fbpx
Connect with us

Sosial

Atasi Bencana Kekeringan Menahun, Ini Program Jangka Pendek dan Panjang PDAM Tirta Handayani

Diterbitkan

pada

BDG

Tepus, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kekeringan seakan tak pernah lepas dari bumi handayani. Setiap kali musim kemarau, ratusan ribu warga masyarakat terdampak oleh bencana tahunan ini. Sejumlah sektor produksi, seperti misalnya di sektor pertanian mandheg akibat bencana. Sebuah hal yang bisa dipahami lantaran untuk mencukupi kebutuhan air untuk hidup saja, para warga tersebut cukup kesulitan.

Kekeringan yang telah menjadi bencana menahun ini membuat banyak kalangan prihatin. Banyak yang kemudian mempertanyakan kinerja pemerintah maupun PDAM Tirta Handayani dalam upayanya mengantisipasi kekeringan yang terus dirasakan masyarakat ini.

Disinggung mengenai upaya PDAM Tirta Handayani dalam mengantisipasi bencana kekeringan, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani, Isnawan Fibrianto mengatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan sejumlah program. Dalam hal ini, terdapat program jangka pendek dan panjang yang tengah digagas PDAM Tirta Handayani dalam upayanya untuk menyuplai air ke masyarkat.

Ia jelaskan lebih lanjut, untuk program jangka pendek, pihaknya tengah merevitalisasi sejumlah titik. Menurut Isnawan, saat ini ada empat titik yang direvitalisasi. Keempatnya ialah sumber Gombang dengan debit 40 liter tiap detik; Bribin 25 liter per detik; Karangrejek 30 liter tiap detik dan Tawarsari 7 liter per detik. Sumber Gombang dan Bribin dengan debit 65 liter per detik ini nantinya akan diproyeksikan untuk mensuplai wilayah Rongkop, Tepus dan sekitarnya.

Berita Lainnya  Puluhan Hektar Lahan Pertanian Diacak-acak Monyet, Pemkal Kemadang Bakal Datangkan Pawang

“Sumber Gombang dan Bribin dapat memasok 5.200 KK atau sekitar 26.000 jiwa,” ujar Isnawan, Rabu (11/09/2019) kemarin.

Sedangkan untuk program jangka panjang, kata Isnawan, pihaknya tengah mengusulkan tujuh titik penambahan sumber air Sub Sistem Bribin dan Baron. Ketujuh titik tersebut saat ini tengah diusulkan ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. Diharapkan nantinya, pengajuan ini segera diproses sehingga bisa ditindaklanjuti.

“Dua titik diantaranya yang kami ajukan ialah Kecamatan Tepus yang tengah kami ajukan ke Balai Besar, mereka akan turun riset. Kalau memang airnya sesuai dengan standar pasti akan kami jadikan sumber,” imbuhnya.

Adapun salah satu wilayah yang terus berkutat dengan kekeringan adalah Kecamatan Tepus. Sebagian warga di kecamatan ini pada setiap musim kemarau hanya bisa mengandalkan pembelian air dari tangki swasta untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga tersebut. Harga per tanki yang mencapai harga Rp. 150.000 tentu bukan harga yang murah.

Berita Lainnya  Melongok Sejarah Serangan Umum 1 Maret Dari Monumen Stasiun Radio Banaran

“Biasanya kami membutuhkan satu tanki satu bulan untuk kebutuhan pokok seperti MCK,” tutur salah satu warga Padukuhan Tepus III, Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Turistyo Abimanyu kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com.

Turistyo menyebut, bencana kekeringan yang terus ia rasakan bersama warga lainnya ini adalah sebuah irani. Hal ini lantaran, jika dilihat dari potensi sungai bawah tanah yang ada di Tepus yang cukup banyak, seharusnya bisa diolah oleh pemerintah guna memenuhi kebutuhan rakyatnya.

“Di sini sebenarnya banyak sekali goa dan dalam goa ada luweng yang mana airnya tidak pernah surut, saya rasa sangat cukup jika dapat dimanfaatkan untuk masyarakat kala musim kemarau,” ucap Turis.

Diceritakan Turis, dirinya pernah suatu waktu menyusuri salah satu goa vertikal di Desa Tepus meski dengan peralatan seadanya. Dalam proses penyusuran goa ia menggunakan tambang dan membawa sebuah gergaji sebagai antisipasi jika ada binatang buas dalam goa. Di kedalaman lebih dari lima puluh meter, gergaji yang ia bawa pun jatuh.

Berita Lainnya  Genjot Pendapatan Pajak Restoran, Pemkab Gandeng KPK

“Kalau memang dalamnya itu bukan air pasti tidak berbunyi blung,” kata Turis.

Namun kala itu, ia tak sempat ambil golok karena di kedalaman lima puluh meter ia sudah tidak bisa bernafas. Kemudian yang menurutnya menjadi ironi, sumber air di Wilayah Tepus tak bisa dimanfaatkan dengan baik.

“Saya yakin banyak titik-titik sepanjang Tepus menuju pantai yang di bawahnya ada airnya, selama ini airnya hanya mengalir ke pantai kalau tidak dimanfaatkan,” ujar dia.

Oleh karenanya, pihaknya berharap, pemerintah ke depannya dapat memberikan fasilitas peralatan untuk bisa menaikkan air dari bawah tanah Tepus agar dapat dinikmati masyarakat. Terutama selama musim kemarau.

“Tentu saja, kami yakin alatnya dan upaya untuk menaikkan air membutuhkan biaya yang tidak murah, namun itulah solusi apabila dibandingkan seumur hidup masyarakat Tepus harus mengandalkan beli air dan droping,” tandasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler