Sosial
Hampir Putus Sekolah Karena Biaya, Putra Petani Kejar Gelar Doktor Kimia Dari Universitas Terbaik di Taiwan






Rongkop,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Bisa mengenyam pendidikan di tingkat yang lebih tinggi dan menjadi salah satu mahasiswa di universitas favorit menjadi impian banyak orang. Dengan segala keterbatasan yang ada, sebagian orang berusaha semaksimal mungkin untuk mampu meraih impian itu. Namun tak jarang ada juga yang harus memupus dalam-dalam keinginan mereka itu. Berbagai kendala, khususnya perekonomian menjadi penyebab sejumlah kalangan untuk menggapai pendidikan tinggi.
Sama halnya dengan yang dialami oleh Philip Anggo Krisbiantoro. Pria 27 tahun ini harus jatuh bangun untuk dapat mewujudkan mimpinya mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik. Philip sendiri saat ini bisa dibilang cukup beruntung lantaran berkat kerja keras dan kecerdasannya, sebagian dari mimpi besarnya bisa dibilang telah terwujud.
Philip yang merupakan warga Padukuhan Kenteng, Kalurahan Botodayakan, Kapanewon Rongkop lahir dan besar di bumi handayani. Ia tinggal bersama orang tua dan saudaranya di Kalurahan Botodayakan. Sejak bersekolah di SD Negeri Kenteng, prestasi gemilang terus ia dapatkan. Dengan segala keterbatasannya, ia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Rongkop.
Pil pahit harus ia hadapi kala ia dinyatakan lulus SMP. Bagaimana tidak, Philip yang beranjak dewasa itu sempat hampir tidak bisa melanjutkan sekolah di jenjang SMA. Keterbatasan ekonomi keluarganya menjadi penyebab utama terancamnya Philip melanjutkan pendidikan. Kedua orang tuanya kesulitan untuk membayar biaya uang gedung dan seragam yang cukup tinggi.
Beruntung dalam situasi kritis ini, orang tua Philip mendapatkan bantuan dari saudaranya. Ia akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Rongkop. Image sekolah pinggiran tak lantas melunturkan potensi maupun prestasi Philip. Pada masa SMA ini, justru ia semakin berkembang berkat kerja keras yang dilakukannya.







“Selama SMP sampai SMA bahkan saya tinggal di rumah saudara untuk mengurangi beban biaya yang dikeluarkan oleh orang tua,” kata Philip kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Rabu (07/01/2020).
Philip memang berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Sang ayah, Surono hanyalah seorang.petani sementara sang ibu, Jumiatun hanyalah ibu rumah tangganya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sang ayah bahkan harus bekerja serabutan untuk mencari penghasilan tambahan. Dengan segala keterbatasan ini, memang justru membuat Philip tumbuh menjadi mandiri, menghormati satu sama lain dan menghargai jerih payah orang lain. Lantaran menumpang di rumah saudaranya, sepulang sekolah, Philip remaja biasa membantu saudaranya untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan lainnya.
Setamat SMA, lagi-lagi permasalahan ekonomi sempat menghalangi cita-cita besar Philip. Orang tuanya tentu tak mampu membiayai kuliah. Namun, sudah menjadi tekad bulatnya untuk bisa berkuliah dan mengembangkan kemampuannya. Niat Philip ini sendiri mendapatkan dukungan penuh dari guru-gurunya. Sejumlah guru bahkan patungan untuk membiayai mendaftar SNMPTN Philip.
“Untuk sekedar mendaftar saja tidak mampu, ada beberapa guru yang memberikan saya uang,” ucapnya.
Lagi-lagi jalan terjal yang harus dilalui ini berbuah manis. Philip diterima kuliah di Universitas Gadjah Mada Jurusan Kimia dengan jalur beasiswa Bidikmisi. Dapat bersekolah di kampus yang ia idam-idamkan, semakin membuatnya termotivasi untuk memaksimalkan kemampuannya. Hari-hari ia habiskan dengan belajar keras. Kepandaian dari Philip sendiri diakui oleh kampusnya. Ia diangkat menjadi asisten dosen.
Akhirnya, ia kemudian dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dari universitas bergengsi ini. Sebuah kebanggan besar yang diungkapkannya sebenarnya tak pernah terbayang mengingat keterbatasan yang ia dapatkan. Dengan bangga, ia membawa ibu dan saudaranya untuk mendampinginya wisuda.
“Sejak awal, saya selalu memupuk keinginan untuk pemperluas pengetahuan dan pengalaman, bersyukur setelah lulus, saya kemudian mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan di luar negeri,”jelas Philip.
Ia kemudian memperdalam tentang Ilmu Kimia Material Lingkungan di Universitas Hokaido, Jepang. Ia memilih Jepang karena di Jepang dirinya bisa belajar dan melakukan penelitian dengan kualitas terbaik. Belajar dari orang-orang terbaik di bidang ilmu material lingkungan. Beberapa waktu berlalu, gelar S2 pun ia sandang.
Tak butuh lama, kesempatan besar kembali didapat oleh Philip. Dia mendapatkan tawaran dari seorang profesor untuk bekerja di Taiwan dan menempuh studi S3 di di Taiwan dibawah bimbingan profesor itu.
“Saya diterima di National Taiwan University (NTU) dengan beasiswa penuh dari lembaga penelitian terbaik di Taiwan yakni Academia Sincia,” terangnya.
Dengan mengenyam pendidikan dan bekerja di tempat terbaik itu, ia berharap bisa mendapatlan ilmu yang sebanyak-banyaknya dan segudang pengalaman yang terbaik pula.
“Tentu ke depan saya akan kembali ke Indonesia, tanah kelahiran saya. Saya berharap bisa menggunakan ilmu yang saya dapat untuk menangani masalah-masalah lingkungan di Indonesia. Waktu itu, untuk pendidikan Master, saya menerima beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP),” ungkapnya.
Selama menempuh studi di Hokkaido University ia mendapat kesempatan mempresentasikan penelitiannya di beberapa negara, termasuk Singapore, Thailand dan China. Dua tahun ia berada di Jepang dan kemudian pindah ke Tawian untuk bekerja dan melanjutkan pendidikan doktoral.
“Untuk S3 akan saya tempuh 4 tahun, rencananya tahun 2024 baru selesai,” papar dia.
Tinggal di luar negeri tentu ada kerinduan tersendiri dengan kampung halaman. Untuk melepas rindu dengan orang tua, ia sering melakukan komunikasi. Beberapa hal yang sangat ia rindukan yakni jajanan pasar khas Gunungkidul dan sayur lombok ijo.
Dengan pencapaian yang ia dapat ini, Philip memberikan sedikit pesan untuk teman-teman pemuda Gunungkidul. Ia meminta agar semua pemuda Gunungkidul bisa bersemangat belajar dan jangan menyerah untuk mencapai impian tertinggi.
“Semangat dan apapun cita-cita kalian kejarlah. Berusaha semaksimal mungkin. Saya saja dengan fasilitas sangat seadanya bisa sampai seperti ini, saya yakin ada banyak yang lebih berpotensi dari saya,” tutup Philip.
-
Olahraga1 minggu yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Hukum3 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Hukum3 minggu yang lalu
Terlibat Kasus Pemyimpangan TKD Sampang, Dirut Perusahaan Tambang Resmi Ditahan
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Sejumlah Siswa SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul Lolos SNBP
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Seorang Penambang Batu Meninggal Usai Tertimpa Runtuhan Batu Besar
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Tren Takbir Keliling Gunakan Sound System, Ini Strategi Pemkab, FKUB dan Polisi
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Tebing di Tanjakan Clongop Longsor, Akses Jalan Ditutul Total
-
film3 minggu yang lalu
Film horor “Singsot: Siulan Kematian”, Bawa Petaka saat Magrib