fbpx
Connect with us

Sosial

Janji Yusuf Mansur Yang Tak Pernah Terwujud, Motivasi Pelajar Tuna Netra Ini Hafalkan Al Quran

Diterbitkan

pada

BDG

Saptosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kisah Rahmat Amroji, warga Padukuhan Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari dalam menekuni dunia agama bisa dibilang sangat mengesankan. Meski berkebutuhan khusus, pelajar berusia 20 tahun ini berhasil menghafal hingga 25 Juz Al Quran. Rahmat sendiri sudah belajar menghafal Al Quran sejak berusia 7 tahun. Dalam menghafal, Rohmat memang memerlukan upaya keras. Hal ini lantaran ia menderita tuna netra sehingga harus mendengarkan terlebih dahulu sebelum bisa menghafalkan.

Yang menarik, salah satu hal yang menjadi penyebab Rahmat bersemangat menghafalkan Al Quran adalah lantaran sekitar 11 tahun silam, dirinya pernah dijanjikan oleh Ustadz Yusuf Mansur akan bersama-sama umroh jika telah berhasil menghafal 10 Juz Al Quran. Namun, meski janji itu tak terwujud hingga saat ini, Rahmat tetap tekun menekuni hal tersebut.

Rahmat Amroji merupakan anak pertama dari pasangan Priyanti dan Suyidi. Sejak lahir, ia memang berbeda dengan bayi pada umumnya. Sebab pada bola matanya, terdapat gangguan yang menyebabkan penglihatannya kabur atau tidak jelas. Namun dengan kekurangannya tersebut, ia menunjukkan bakat yang sungguh luar biasa. Pada usia 7 tahun, ia diajari oleh kerabatnya yaitu Budi Santoso untuk mengaji dan membaca ayat-ayat kitab suci.

Ternyata, di luar dugaan, Rahmat bahkan mampu menghafal ayat-ayat tersebut. Pada awal belajar, Rahmat hanya mendengarkan lantunan ayat Al Quran yang dibacakan oleh Budi Santoso yang kemudian dia hafalkan. Per ayat atau per waqaf dibacakan sebanyak 3 sampai 7 kali dan kemudian ia hafalkan. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama lantaran keterbatasan waktu dari kerabatnya tersebut. Beruntung, berkembangnya teknologi membuat Rahmat menjadi tak lagi tergantung dengan Budi dalam menghafal ayat Al Quran.

Berita Lainnya  Warga Kecamatan Ponjong dan Wonosari Jadi Yang Terbanyak Terima Bantuan PKH

“Dulu sampai usia sekitar 9 tahun, saya baru dapat menghafal 2 Juz, jadi kalau setelah mendengarkan saya hafalkan. Untuk memfasihkan nanti disimak dan dikoreksi oleh Simbah (Budi Santoso),” papar Rahmat saat ditemui di rumahnya, Senin (10/01/2022).

Ketekunan Rahmat dengan segala keterbatasannya ini mengundang kekaguman dari berbagai pihak. Ia mulai mengikuti berbagai pembelajaran, salah satunya dulu juga sempat mendapat bimbingan dari Syekh Ali Jaber serta dari Ustadz Yusuf Mansur. Beberapa kali kegiatan ia ikuti bersama kedua tokoh agama ini. Sekitar tahun 2010 silam, saat Ustadz Yusuf Mansur berkegiatan di daerah Ngloro, Kapanewon Saptosari, Rahmat kecil sempat diminta untuk membacakan ayat-ayat Al Quran. Lafalan indah Rahmat kecil kala itu berhasil mempesona Yusuf Mansur. Kala itu, ia bahkan sempat diajak Yusuf untuk pergi umroh bersama.

“Di hadapan saya, beliau mengutarakan jika nantinya saya sudah mampu menghafal 10 Juz Al Quran, akan diajak ke tanah Suci untuk melakukan ibadah Umroh bersama beliau,” ungkap dia.

Dari situlah semangat dan kegigihannya belajar Al Quran semakin meningkat. Bayangan langka bisa berkunjung ke tanah suci membuat Rahmat terus mengembangkan kemampuannya hingga sekarang ini duduk di bangku kelas 2 SMA. Saat ini, ia telah mampu menghafal 25 Juz Alquran. Berbagai kejuaraan dari tingkat sekolah, Kabupaten hingga Provinsi ia ikuti dan mendapatkan 3 besar hingga juara pertama.

Berita Lainnya  Napi Asimilasi Kembali Berulah, Karutan Wonosari Siapkan Hukuman Lebih Berat

Selepas pertemuan di Ngloro itu masih ada beberapa kali pertemuan di Pondok Pesantren yang berada di Deresan, Bantul. Namun kemudian, memang tidak ada pembicaraan lebih lanjut terkait dengan janji umroh. Komunikasi pun tidak pernah terjalin sampai dengan saat ini. Secara pribadi, dirinya tentu ada keinginan untuk beribadah di tanah suci namun tidak begitu mengharapkan apa yang dikatakan oleh Ustadz Yusuf Mansur pada saat itu. Ia berkeyakinan, jika memang menjadi rezekinya, pasti akan ada jalan untuk ia bisa beribadah umroh.

“Saya slow saja, mungkin memang belum diizinkan. Tapi saya berkeyakinan pasti ada jalan dan rezeki lain,” ucap Rahmat.

“Sampai sekarang ini saya masih terus belajar untuk menghafalkan. Setiap malam sekitar jam 10 itu saya mulai menghafal, kemudian di hari tertentu hafalan saya disimak oleh Simbah (Budi Santoso) apakah sudah benar atau masih ada yang perlu dibenahi,” imbuh dia.

Rahmat sendiri mantap untuk terus mendalami ilmu agama. Bahkan meski dengan segala keterbatasannya, ia memiliki cita-cita untuk menjadi ustadz. Saat ini, ia fokus untuk menyelesaikan sekolah dan menyelesaikan hafalan Al Quran hingga tuntas.

“Hafalan saya memang saat ini tergolong lama karena kurang fokus. Karena waktunya terbagi untuk sekolah, kegiatan di rumah, ngaji rutin bareng-bareng, kemudian setahun ini saya juga menerima pasien pijat di rumah. Kalau target, paling tidak 1 tahun kedepan sudah mampu menghafal seluruh Juz di Al Quran,” urai dia.

Rahmat sendiri juga memiliki kepiawaian lain yaitu dalam bidang teknologi informatika dan musik. Belum lama ini dirinya mengikuti Global IT Challenge dengan kategori Kecanggihan Editing Video. Meski berlangsung untuk umum, ternyata Rahmat bisa sampai di babak penyisihan 9 besar mewakili Indonesia. Namun sayang, ia kemudian gugur kalah dengan peserta dari negara-negara lainnya.

Berita Lainnya  Kurang Berani dan Semangat, Kaum Milenial Terus Didorong Mau Terjun ke Dunia Pertanian

“Suka dengan teknologi dan informatika. Untuk mengoperasikan komputer dan gadget lain bisa asalkan ada software untuk tuna netra. Saya cenderung ke editing video dan audio sih,” tambah dia.

Sementara itu ibunda Rahmat, Priyanti mengungkapkan rasa bangganya dengan putra pertamanya tersebut. Dengan keterbatasan penglihatan, namun ia memiliki kemampuan menghafal Al Quran yang luar biasa. Selama ini, Rahmatlah yang menjadi contoh untuk keluarganya.

Meski telah berusia 20 tahun, namun Rahmat sendiri memang masih duduk di bangku kelas 2 SMA di SLB Negeri 2 Bogor, Playen. Setiap harinya, ia diantar jemput oleh Priyanti dengan menempuh jarak sekitar 30 kilometer untuk pulang pergi. Di sela kesibukannya itu, Rahmat sendiri terus mendalami ilmu keagamaan bersama dengan Simbahnya yang mendirikan rumah ngaji di Padukuhan Dondong.

“Alhamdulillah sekali dan saya bangga dengan anak saya ini. Meski dengan keterbatasan yang ada namun mampu menghafal Al Quran 25 Juz,” ujar Priyanti.

Dulunya, memang Ahmat telat masuk sekolah karena TK nya masuk umum. Kemudian masuk SD umum dan baru seminggu masuk sekolah ia justru diejek oleh teman-temannya.

“Dia tidak pernah ngeluh dan alhamdulillah sampai sekarang bisa mandiri,” tutupnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler