Peristiwa
Kasus DBD di Gunungkidul Masih Tinggi di Musim Kemarau, Apa Penyebabnya?
Wonosari,(pidjar.com)–Kasus demam berdarah di Kabupaten Gunungkidul justru memuncak pada saat curah hujan sudah mulai rendah. Sampai Mei ini, tercatat hampir 300 kasus terjadi dan menyebabkan 1 orang meninggal dunia. Diduga, peristiwa ini terjadi lantaran kurang aktifnya masyarakat dalam melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, hingga pertengahan Mei 2019 ini tercatat ada 271 kasus demam berdarah terjadi di Gunungkidul. Dari kasus tersebut satu orang dinyatakan meninggal dunia akibat demam berdarah berasal dari wilayah Kecamatan Karangmojo.
“Satu kasus meinggal dunia terjadi di Karangmojo. Di sana jumlah kasus DB cukup banyak,” ujar Priyanta, Rabu (22/05/2019).
Ia menambahkan, jika melihat jumlah kasus yang terjadi ada hal yang tak lazim terjadi. Menurutnya, peningkatan cukup signifikan tersebut terjadi pada bulan-bulan yang sudah jarang turun hujan.
“Januari ada 55 kasus, Februari 66 kasus, Maret 68, April 70. Kalau untuk Mei ini baru 12, kemungkinan jumlahnya akan meningkat. Karena rekap belum kita lakukan,” terang dia.
Ia menjelaskan, peningkatan jumlah kasus tersebut diduga lantaran minimnya upaya PSN di lingkungan keluarga. Sehingga nyamuk masih dapat berkembang biak dengan bebas dan menyebabkan penyakit mematikan.
“Kalau genangan air karena hujan mungkin tidak, kemungkinan dari tempat-tempat penampungan air yang jadi sarang nyamuk,” terang dia.
Disinggung mengenai persebaran kasus, Priyanta menyatakan bahwa untuk tahun ini demam berdarah terjadi di 18 kecamatan atau menyeluruh di wilayah Gunungkidul. Wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak pernah terjadi kasus kali ini justru terjadi.
“Wilayah Girisubo dan Purwosari yang biasanya tidak ada kasus tahun ini ada. Untuk wilayah terbanyak adalah Wonosari dengan 42 kasus, kemudian Karangomojo 40 kasus dan Ponjong 31kasus,” beber Priyanta.
Dinas saat ini mendorong melalui puskesmas masing-masing kecamatan dengan membentuk jumantik satu rumah satu petugas. Dengan adanya petugas di lapangan, nanti akan ada feedback yang ditimbukkan.
“Jika jumlah jentiknya sudah melebihi ambang batas maka akan dilakukan fogging (pengasapan). Fogging tidak bisa dilakukan asal-asalan, harus melalui kajian terlebih dahulu,” ucapnya.
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Selisih Tipis Antar Caleg PDIP, Bagaimana Nasib Ketua DPRD Gunungkidul?
-
Politik2 minggu yang lalu
Suara Jeblok, PDIP Akui Kalah Rekruitmen dan Salah Tunjuk Ketua Bapilu
-
Politik4 minggu yang lalu
Persaingan Sengit Antar Parpol, Golkar Optimis Raih 6 Kursi DPRD Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Hampir Separuh Incumbent Tumbang, Termasuk Ketua DPRD
-
Sosial2 minggu yang lalu
Beda Hitungan, Jamaah Aolia Gunungkidul Mulai Sholat Tarawih Malam Ini
-
Politik4 minggu yang lalu
Selisih Tipis dengan Incumbent, Timses Klaim Anti Kumala Sari Duduki Kursi Dewan dari Dapil IV
-
Politik2 minggu yang lalu
21 Caleg Baru Akan Duduki Kursi DPRD Gunungkidul
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Siswa Disabilitas SMP Negeri di Wonosari Dirundung Hingga Patah Jari
-
Pendidikan1 minggu yang lalu
Capaian Prestasi SMA Mubammadiyah Al Mujahidin di Olympicad Nasional
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Seorang Perempuan Ditemukan Gantung Diri
-
Info Ringan4 minggu yang lalu
Menghabiskan Waktu Libur Akhir Pekan di Pesisir Selatan Gunungkidul, Wisata Unik Nan Indah
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
25 Kambing Milik Warga Sawahan Mati Mendadak