bisnis
Budidaya Kakao Semakin Menjanjikan, Luas Tanam Capai Ribuan Hektar






Patuk,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Selain dikenal sebagai daerah dengan produksi padi dan palawija yang tinggi, Kabupaten Gunungkidul juga dikenal dengan produksi perkebunan khususnya kakao. Ada ratusan hektare lahan yang tersebar di berbagai wilayah mengembangkan komoditas ini. Pasalnya selain karena karakter lahan di Gunungkidul cocok, namun para petani telah memiliki jaringan pasaran yang bagus.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengungkapkan sektor pertanian di Kabupaten Gunungkidul berkontribusi pada PDRB sebanyak 24,3%. Ribuan hektar lahan milik petani ditanami komoditas ini, seperti misalnya di Kapanewon Patuk. Ada 700 hektare lahan yang membudidayakan dan mengolah kakao.
“Ada 3.500 hektare lahan Gunungkidul produksi kakao dengan berbagai kualitas dan spesifikasi jenis,” kata Bambang Wisnu Broto.
Menurutnya, untuk pengembangan kakao di Gunungkidul sudah sangat lama. Jumlah petani yang menggeluti budidaya tanaman satu ini juga terus mengalami peningkatan. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mengolah kakao menjadi makanan siap santap ataupun setengah jadi.
Ketua Kelompok Tani Ngudi Raharjo II, Kapanewon Patuk, Paryanto mengatakan kakao yang sekarang ini mereka panen sudah berusia tanam 15 tahun. Keberhasilan budidaya kakao sendiri sangat dirasakan para petani. Mereka juga terus mengembangkan metode perawatan agar tetap menghasilkan kakao berkualitas.







“Metode anyar dalam penanaman terus dikembangkan. Biasanya 1 pohon berbuah 4 kg pertahunnya. Dengan peremajaan dan keseimbangan perawatan tercapai sampai 50-150 buah perpohon,” imbuhnya.
Menurutnya, yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao mulai dari pemangkasan, pengairan, pemupukan, sanitasi dan melakukan panen pada buah. Dengan begitu, kualitas kakao justru akan lebih jauh.
“Airnya harus cukup kita miliki embung mini yang digunakan untuk pengairan tanaman kakao,” paparnya.
Untuk meningkatkan daya beli dan pendapatan para petani berbagai olahan juga dilakukan dengan memberdayakan ibu-ibu di sekitar. Sebagai contohnya, sejak beberapa tahun terakhir masyarakat mulai memproduksi bubuk coklat, lemak cokelat, permen cokelat dan produk kosmetik dari lemak cokelat.
“Ada beberapa olahan yang diproduksi kemudian di jual sebagai oleh-oleh untuk wisatawan yanv penasaran dengan olahan kakao dari petani lokal,” tambahnya.