fbpx
Connect with us

Peristiwa

Jelang Musim Tanam, Petani Dihimbau Waspada Serangan Fall Armyworm

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) menghimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya hama baru yang dapat menyerang tanaman jagung. Adalah Fall Armyworm (FAW) atau ulat grayak Spodoptera frugiperda kini telah sampai di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Ulat tersebut terkenal sangat ganas dalam merusak tanaman jagung.

Kabid Tanaman Pangan, DPP Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan, sampai dengan musim panen terakhir di Gunungkidul ulat jenis Grayak ini masih belum ditemukan. Kendati demikian, pihaknya meminta masyarakat untuk mulai waspada lantaran sebentar lagi Gunungkidul akan memulai masa tanam pertama.

“Data terakhir memang belum sampai di Gunungkidul. Tetapi kita mendapat informasi ulat tersebut pertama kali dijumpai masuk Indonesia di Sumatera Barat dan sekarang sudah ditemukan di Klaten,” ujar Raharjo, Sabtu (14/09/2019).

Ia menjelaskan, ulat grayak termasuk hama jenis baru yang menyerang tanaman jagung di berbagai belahan dunia. Keberadaan hama ini menjadi ancaman serius bagi negara produsen jagung termasuk Indonesia.

Keberadaan hama ini menjadi perhatian karena disamping mempunyai daya jelajah tinggi juga mempunyai kecepatan reproduksi yang sangat cepat. Sehingga dapat merusak tanaman dalam waktu singkat.

Berita Lainnya  Penyakit Mendadak Kambuh, Ibu Lempar Bayinya Berusia 7 Bulan ke Dasar Sumur

“Sekedar informasi saja bagi masyarakat agar tahu dan kita juga akan siapkan antisipasi penggendalian hama tersebut,” terang dia.

Ada beberapa ciri perbedaan dengan ulat grayak biasa (Heliothis armigera) antara lain, memiliki garis bentuk huruf Y pada kepala, memiliki 4 buah pinacula yang besar pada A8, tidak memiliki scobinasi atau tonjolan halus pada integument tubuh dan memiliki garis tebal pada lateral tubuh.

“Perbedaan serangan pada tanaman jagung adalah ditemukannya lubang gerekan pada batang dan dijumpai populasi larva pada batang jagung,” ucap dia.

Untuk pengendaliannya, menurut Raharjo harus dilakukan monitoring terlebih dahulu terhadap lahan dan hama tanaman dengan kunjungan seminggu sekali atau minimal 15 hari sekali. Selain itu ketepatan dalam memulai waktu penanaman benih juga merupakan salah satu antisipasi yang tepat.

“Bisa juga menggunakan patogen hama yaitu mengumpulkan larva/ulat yang mati karena penyakit kemudian diblender dan digunakan sebagai bahan penyemprotan juga dengan agens Beuveria bassiana , atau NPVS. Dapat juga melalui pengendalian secara mekanis dengan mengumpulkan larva dan telur kemudian dihancurkan. Terakhir pengendalian secara kimiawi dengan bahan aktif Emamektin benzoat, Siantraniliprol dan Tiametoksam,” pungkas dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler