Pemerintahan
Bupati Gunungkidul dan Guru SMP N 1 Wonosari Sabet Penghargaan Bergengsi Kihajar Award 2018






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Prestasi membanggakan kembali diraih oleh Bupati Gunungkidul. Badingah, menerima anugerah Kihajar (Kita Harus Belajar) 2018 kategori madya dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penghargaan sendiri diserahkan pada malam Anugerah Kihajar ke 7 di Jakarta pada Jumat (12/10/2018) silam.
Anugerah Kihajar diberikan kepada gubernur, bupati / walikota sebagai penghargaan daerah yang berperestasi dalam pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pendidikan. Pada tahun 2018 ini, Anugerah Kihajar diberikan kepada 16 kepala daerah yang terdiri dari 5 gubernur, 7 walikota dan 4 bupati di mana Bupati Gunungkidul menjadi salah satu penerima penghargaan.
“Kita patut bersyukur karena kita mendapatkannya (penghargaan Kihajar 2018) kategori madya. Kita berada di atas Sleman, semoga tahun depan kita mendapat penghargaan untuk kategori utama,” kata Badingah kepada awak media, Senin (15/10/2018) siang.
Ia menambahkan, anugerah Kihajar tahun 2018 ini dihelat dengan tema Pendayagunaan TIK Pendidikan dan Kebudayaan Dalam Menyiapkan Generasi Milenial Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Diharapkan hal ini dapat menjadi tolak ukur perkembangan TIK untuk pendidikan di Gunungkidul. Sehingga nantinya penyerapan teknologi lebih mudah didapatkan oleh para siswa.
“Saat ini mungkin bisa dikatakan semua orang melek teknologi. Terlebih para siswa didik kita juga tentu paham betul akan hal itu. Sehingga hal positif dari perkembangan teknologi ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan kita,” ujar dia.







Dalam kesempatan tersebut, selain Badingah, salah seorang guru dari SMP Negeri 1 Wonosari, Sigit Suryono mendapatkan nominasi Duta Belajar 2018 terinovatif. Penghargaan tersebut diberikan lantaran dirinya mampu merubah pola pembelajaran berbasis aplikasi andorid.
“Salah satu inovasi saya yakni merubah format power point menjadi salah satu aplikasi di android. Mungkin itu nilai plus saya,” kata Sigit.
Ke depan, virus inovatif itu akan ditularkan kepada guru lainnya. Sehingga, proses belajar mengajar diharapkan menjadi lebih digemari oleh siswa didik yang nantinya berdampak pada daya serap siswa terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya.
“Saya akan mencoba mengembangkannya, menularkannya kepada rekan guru di tingkat SMP, SD dan TK,” kata dia.
Perlu diketahui, proses penilaian sendiri dilakukan sejak Juni hingga Agustus 2018 oleh tim juri dari kalangan perguruan tinggi, pakar TIK, komunitas TIK dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom). Setelah melalui proses penilaian oleh tim juri kemudian ditetapkan nama penerima anugerah berdasarkan empat kategori yakni, utama, madya, pratama dan khusus.