Pemerintahan
Anggaran Dropping Air Semakin Menipis, Diperkirakan Tak Akan Sampai Musim Kemarau Usai






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Anggaran yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam menangani kekeringan pada tahun 2019 ini mulai menipis. Dari anggaran awal yang disediakan sebesar Rp 500 juta, sudah separuh lebih atau Rp 300 juta yang telah digunakan untuk dropping air bersih ke sejumlah kecamatan.
Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul Edy Basuki menjelaskan, anggaran penanggulangan kekeringan tersebut mulai digunakan sejak kekeringan terjadi pada bulan April 2019 lalu. Penggunaan anggaran tersebut tidak hanya biaya pembelian air bersih saja, melainkan juga untuk pembayaran tenaga dan bahan bakar.
“Anggaran Rp 300 juta tak hanya untuk membeli air tetapi juga sudah memuat upah pengemudi, biaya bahan bakar minyak, hingga servis kendaraan tangki. Kalau lebih (Rp 300 juta) ya lebih sedikit ,” kata Edy, Jumat (16/08/2019).
Edy menjelaskan berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kekeringan di Gunungkidul akan terjadi hingga bulan Oktober 2019. Saat ini pun mulai ada penambahan permintaan droping air yaitu di Kecamatan Semin.
“Kemarin kan yang mengajukan Kecamatan Rongkop, Girisubo, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Panggang, lalu Purwosari, Nglipar, Ngawen, dan ini masuk Semin,” paparnya.







Ia memperkirakan, dana ini akan habis saat masuk bulan Oktober. Namun begitu, jika nanti dana sudah habis, pihaknya bisa mengajukan penambahan anggaran melalui Belanja Tidak Terduga (BTT), provinsi, hingga mengajukan bantuan ke pemerintah pusat. Nantinya, jika anggaran untuk dropping air dan harus mengajukan tambahan anggaran melalui BTT sudah habis, otomatis status juga akan naik ke darurat kekeringan.
“Status akan dinaikan jika kekeringan masih dialami masyarakat sedangkan anggaran BPBD sudah habis. Pada bulan September nanti kita akan hitung detailnya masih kurang berapa. Jika sampai Oktober itu jelas kurang. Beberapa waktu lalu sudah dijanjikan anggaran tambah pada APBD Perubahan tetapi hingga saat ini belum ada kabar lebih lanjut,” ungkap dia.
Sementara itu, anggota Ddewan Perwakilan Rakyat (DPRD) kabupaten Gunungkidul, Suharno menuturkan, mengatasi masalah air di Gunungkidul menjadi sangat penting. Pihaknya akan merencanakan pembuatan embung raksasa untuk mengatasi kekeringan di Gunungkidul.
“Kita akan kembalikan program-program yang anggarannya sebesar Rp 37 milyar untuk mengatasi kekeringan,” imbuhnya.
Ia menjelaskan Gunungkidul dulunya memiliki semboyan Gunungkidul Dhaksinarga Bumikarta, bukan Handayani. Yang memiliki arti Dhaksi adalah selatan, narga artinya Gunung, bumikarta adalah kesejahteraan.
“Artinya adalah yang menyejahterakan adalah gunung maka air atau sumber yang besar dibuat di gunung dan dialirkan ke masyarakat, sehingga ketika keran ar dibuka air dapat mengallir ke mastarakat ini lah yang menjadi cita-cita kami,” pungkasnya.