Sosial
Angka Balita Stunting di Gunungkidul di Angka 18,4%, Begini Kata Pemerintah
Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mencatat, balita penderita stunting di Kabupaten Gunungkidul masih di angka 18,4 persen. Angka tersebut disebut jauh di bawah angka rata-rata nasional. Dinas mengklaim hal itu merupakan dampak positif kesuksesan pemerintah dalam menjalankan beberapa programnya.
Sekretaris Dinkes Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, pihaknya akan terus menekan angka balita terkena stunting di Gunungkidul. Sejumlah gerakan pun dipersiapkan salah satunya dengan menggandeng OPD lain seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP3AKBPMD). Nantinya, pencegahan stunting diharapkan menjadi salah satu prioritas pembangunan desa.
“Angka stunting kita 18,4 persen, ini sebenarnya prestasi karena kita di bawah rata-rata nasional,” kata Priyanta, Kamis (07/11/2019).
Upaya Dinkes sendiri, lanjut Priyanta, saat ini pihaknya terus melakukan screaning. Diantaranya dengan pemenuhan alat ukur tinggi badan secara bertahap. Selain itu, gerakan pemberian makanan tambahan baik dari puskesmas maupun swadaya masyarakat juga terus dilakukan.
“Kita lintas sektor, selain dari Dinkes dan DP3AKBPMD juga dari sektor pertanian, ada gerakan kawasan rumah pangan lestari. Jadi gerakan ini dengan menyediakan pangan yang sehat dan bisa dikonsumsi di lingkungan masyarakat itu sendiri,” ucap dia.
Dengan demikian, jika ditemukan adanya anak berisiko kekurangan gizi pihanyak akan melakukan pemberian tambahan makanan. Sehingga berat badan anak bisa berangsur ideal dan tubuhnya dipastikan dalam keadaan sehat.
Disinggung mengenai penyebab utama balita terkena stunting, menurutnya dikarenakam kekurangan inti gizi. Hal ini bisa disebabkan karena kurang atau didalamnya ada infeksi yang mengurangi kecukupan gizinya. Sehingga, kekurangan intik gizi itu berasal dari ragam faktor.
“Ini kalau diurai faktornya banyak, bisa karena sosial ekonomi, kedua karena lingkungan ada infeksi, perilaku pola asuh, dan bisa diawali dengan kongenital bawaan yakni bayi sejak dalam kandungan yang kurang optimal,” ujarnya.
Ia menjelaskan faktor yang paling sulit dicegah dalam pencegahan penyakit stunting ada pada perilaku yang kongenital seperti pernikahan dini hingga kurangnya perhatian waktu hamil yang berpotensi pada berat bayi lahir rendah (BBLR). Sehingga jika sudah menggalami BBLR potensi stunting menjadi sangat tinggi.
“Jadi kurang dari 2,5 kg beratnya. Jadi kalau diurai akibatnya itu tadi pernikahan dini dan kurang perhatian saat hamil,” kata Priyanta.
Dampak dari pernikahan dini kerap kali tidak diperhatikan oleh pasangan suami istri. Seharusnya, ada upaya 1000 hari perhatian yang harus dilakukan. Namun, jika itu hilang maka bayi beresiko lahir stunting.
“Kalau Gunungkidul faktor penyebabnya komplek, ada kongenital ada juga perilaku anak-anak yang ibunya karir jadi kurang perhatian,” ujarnya.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Pemerintahan5 hari yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Olahraga3 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
‘Modal Nekat’ Garapan Imam Darto, Sukses Kocok Perut Penonton Yogya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pemerintahan7 hari yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Hukum1 minggu yang lalu
Curi 5 Potong Kayu, Warga Panggang Terancam 5 Tahun Penjara
-
Pendidikan1 minggu yang lalu
SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Siap Melaju ke Tingkat Nasional Ajang OMBN 2025
-
bisnis4 minggu yang lalu
Akhirnya! Kopi Tuku Sapa Tetangga di Yogya