Sosial
Air Berubah Warna Jadi Putih, Warga Wareng Harus Endapkan 2 Hari Untuk Bisa Dikonsumsi






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Warga Desa Wareng, Kecamatan Wonosari sejak beberapa pekan belakangan ini mengeluhkan kondisi air yang biasa mereka dapatkan. Pasalnya, warna air berubah yang disalurkan dari SPAMDes setempat tersebut berwarna putih susu layaknya air yang tercampur zat lain. Warga pun hanya bisa menduga-duga air di sumur tersebut tercampur zat kapur, meningat belakangan ini tengah ada pengeboran jaringan. Akibatnya, untuk penggunaan air oleh warga tidak bisa langsung digunakan. Mereka harus mengendapkan air tersebut selama beberapa waktu sebelum akhirnya bisa kemudian dikonsumsi.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga setempat, Sabaryono. Menurutnya perubahan warna air yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa Wareng itu patut diduga disebabkan oleh adanya pengeboran jaringan baru penyedia air minum Desa (Spamdes). Sehingga air konsumsi itu pun berubah menjadi air yang layaknya tercampur zat kapur.
Untuk dapat tetap mengkonsumsi air itu, warga harus mengendapkan air itu selama berhari-hari. Sehingga air yang dihasilkan jernih layaknya air pada biasanya. Namun untuk mandi dan mencuci warga hanya menggunakan air ala kadarnya, yang terpenting tidak menimbulkan efek pada tubuh mereka.
“Sudah terjadi sekitar 2 minggu ini. Setiap kali akan menggunakan air untuk masak atau air minum harus diendapkan sekitar 2 hari lamanya,” terang dia.
Lebih lanjut, sumur bor itu memang tergolong baru. Dalam pengelolaannya dilakukan oleh kelompok perkumpulan tani yang memakai air dari sumur. Namun dampaknya justru pada sumur warga sekitar yang airnya berubah. Sebenarnya di lokasi sumur bor ada sumur lama. Namun debit airnya menurun sehingga petani harus mengebor sumur ulang di sekitar lokasi yang sama.







Ia tentu menyayangkan adanya pengeboran sumur yang baru. Meski tersebut tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar. Untuk mendapatkan air konsumsi itu, warga harus membayar 2.500 perkubiknya. Kemudian ditambah dengan biaya beban 10.000 perbulannya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Basuki warga setempat. Kondisi air yang keruh itu dapat dikhawatirkan menimbulkan gangguan kesehatan bagi para pengkonsumsinya. Ia berharap ada tindak lanjut dar instansi terkait, sehingga ada solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi kondisi ini.
“Mudah mudahan lah segera ada solusi terbaik,” imbuh dia.
Semetara itu, Kepala Desa Wareng, Bambang Sukoco mengatakan, jika kondisi ini telah ia ketahui. Namun demikian pihalnya juga belum menemukan solusi terbaik untuk menangani permasalahan berubahnya air yang sering dikonsumsi oleh warganya. Dalam waktu dekat ini ia akan berkoordinasi dengan pihak pengelola.
“Untuk solusi sementara ini memang harus diendapkan terlebih dahulu sebelum dimasak dan dikonsumsi oleh warga. Memang repot,” terang dia.