Sosial
Berawal Prihatin Sungai Tercemar, Ibu-ibu Siraman Kembangkan Kerajinan Pewarnaan Kain Alami





Wonosari, (pidjar.com)–Kerajinan pewarnaan kain dengan menggunakan bahan alami memang memiliki daya tarik tersendiri bagi peminatnya. Tak hanya indah dipandang dan dikenakan, namun juga nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dengan menggeluti kerajinan tersebut cukup tinggi. Seperti halnya yang dilakukan oleh ibu-ibu di Padukuhan Besari, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari yang antusias mempelajari tahap dasar kerajinan pewarnaan kain menggunakan bahan-bahan alami. Selain itu, pewarnaan kain secara alami ini juga sangat berguna dalam rangka melakukan konservasi di lingkungan sekitar sungai di sana.
Direktur Rumah Belajar Rakyat (RBR) Gunungkidul, Retnoningsih, mengungkapkan, kegiatan tersebut muncul akibat banyaknya limbah industri dan rumah tangga yang dibuang ke sungai. Akibatnya, sungai menjadi kotor dan kualitas airnya menjadi buruk dibandingkan puluhan tahun lalu.
Ia kemudian bersama- sama dengan kelompok yang fokus terhadap pelestarian lingkungan seperti Forum Komunikasi Sungai Siraman (Fokassi) dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta mencoba mengajak masyarakat agar tak lagi mencemari sungai dan merawatnya. Salah satu aksinya ialah dengan memberdayakan kelompok ibu-ibu dalam membuat kerajinan pewarnaan dan motif kain menggunakan pewarna alami yang disebut Eco-Print.
“Ini jadi rangkaian dari aksi konservasi sungai dari limbah domestik dan limbah industri. Dengan melakukan pemberdayaan masyarakat yang berbasis pemanfaatan lingkungan hidup, nantinya sekitar sungai bisa menjadi bank motif batik dan bank warna sebagai bahan dasar pewarnaan Eco-Print,” ucapnya, Senin (25/10/2021).
Dengan demikian, dengan adanya rangkaian tersebut diharapkan masyarakat dapat memberikan perhatian terhadap kelestarian sungai di sana. Tak hanya itu, kelompok bapak-bapak juga akan diberikan pengetahuan mengolah limbah-limbah domestik sebagai bahan pakan ternak dan sebagai pupuk pertanian.
“Gambaran besarnya nanti akan ada Rumah Eco yang fokus dalam pelestarian lingkungan. Ada Eco-Enzim, Eco-Print, Eco-Brick, Eco-Painting, dan lainnya. Pengolahan limbah domestik juga penting dalam upaya mengurangi pencemaran di sungai, limbah domestik akan diolah dan digunakan dalam pertanian terintegrasi,” sambung Retnoningsih.
Sementara itu, Praktisi Pewarna Alami, Santi Ardha Chandra, menyampaikan, setiap wilayah mempunyai potensi dalam mengembangkan kerajinan Eco-Print. Setiap wilayah juga memiliki kekhasan dalam menerapkan motif-motif di kain Eco-Print. Di Gunungkidul sendiri, sangat jarang ditemui kelompok yang fokus dalam mengembangkan Eco-Print. Padahal nilai ekonominya dapat dibilang cukup tinggi.
“Kalau potensi sebenarnya semua ada ya, tinggal mau diasah atau tidak. Karena ini kerajinan hand made dan menggunakan bahan alami serta membutuhkan waktu yang lama. Harganya mahal, bisa sampai jutaan rupiah untuk satu lembar kainnya,” papar Santi.
Lebih lanjut, ia menambahkan jika dalam proses pembuatannya pun paling lama dapat menghabiskan waktu sampai satu bulan dan paling cepat selama satu minggu.
Proses pertama ialah menyiapkan kain yang kemudian dicelupkan ke cairan agar warna dapat meresap ke kain. Selanjutnya menaruh motif daun yang akan digunakan. Setelah itu, memberikan warna ke kain dan merebusnya. Serta tahap terakhir melakukan finishing.
“Harganya tergantung jenis kain dan tumbuhan yang dipakai sih. Kalau pakai kain sutra gitu bisa Rp. 1.200.000 per lembarnya ukuran 2 x 1,15 meter,” sambungnya.
“Kendalanya sebenarnya ada di pemasaran ya, kalau di produksi tidak ada,” tutup Santi.


-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Tabrakan di Kepek, 2 Pelajar SMA Tewas
-
Hukum2 minggu yang lalu
Ajak Check In Bocah SD, Remaja 19 Tahun Diamankan Polisi
-
Kriminal2 minggu yang lalu
Klithih Beraksi di Jalan Wonosari-Jogja, Serang Pemotor Wanita
-
Hukum2 minggu yang lalu
Siswi SMP Disetubuhi Kakeknya Hingga Berkali-kali
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Dipicu Hamil di Luar Nikah, Ratusan Anak di Gunungkidul Ajukan Dispensasi Nikah
-
Kriminal1 minggu yang lalu
Tertangkap Bobol Home Stay, Dua Pelajar Babak Belur
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Ikuti Google Map, Pengemudi Wanita dan Anaknya Tersesat Hingga ke Tengah Hutan
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Mengaku Hendak Diadopsi, Bayi 1 Hari Ternyata Dijual di Media Sosial
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Gedung Pusat Oleh-oleh Produk Gunungkidul Dibangun di Kawasan Krakal
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Penataan Wajah Kota Dilanjutkan Lagi Tahun Ini, Pemkab Anggarkan Belasan Miliar
-
Pariwisata2 minggu yang lalu
Jaya Hingga Ambruknya Obyek Wisata Sri Gethuk Yang Sempat Hits
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
JJLS Tersambung 2025 dan Kekhawatiran PHRI Jalur Kota Sepi Wisatawan