya regrouping setiap tahun menjadi tidak tentu jumlahnya. Kebijakan regrouping sekolah sendiri merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki pengelolaan sekolah yang kemudian tentunya berdampak pada kualitas pendidikan. Dalam regrouping sendiri harus ada sejumlah bahan pertimbangan. Diantaranya yang seringkali menjadi masalah adalah memperhatikan kedekatan jarak antara kedua sekolah. Memang ada persyaratan bahwa sekolah hasil dari regrouping tidak boleh melebihi 2 kilometer dengan jarak sekolah terdekat.







“Biasanya karena kekurangan murid sehingga di regrouping,” sambung Kisworo.
Ia menambahkan jika saat ini yang masih di dalam kajian ialah wacana regrouping SDN Tepus 2 yang terdampak pembangunan JJLS. Karena gedung sekolahnya terdampak JJLS, pembelajarannya pun kemudian harus dilaksanakan di Balai Padukuhan setempat. Wacana regrouping sekolah pun menjadi dilema tersendiri karena nantinya akan membuat jarak tempuh bagi siswa ke sekolah menjadi cukup jauh.
“Yang masih jadi bahan kajian ya SDN Tepus II, sekarang prosesnya masih tahap evaluasi. Kalau tahun depan belum ada rencana regrouping,” pungkasnya.