fbpx
Connect with us

Sosial

Tak Dapat Pengobatan Layak dan Perlakuan Kurang Mengenakkan, ART Ketua DPRD Berang Saat Berobat di RSUD Wonosari

Diterbitkan

pada

BDG

Playen, (pidjar.com)–Pengalaman kurang mengenakkan harus dialami Ngadiyono (45) warga Padukuhan Selang 1, Desa Selang, Kecamatan Wonosari ketika berusaha mendapatkan layanan kesehatan di RSUD Wonosari. Dalam keadaan menderita sakit demam tinggi dan tak berdaya, ia harus direpotkan bolak balik ke IGD rumah sakit terbesar di Gunungkidul ini. Lantaran tak puas dengan layanan tersebut, Ngadiyono akhirnya memilih memeriksakan diri ke RS swasta dan hingga kini harus menjalani opname.

Kejadian kurang mengenakan dan bisa berbahaya terhadap nyawa Ngadiyono ini terjadi pada Minggu (03/03/2019) dinihari dan hari berikutnya Senin (04/03/2019) dinihari silam. Pada Minggu dinihari, kondisi Ngadiyono sangat lemah, ia menderita panas tinggi yang disertai dengan sesak nafas. Oleh keluarga, pria yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga Ketua DPRD Gunungkidul, Dhemas Kursiswanto ini kemudian dilarikan ke IGD RSUD Wonosari.

“Dengan tubuh menggigil dan suhu tubuh diatas 40 derajat, oleh keluarga saya dilarikan ke IGD RSUD Wonosari. Di IGD saya nggak diapa-apain, hanya diperiksa pakai stetoskop di dahi dan pengukuran tensi. Waktu itu tensi saya 80/60 lantas diberikan obat Paracetamol dan Omephrazol untuk sakit perut,” katanya ketika ditemui pidjar.com, Jumat (08/03/2019) siang.

Oleh pihak rumah sakit, Ngadiyono kemudian diperbolehkan untuk pulang. Padahal saat itu menurutnya, kondisinya belum stabil dan masih lemah. Badannya masih menggigil kedinginan meski suhu tubuh panas. Atas petunjuk dokter IGD, setiap 4 jam sekali Ngadiyono harus menelan sebutir Paracetamol untuk menurunkan panas. Meski instruksi tersebut sudah dilakukan, suhu tubuhnya tak kunjung turun. Lantaran kondisinya kian parah, maka oleh keluarga, Ngadiyono lantas kembali dilarikan ke IGD RSUD Wonosari pada Senin pukul 02.00 WIB dinihari. Di IGD, dia kembali tidak mendapatkan pelayanan memadai.

“Lama saya terbaring lemah dan tidak diapa apain dokter. Lantas dalam kondisi sakit itu saya komplain kepada petugas, sebab tidak disuntik atau tindakan medis lainnya. Intinya saya mau diobati atau tidak? Jika tidak saya mau pindah rumah sakit,” sambungnya dengan raut muka kesal.

Yang membuatnya sakit hati adalah jawaban yang diberikan dari petugas medis IGD. Jawaban tersebut dirasanya sangat tidak mengenakkan hatinya. Dalam keadaan sakit, ia masih harus memendam amarah.

Berita Lainnya  Pramuka Gunungkidul Mulai Lakukan Perjaringan Ketua Kwarcab

“Lha siapa yang nyuruh situnya berobat ke sini? Kalau dibawa ke sini tentunya ya kami obati,” ucapnya menirukan jawaban dari petugas IGD RSUD Wonosari.

Setelah beberapa waktu, oleh petugas, dia lantas di test darah untuk dicek di laboratorium. Setelah itu, ia kemudian diberikan vitamin dan Ambroxoll untuk obat batuk.

“Sakit saya belum jelas tapi diberikan Ambroxoll untuk batuk? Inikan lucu, penyakit saya saja belum ketahuan kok langsung kasih obat. Boro-boro disuruh rawat inap, sama sekali tidak dilakukan,” keluhnya jengkel.

Ia melanjutkan, setelah urusan administrasi dibayarkan secara tunai, Ngadiyono segera dibawa pulang ke rumah. Namun karena kesehatannya tak kunjung membaik, oleh tetangga disarankan rawat inap di rumah sakit. Namun kali ini Ngadiyono menolak keras berobat ke RSUD Wonosari. Ia kemudian memutuskan untuk berobat ke RS Nurokhmah Playen.

Berita Lainnya  BUMDes Maju Mandiri Bagi-bagi Ratusan Paket Sembako

“Nah oleh keluarga saya dibawa ke RS Nur Rohmah sini. Setelah lab darah dinyatakan positif thypus dan harus rawat inap. Sekarang berangsur angsur pulih setelah dirawat sejak Rabu sore kemarin,” jelas Ngadiyono.

Ibu Ngadiyono, Suyati yang ditemui saat menunggui anaknya

Suyati, ibunda Ngadiyono, menambahkan, sejak Sabtu siang anaknya memang mengalami demam tinggi. Maka biarpun masih dinihari, pihaknya nekad melarikan anaknya ke IGD RSUD Wonosari lantaran kondisinya yang terus memburuk. Harapannya, dengan mendapatkan penanganan medis secara cepat, kondisi anaknya bisa membaik dan bahkan sembuh.

“Tetapi ya seperti cerita anak saya tadi, berjam-jam hanya dibiarkan tergeletak tanpa penanganan medis. Hanya disentuh dengan stetoskop, tidak disuntik apalagi infus. Hasil lab di sana katanya hanya demam biasa. Diberi obat lantas suruh pulang,” kata Suyati.

Suyati menduga, pihak rumah sakit setengah hati dalam menangani pasien lantaran penampilan anaknya bertato seperti preman dan dikira menggunakan kartu jaminan semacam KIS atau BPJS.

Berita Lainnya  Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak Diancam Dijerat UU No 17/2016, Hukuman Mati dan Kebiri Menanti

“Padahal sedari awal saya bayar tunai. Dokter perempuan yang menangani juga bilang kalau untuk periksa harus bayar. Ya saya jawab bahwa semuanya saya bayar tunai, alias tanpa kartu jaminan, ” lanjutnya.

Hingga berita ini dilansir, Sumartana, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUD Wonosari belum berhasil dikonfirmasi terkait persoalan ini. Nomor ponsel maupun aplikasi WhatShap tidak bisa dihubungi. Pidjar.com juga sudah berusaha untuk menemui para pejabat di lingkungan RSUD Wonosari. Namun pada Jumat siang tadi, ruang-ruang di lantai 1 maupun 2 gedung bagian timur Poliklinik Terpadu RSUD Wonosari kosong tanpa penghuni.

Kantor para pejabat RSUD Wonosari yang kosong pada Jumat siang tadi

Wartawan pidjar.com sendiri berhasil menghubungi Direktur RSUD Wonosari, dr Heru Sulistyo. Namun ketika dimintai konfirmasi, Heru mengaku belum mengetahui secara persis terkait insiden tersebut. Ia menyatakan akan memeriksa rekam medis dari pasien yang masuk pada Minggu maupun Senin dinihari tersebut.

“Untuk selanjutnya silahkan hubungi saja PPID RSUD Wonosari terkait kejadian ini,” ucap Heru singkat.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler