Connect with us

Sosial

Dua Faktor Ini Disebut BPBD Jadi Penyebab Utama Rawannya Kawasan Gunungkidul Dari Bencana Tanah Longsor

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Sejumlah kawasan di Gunungkidul sangat rawan terhadap bencana tanah longsor. Jika musim penghujan tiba, pada sejumlah titik terjadi bencana ini.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul menyebut terjadinya bencana tanah longsor yang terjadi selama ini karena dua faktor. Selain faktor alam, perilaku manusia serta faktor human error menjadi penyebabnya.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengatakan, dari pemetaan pihaknya, lokasi rawan longsor kebanyakan berada di wilayah perbatasan Gunungkidul, baik bagian utara, maupun barat. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kondisi geografis tekstur batu dan tanah di wilayah tersebut.

“Kecamatan yang rawan longsor ada di Purwosari, Ngawen, Gedangsari, Ponjong dan Nglipar. Penyebabnya ya karena faktor tanah dan batuannya serta kemiringan lereng yang ada,” kata Edy ketika ditemui di ruangannya, Selasa (02/04/2018).

Bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Patuk beberapa waktu lalu

Edy mengatakan, selain faktor alam, perilaku manusia yang menebang pohon besar dengan tipe keras di perbukitan. Hal ini kemudian menyebabkan saat hujan turun, tidak ada yang mampu menahan aliran air. Dengan derasnya aliran air, potensi terjadinya tanah longsor menjadi semakin besar.

“Ada juga faktor kecerobohan, dalam artian, warga mendirikan bangunan dengan mengeruk tebing di dekat rumahnya, sehingga banggunan itu menjadi rawan terkena longsor. Ada juga yang memasang pondasi talud tidak sesuai standarnya,” imbuh Edy.

Lebih lanjut Edy menjelaskan, saat ini pihaknya berusaha memasang EWS di setiap wilayah yang rawan longsor. Selain itu, pembentukan Desa Tanggap Bencana (Destana) juga dapat mengurangi risiko fataslitas jika terjadinya bencana alam.

Berita Lainnya  Hari Jadi ke 194, Gunungkidul Night Carnival Jadi Momen Tingkatkan Ekonomi dan Eksistensi Kesenian

“Kalau EWS baru 30, sedangkan Destana ada 63. Melalui destana kita sampaikan bagaimana menjaga alam agar tidak memicu terjadinya bencana alam,” pungkas dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler