Connect with us

bisnis

Kalah Saing, Garam Produksi Lokal Gunungkidul Dihargai Rp 2.500 Per Kilogram

Diterbitkan

pada

BDG

Saptosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Petani garam di Kabupaten Gunungkidul terpaksa menurunkan harga garam produksi lokal hingga 50 persen. Hal ini dikarenakan persaingan dagang antara garam lokal dengan garam dari luar di pasar cukup ketat. Para petani berharap ada sentuhan lebih dari pemerintah untuk memberikan pendampingan baik dalam produksi maupun pemasaran.

Ketua Kelompok Tani Dadap Ayam, Triyono mengatakan, kelompoknya sejak beberapa tahun silam telah memproduksi garam lokal dengan kualitas super. Per kilonya semula dibandrol harga Rp 6.000 sampai dengan Rp 7.000 per kilogramnya. Semula banyak peminatnya baik masyarakat sekitar dan luar Kalurahan.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, garam lokal Gunungkidul mulai terkisis. Masyarakat beralih menggunakan garam dari luar yang ada dipasaran karena hargany jauh lebih murah. Para petani ini kemudian memutar otak agar produk mereka dapat tetap laku meski hanya di lingkup sekitar saja.

Berita Lainnya  Meriahkan Tahun Baru Imlek, Stasiun Yogyakarta Gelar Beragam Kegiatan Seru

“Kalau jual ke luar belum, hanya di masyarakat sekitar saja. Karena persaingan pasar yang ketat, dari harga Rp 6.000 sampai Rp 7.000 kita turunkan jadi Rp 2.500 sampai dengan Rp 3.000,” kata Triyono, Senin (02/11/2020).

Selain masyarakat lokal, ada pemilik usaha yang kemudian bekerjasama untuk mengambil garam produksi petani sebagai bahan campuran pembuatan olahan makanan. Rata-rata perbulannya kelompok ini dapat memproduksi sekitar 300 sampai 500 kilogram garam putih.

Disinggung mengenai keuntungan selama ini, Tri mengatakan jika belum ada hitungan secara pasti. Namun sedikit demi sedikit operasional dan hasil jualan selalu menutup sehingga ada sisa keuntungan yang didapat. Sebagai contohnya, biaya operasional yang dikeluarkan untuk pembelian sekali operasional membutuhkan solar 5 liter dengan harga 30 ribu dikalikan 7 kali produksi.

Berita Lainnya  Jogja World Heritage Festival 2024 Digelar di Sumbu Filosofi Sisi Selatan

“Kita sempat vakum karena adanya covid-19 ini. Rencananya mau mulai lagi tapi ini pembenahan pompa dulu, kita kan ambil air laut baru diolah menjadi garam,” tambahnya.

Menurutnya pendampingan dan pelatihan sudah diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Sementara untuk penjualan belum ada, sebenarnya sudah ada koordinasi garam produksi petani ini nantinya akan di link-kan ke sejumlah perusahaan agar dapat dimanfaatkan dan laku dengan baik.

Harapannya memang ada pendampingan lebih ekstra lagi dari pemerintah dan pelatihan pengemasan serta penjualan agar persaingannya tidak seperti sekarang ini. Seperti kata Ngarso Dalam (Sri Sultan HB X) beberapa waktu lalu, garam produksi kami merupakan potensi untuk itu perlu diperhatikan benar,” kata dia.

Sebenarnya kualitas sendiri sudah memenuhi kualitas ekspor, namun memang masih membutuhkan banyak perhatian dan pembenahan. Petani garam memiliki angan-angan untuk mengembangkan produksi ini lebih banyak dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga tidak lagi tergantung dengan garam dari daerah lain.

Berita Lainnya  Miliki Nilai Jual Tinggi, Transaksi Kayu Sono Keling Ternyata Harus Dilengkapi Surat Izin Edar

“Harapan kami besar, sebenarnya selama ini sudah ada yang nawari untuk kerja sama. Tapi untuk tawaran mereka kami masih belum bisa mencukupinya,” imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gunungkidul, Johan Eko Sudarto mengungkapkan, beberapa waktu lalu telah ada koordinasi dengan Disperidag DIY. Para petani garam di wilayah Saptosari ini akan didorong untuk peningakatn kualitas dan kapasitas produk mereka. Pendampingan dan pelatihan akan diberikan sesuai dengan kapasitas pemerintah.

“Peningkatan standarisasi produk akan dilakukan. Upaya pendapingan dan pemerintah akan berupaya adanya fasilitas pembuatan garam ber SNI,” tutup Johan.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata1 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis3 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler