Connect with us

Sosial

Cerita Pilu Keluarga Ngadiono, Pernah Hidup di Hutan Selama Bertahun-tahun Sebelum Memutuskan Tinggal di Kandang Sapi

Diterbitkan

pada

BDG

Nglipar,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kondisi memprihatinkan dialami oleh satu yang tinggal di Padukuhan Kedungranti, Kalurahan Nglipar, Kapanewon Nglipar. Adalah Ngadiono (52) dan Sumini (44) yang sejak beberapa bulan terakhir tinggal di kandang ternak. Bukan kandang bekas, melainkan sampai dengan sekarang ini kandang tersebut juga ada ternaknya.

Selama beberapa waktu ini pasangan suami istri tersebut di kandang dan satu atap dengan sapi milik orang yang mereka pelihara (gaduh). Saat melihat kondisinya memang memprihatinkan, di kandang seluas 3×8 meter, mereka membagi menjadi dua ruangan. Seluas 3×6 meter digunakan untuk tiga sapi yang digaduhnya, dan 3×2 meter untuk tempat tidur satu keluarga.

Sebagai sekat antara tempat tidur dengan kandang sapi, dipasang terpal sebagai dinding kamar tidurnya juga. Ruang tamu dan dapur berada di samping rumahnya, tanpa atap, kursi dan meja. Tiang-tiang kayu saling menopang agar kandang yang dihuninya dapat melindungi dari panas matahari dan dinginnya malam.

Berita Lainnya  Kontribusi Baznas dan Pihak Swasta Tangani Kemiskinan di Gunungkidul

“Ya begini mas keadaannya, dulu kami asli sini tapi sempat merantau ke Sumatera selama 6 tahun dan kembali kesini,” kata Ngadiono saat ditemui di rumahnya, Selasa (31/08/2021).

Tak seperti rumah pada umumnya yang ada ruang tamu, ruang tidur, dapur, dan ruang santai, Ngadiono dan Sumini tak memiliki itu. Ternyata tidak hanya pasangan suami istri ini saja yang tinggal di kandang ternak, melainkan 2 anak mereka yang masih duduk di bangku sekolah kelas 1 SMP dan 3 SD.

Dia sebenarnya memiliki 4 orang anak, yang mana 2 orang anak lainnya sudah bekerja serabutan untuk menyambung hidup. Sedangkan 2 anak yang masih sekolah ikut dengan pasutri ini tinggal di kandang. Sebelum memuruskan tinggal di kandang sapi, satu keluarga ini pernah tinggal di hutan selama bertahun-tahun.

Berita Lainnya  Program Covid19 Vaksin Booster di Gunungkidul, Perlukah?

Kemudian Ngadiono ditawari untuk memelihara ternak seseorang. Dari situlah kemudian keluarga ini pindah di pinggir sungai hidup bersama ternak yang mereka gaduh.

“Tinggal disini (kandang) baru berjalan sekitar 4 bulan, sebelum disini tinggal di tengah hutan selama 3 tahun,” kata dia.

Lokasi kandang yang mereka tempati saat ini terbilang cukup rawan bencana karena berada di tepi sungai oyo. Mereka menyadari bahaya jika sewaktu-waktu air sungai meluap, namun tak ada pilihan lainnya selain tinggal di tanah milik orangtuanya tersebut.

“Air sungai pernah meluap mas, sampe pinggiran kandang. Kalo misal meluap sampe kandang ya mau gimana lagi, sapinya diungsikan,” bebernya.

Hawa dingin pastinya setiap malam menusuk kulit tulang mereka. Untuk alas tidur pun juga seadanya begitu pula dengan peralatan lainnya.

Ngadiono kesehariannya beraktifitas sebagai petani, sumber penghasilannya ia gantungkan di penjualan hasil pertanian yang dimilikinya. Namun menurutnya, hasilnya belum dapat untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, terlebih untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya yang masih sekolah.

Berita Lainnya  Musim Kering, 11 Kapanewon Berpotensi Kelabakan Air Bersih

“Sekarang kan sekolah online, kendalanya kami kurang fasilitas kalo untuk sekolah online. Selain itu kalau sekolah biasa yang jadi kendala di biaya transportasi,” terang Ngadino.

Ia mengaku belum banyak dari Pemerintah Kalurahan, Pemerintah Kapanewon, hingga Pemerintah Daerah, datang kerumahnya untuk melihat kondisi keluarganya. Tentu dengan kondisi rumah yang seatap dengan kandang, tidak sehat bagi keberlangsungan kehidupan khususnya kesehatan keluarga Ngadiono.

Sementara itu, Kepala Dusun Kedungranti, Tukiyarno, saat dikonfirmasi ia mengakui adanya satu keluarga di wilayahnya yang tinggal dikandang seatap dengan hewan ternak. Namun, ia enggan untuk menjelaskannya lebih rinci.

“Benar, ada demikian. Penjelasannya nanti saja ya,” ucapnya melalui sambungan telepon.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata1 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis3 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler