Peristiwa
Demo Lagi di Balai Desa Bleberan, Warga Bentangkan Spanduk Berisi Seribu Tanda Tangan Tolak Pemimpin Cacat Moral






Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Sikap Kades Bleberan, Supraptono yang dengan teguh tetap mempertahankan kursi jabatannya membuat warga Desa Bleberan, Kecamatan Playen semakin berang. Aksi demonstrasi terus dilakukan warga untuk melengserkan pemimpin yang dinilai telah melanggar moral dengan diduga terlibat skandal perselingkuhan tersebut. Kamis (12/04/2018) siang tadi, puluhan warga kembali menggelar demo di Balai Desa Bleberan, Kamis (12/04/2018).
Dalam aksi ini, puluhan massa yang tergabung dalam aksi melakukan pembentangan spanduk yang berisi seribu tanda tangan warga terkait penolakan Supraptono menjadi pimpinan desanya.
Koordinator aksi Desa Bleberan, Supriyanto mengatakan, harapan warga masih sama yakni mundurnya Supraptono dari jabatan yang diduduki. Namun apabila yang bersangkutan enggan mengundurkan diri, warga pun terpaksa menyerahkan kembali kursi pimpinan tertinggi di pemerintahan desa tersebut kepada Supraptono.
"Orasi kami berakhir tapi bukan yang terakhir. Kami serahkan kembali mandat kepala desa dan kursi kepemimpinannya yang telah kosong tanpa roh dan rasa. Hanya tinggal jasadnya saja," sindir dia, Kamis siang.
Ia pun menyatakan bahwa kewajibannya sebagai umat beragama untuk mengingatkan kebaikan telah gugur. Tinggal bagaimana orang yang diberikan peringatan tersebut mau atau tidaknya untuk mendengarkan dan melakukan. Warga pun sudah semakin gerah kepada kepala desanya yang tak mau mengindahkan peringatan warga.







"Kami tetap berpikir desa kami masih baik. Sekarang ini kami tonton dulu, nantinya bagaimana perkembangannya," ujar dia.
Seperti yang diketahui, warga Bleberan menginginkan Supraptono untuk turun dari jabatannya perihal kasus asusila yang menimpa Kades Bleberan. Mereka menganggap apabila kades tidak mau mundur maka akan terjadi kerusakan pemimpin di Bleberan secara turun temurun. Para peserta demo pun tak mau menanggung malu atas kasus yang menimpa pimpinannya yang dianggap telah merusak moral.
"Pak lurah telah membisu di balik supremasi hukum. Oke, kita turuti maunya dia sambil menunggu proses yang berjalan, bagaimana nanti hasilnya kita buktikan sama-sama. Terpenting kewajiban kami untuk mengingatkan sudah selesai," ketus Supriyanto.