fbpx
Connect with us

Peristiwa

BMKG Perkirakan Curah Hujan Akan Naik 4 Kali Lipat Pada Akhir Tahun

Diterbitkan

pada

BDG

Paliyan,(pidjar.con)–Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memperediksi curah hujan akan naik 4 kali lipat pada akhir tahun 2020. Meski sejumlah wilayah di Bumi Handayani telah diguyur hujan sejak awal Oktober lalu. Namun demikian, hujan tersebut terjadi akibat Fenomena La Nina di Indonesia. Sedangkan untuk musim penghujan sendiri baru akan turun pada awal November mendatang.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, hujan normal akan jatuh di Minggu pertama November 2020. Hujan akan dimulai pada zona selatan Gunungkidul dan selanjutnya pada Minggu kedua November diikuti pada zona utara.

“Intensitas hujan akan meningkat pada Bulan Desember 2020 dan Januari 2021,” kata Reni, Rabu (21/10/2020).

Reni menambahkan, potensi curah hujan akan meningkat 4 kali lipat. Namun demikian waktu hujan akan pendek dan tidak terjadi berturut-turut.

“Perlu kewaspadaan masyarakat pada bulan Desember sampai Januari nanti karena intensitas meningkat tiga sampai empat kali lipat,” ujarnya.

Menengok sektor pertanian di Gunungkidul, sejak awal Oktober lalu, petani di Bumi Handayani terutama di zona selatan telah memulai aktivitas musim tanam pertama tahun 2020/2021. Para petani telah mulai menebar benih padi atau dalam istilah Jawa ngawu-awu dengan harapan pada awal musim penghujan padi telah tumbuh.

Berita Lainnya  Pengadilan Agama Dinilai Lamban Keluarkan Surat Dispensasi Nikah

Salah satu petani di Karangtengah, Kalurahan Karangduwet, Kapanewon Paliyan, Siswo Supardi mengatakan, pihaknya telah selesai menebar benih di lahan dengan luas 1.000 meter persegi. Kendati hujan yang turun di wilayahnya hanya sekedar rintik dengan intensitas ringan ia optimis saat musim penghujan datang padi akan tumbuh subur.

“Petani disini rerata juga sudah mulai menyebar benih padi, biasanya dalam waktu 14 hari akan tumbuh menghijau,” jelas pria yang berusia hampir satu abad ini.

Siswo mengatakan, padi yang ia tanam merupakan bantuan dari pemerintah. Untuk kebutuhan pupuk, ia berhasil menggunakan kartu tani.

“Kelompok tani dapat bantuan pupuk 7,6 ton urea dan 15 ton NPK, benih padi 400 kilogram untuk lahan 14 hektar, Alhamdulillah saya menerima bantuan ini,” paparnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan, di zona selatan terdapat 8 kapanewon dengan luas lahan 17.000 hektar. Dari jumlah tersebut 90% lahan sudah ditanami padi.

Berita Lainnya  Operasi Gabungan Dishub dan Polisi, Belasan Kendaraan Dengan KIR Mati Terjaring

“Para petani telah mulai ngawu-awu sejak satu hingga Minggu yang lalu,” ujar Bambang.

Sejauh ini, pihak DPP telah mendistribusikan kebutuhan benih unggul tanaman bantuan pemerintah pusat. Secara rinci bantuan tersebut berupa benih padi inbrida seluas 4000 Ha, benih jagung hibrida seluas 2000 Ha, dan benih padi gogo 5000 Ha.

“Sudah kami distribusikan untuk persiapan musim tanam 2020/2021,” imbuh Bambang.

Di samping itu, DPP telah menerima alokasi terbaru dari pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat. Adapun kuota pupuk sendiri, diperkirakan mampu mencukupi untuk kebutuhan pupuk bersubsidi sampai Desember 2020.

Ia merinci, alokasi terbaru untuk urea mencapai 13.587 ton sudah ditebus 6.133 ton atau 45%; alokasi pupuk NPK 5.763 ton sudah ditebus 3.506 ton atau 61%; pupuk SP-36 alokasi 782 ton sudah ditebus 391,5 ton atau 50%; pupuk ZA alokasi 771 ton sudah ditebus 538 ton atau 69%; pupuk organik 181 ton sudah ditebus 114 ton atau 63%.

Berita Lainnya  Jelang Lonjakan Wisatawan ke Gunungkidul, Kepolisian Akan Bina Pak Ogah

“Melihat perkembangan tanaman yang telah tumbuh kami mengapresiasi semangat para petani dalam budidayanya sehingga saat ini telah berhasil tumbuh menghijau,” tandas Bambang.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler