Connect with us

Budaya

Kangen Manthous, Sang Maestro Yang Karyanya Kini Tergerus Boomingnya Musik Dangdut dan Elektone

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Salah satu musik yang menjadi ciri khas Gunungkidul adalah campur sari. Musik yang menggabungkan musik jawa dengan alat musik modern ini sangat akrab di telinga warga Gunungkidul. Pada masanya, musik campursari begitu berjaya.

Berkembangnya musik campursari sendiri tak bisa lepas dari peran musisi kawakan asal Kecamatan Playen, Manthous. Meski pria bernama asli Sumanto Sugiyanto tersebut telah lama meninggal dunia, namun nama besarnya seakan terus abadi di kalangan masyarakat Gunungkidul khususnya penikmat musik campur sari. Hingga saat ini, sejumlah karyanya masih terus diperdendangkan. Karya Manthous dianggap memiliki keunikan tersendiri lantaran memiliki ciri khas. Tak sedikit para penggemar pria berkumis ini yang rindu dengan suaranya yang berkarakter serak-serak basah saat menyanyikan langgam-langgam Jawa.

Di era Manthous berkiprah, lagu Jawa seperti campursari, langgam dan beberapa aliran musik asli Jawa menjadi booming di telinga masyarakat pada umumnya. Tidak hanya di tingkat lokal saja melainkan menasional. Perlahan langgam dan campursari mulai diminati oleh para pecinta musik. Lagu-lagu yang syairnya bercerita mengenai proses kehidupan mulai dirilis dan dipasarkan.

Hampir secara keseluruhan lagu yang dibawakan oleh Manthous selalu menjadi trend. Suaranya yang merdu menjadi cirikhas tersendiri. Canda tawa, kegigihannya dalam melestarikan budaya yang ada selalu dirindukan oleh para pengemar dan seniman di Gunungkidul. Tak sedikit sekarang ini, para seniman seniwati Gunungkidul, yang selalu berusaha membawakan lagu-lagu Manthous untuk mengenang perjuangannya terdahulu.

Berita Lainnya  Peran Keluarga Disebut Penting Hadapi Penggunaan Bahasa Daerah yang Mulai Memudar

“Yang paling saya kangeni dari beliau? Jajan bareng. Bukan di tempat mewah lho ya, di mana pun tempatnya. Biasanya beliau menghubungi saya ayo ngopi, pasti itu ada yang ingin didiskusikan. Sesibuk apapun saya selalu sempatkan waktu kalau beliau ngajak jajan. Kangen ngobrolnya meski serius tapi asyik,” ucap salah satu musisi Campursari senior Gunungkidul, Mbah Joni, Minggu (21/10/2018).

Di mata Mbah Joni, Manthous adalah seniman sejati. Hingga beberapa waktu setelah ia meninggal, nyaris tak ada artis Gunungkidul yang bisa menyamai atau bahkan mendekati level Manthous. Banyak musisi campursari yang berkiblat pada pria berkumis tersebut.

“Bisa dibilang beliau adalah legenda di Gunungkidul,” tuturnya.

Untuk mengenang kiprah Manthous sebagai seniman terbaik di Gunungkidul dan menghidupkang campursari di Bumi Handayani ini, jalan di Kecamatan Playen bahkan diberinama Jalan Manthous. Mungkin, bagi generasi melenial sekarangan ini tidak mengetahui secara pasti kiprah Manthous dan siapa itu Manthous. Mereka hanya sesekali mendengar lagu-lagu lama dan belum tentu mengerti alur ceritanya.

Berita Lainnya  Dinyatakan Aman, Stok Hewan Kurban di Gunungkidul Melimpah

Misalnya saja Nyidam Sari, Tahu Opo Tempe, Kempling, Yen Ing Tawang dan beberapa lagu lain yang tidak begitu sering dinyanyikan oleh para pemusik campursari atau lainnya. Padahal jika ditelisik, lagu-lagu Manthous sarat akan nilai kehidupan. Sayang, modernisasi perlahan menggerus budaya atau aset yang dimiliki daerah.

Mbah Joni sendiri juga sadar akan hal itu, berkembangnya jaman yang semakin maju membuat karya-karya Manthous mulai tergerus zaman. Meski bermunculan penyanyi campursari yang didominasi dengan muda mudi, namun mereka justru mengadopsi lagu-lagu dangdut Jawa asal daerah Jawa Timur. Bukan lagi mengunggul-unggulkan aset milik sendiri, terutama langgam dan campursari.

“Kondisinya sekarang seperti ini. Roh campursari asli Gunungkidul mulai terkikis. Padahal lagu Manthous memiliki keunggulan tersendiri lho,” tambah dia.

Kondisi seperti ini mendorong Mbah Joni yang notabene seniman senior Gunungkidul tergugah untuk melestarikan apa yang telah dirintis dan dikembangkan oleh Manthous dalam dunia campursari dan langgam. Mengedukasi seniman muda dengan membekali pengetahuan yang berkaitan dengan lagu lama dan semangat berkiprah layaknya Manthous.

“Saya buka sanggar tembang campursari, kita di sana kumpul sesama seniman dan pecinta campursari. Sambil mengobati rasa kangen dengan membawakan lagu-lagu sang maestro,” imbuh dia.

Acara mengenang Manthous yang digelar oleh sejumlah seniman Campursari Gunungkidul beberapa waktu lalu

Sejauh ini dalam setiap penampilan entah acara resmi di pernikahan atau acara lainnya para penyanyi diwajibkan membawakan lagu-lagu Manthous. Menurut Joni, itu merupakan sebuah upaya untuk membangkitkan lagu-lagu lama. Dirinya pun memiliki keyakinan jika suatu saat lagu-lagu itu akan kembali populer.

Berita Lainnya  Tiga Kali Dalam Seminggu, Samikem Jadi Korban Gantung Diri Ketiga di Awal Tahun 2019

Sementara itu, Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB. Supriyanto mengungkapkan kekhawatirannya atas tergerusnya tembang-tembang lama dan bersejarah yang sekarang sudah mulai jarang didengar. Menurutnya, meski penyanyi campursari sekarang mulai bermunculan, namun tidak banyak yang mengetahui dan fasih dalam membawakan lagu lama, misalnya lagu-lagu milik Manthous dan lagu lainnya.

“Justru bergeser ke electone atau musik dangdut. Sekarang dari pemerintah kalau ada acara mulai menggandeng penyanyi Jawa tapi juga bisa modern,” ucap CB Supriyanto.

Ia berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan para seniman seniwati ini dapat terus melestarikan aset yang dimiliki. Generasi muda juga mengetahui dan memiliki greget tersendiri dalam menyikapi pergeseran namun tidak melupakan budaya yang ada. Beberapa waktu lalu pun juga diadakan sebuah acara untuk mengenang Manthous dan mengobati rasa kangen terhadap lagu lawas Jawa.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler