Sosial
Komunitas Info Cegatan Gunungkidul, Berawal Dari Dunia Maya dan Dipersatukan Dalam Dunia Nyata Lewat Bencana




Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dunia maya adalah dunia yang tanpa batas. Di dunia maya ini, khususnya berbagai media sosial, orang bahkan tidak perlu untuk saling bertatap muka agar kemudian bisa akrab dan berteman. Tak jarang akhirnya dari dunia maya inilah, suatu kelompok bisa memiliki konektifitas dan kemudian menjelma menjadi kelompok yang nyata.
Salah satu kelompok yang berasal dari dunia maya dan kemudian eksis merambah ke dunia maya adalah komunitas Info Cegatan Gunungkidul. Komunitas ini berasal dari grup media sosial Facebook. Awalnya, di grup ini diposting sejumlah persoalan lalu lintas, kriminalitas hingga sosial. Dari interaksi yang ada dalam setiap komen, kemudian mulai muncul gagasan untuk membuat aksi di dunia nyata. Baru 2 tahun berdiri, komunitas ini telah eksis dan memiliki relawan yang tersebar dari seluruh penjuru Gunungkidul.
Salah satu penggagas ICG, Stefanus Sujoko menceritakan, ICG terbentuk pertama kali pada Oktober 2016. Saat itu, kegiatan dari komunitas yang masih beranggotakan segelintir orang ini hanya sebatas memberikan informasi perihal lalu lintas serta kejadian di jejaring sosial Facebook. Seiring waktu berjalan, anggota ICG terus bertambah banyak hingga mencapai puluhan ribu. Dari situlah pada Oktober 2017, ia mulai berinisiatif untuk membentuk pengurus kecil beranggotakan para member.
“Terus terang dulu saya tidak mengenal masing-masing dari mereka. Baru kenal ya di Facebook ini,” tutur dia, Sabtu (27/10/2018) siang.
Interaksi yang erat di dalam setiap postingan tersebut mulai berkembang ke dunia nyata pasca bencana Badai Cempaka melanda Gunungkidul pada November 2017 silam. Sejumlah anggota ICG lantas menggagas untuk membentuk relawan guna menyalurkan bantuan kepada para korban bencana. Posko bencana Siyono menjadi saksi pertama para aktifis media sosial yang sebelumnya tak saling mengenal tersebut saling bahu membahu menyalurkan bantuan ke sseluruh penjuru Gunungkidul.




“Kita dipersatukan atas nama kemanusiaan. Saat itu kami bergabung dengan teman-teman dari komunitas lain seperti Ikaragil dan yang lainnya,” imbuh dia.
Sementara itu, Ketua ICG, Frans Sandi memaparkan, saat ini komunitasnya memiliki sekitar 58 relawan aktif. Dari para relawan aktif ini, pihaknya kemudian menggagas berbagai macam kegiatan yang sekiranya bisa berguna bagi masyarakat Gunungkidul. Tak hanya berkegiatan perbaikan jalan, penyaluran bantuan saja, saat ini pihaknya juga menggagas untuk bisa membuat sebuah forum diskusi yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Gunungkidul.
“Selepas menggelar acara peringatan ulang tahun kedua pada 14 Oktober 2018 kemarin, kami pada Jumat (26/10/2018) malam juga menggelar diskusi publik yang mengambil tema Menyoal Jalan, Lalu Lintas, Kecelakaan, Jaminan Korban serta Problematikanya,” ucap Frans yang ditemui di sela-sela acara yang digelar di Kopi Angkringan, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari.
Tema diskusi ini sengaja dipilih pasca terjadinya kecelakaan lalu lintas maut yang terjadi di Kecamatan Ngawen beberapa waktu lalu. Dalam diskusi ini, pihaknya menghadirkan sejumlah pejabat dari Jasa Raharja, kalangan legislatif, Kepala Dinas, kepolisian hingga para aktifis di Gunungkidul. Frans berharap, dalam diskusi ini bisa kemudian melahirkan solusi atas berbagai permasalahan yang muncul pasca terjadinya kecelakaan, termasuk biaya pengobatan salah satu korban yang mencapai puluhan juta yang tak tertanggung BPJS Kesehatan, maupun tidak bisa dicairkannya santunan dari Jasa Raharja.
“Jadi kita ingin juga ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat. Menambah khasanah pengetahuan mereka saat mungkin menghadapi situasi yang sama. Diskusi ini juga kita siarkan secara live dan bisa disaksikan oleh puluhan ribu member,” bebernya.
Ke depan, ia ingin lebih banyak menggelar diskusi serupa dengan tema berbeda. Pihaknya sadar bahwa permasalahan sosial sangat banyak terjadi di Gunungkidul. Hal ini membuat komunitas ICG memiliki tanggung jawab untuk kemudian memberikan edukasi kepada masyarakat atas permasalahan-permasalahan tersebut.
“Ke depan kami ingin membuat diskusi tentang gantung diri. Ini sepertinya menjadi permasalahan yang sangat serius di Gunungkidul karena memang sangat sering terjadi,” ulasnya.

Ketua ICG, Frans Sandi bersama sebagian dari member ICG
Santunan Jasa Raharja Tak Bisa Dicairkan, Member ICG dan Pejabat Sepakat Saweran
Para korban kecelakaan maut di Jalan Bulak Batusari, Desa Kampung, Kecamatan Ngawen pada 15 Oktober 2018 silam dipastikan tak akan mendapatkan santunan dari Jasa Raharja. Dalam diskusi publik yang diselenggarakan komunitas ICG pada Jumat malam tadi, Kepala Jasa Raharja Bantul, Apiyanto memaparkan, tidak bisa dicairkannya santunan untuk para korban laka maut Ngawen tersebut lantaran beberapa hal. Diantaranya adalah penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan peruntukan. Yaitu saat kejadian tersebut, truk yang seharusnya mengangkut barang, digunakan untuk mengangkut manusia. Apiyanto menyebut bahwa hal ini berbeda dengan apabila kecelakaan tersebut terjadi melibatkan kendaraan yang sesuai peruntukannya, misalnya kendaraan angkutan umum. Seluruh korban dalam kecelakaan akan mendapatkan santunan dari Jasa Raharja.
“Selain itu juga kecelakaan ini termasuk kecelakaan tunggal. Kita berpegang pada laporan penyidik dari Unit Laka Satlantas Polres Gunungkidul yang telah menangani kasus ini,” ucap Apiyanto.
Dalam prakteknya, Jasa Raharja memang bertugas untuk menjamin para korban kecelakaan lalu lintas sesuai amanat Undang-undang. Apiyanto memastikan, bahwa bilamana kecelakaan tersebut memang dirasa sesuai dengan regulasi bisa tertanggung Jasa Raharja, maka hanya dalam waktu 2 x 24 jam bisa langsung dicairkan.
Untuk melakukan pencairan sendiri memang dari pihak Jasa Raharja tidak bisa sembarangan. Pasalnya, pihaknya mendapatkan pengawasan yang sangat ketat dari pemerintah maupun Kementrian Keuangan. Di Jasa Raharja, paling tidak dalam setahun dilakukan 4 kali audit oleh instansi pemerintah maupun lembaga swasta yang profesional.
“Jadi mohon maaf untuk kejadian ini, kita masih belum bisa berbuat banyak. Namun jika ingin beraudiensi dengan atasan kami, bisa kami fasilitasi,” papar dia.
Sementara dari perwakilan keluarga para korban, Siyono meminta ada kebijaksanaan dari pemerintah kepada para korban kecelakaan maut. Hal ini lantaran para korban memang semuanya berasal dari kalangan tidak mampu.
Pada saat kejadian, para korban menyewa kendaraan truk untuk mencari pakan ternak di Klaten. Langkah ini harus dilakukan lantaran pada saat musim kemarau semacam ini, pakan ternak di sekitar wilayah mereka sangat tidak mencukupi. Pada pagi hari saat kejadian, sebanyak 13 orang patungan masing-masing Rp 30.000 orang menyewa truk yang membawa mereka ke Kecamatan Pedan, Klaten guna mencari pakan ternak.
“Warga kami yang peternak memang melakukan hal semacam ini setiap minggu karena di wilayah kami pakan ternak sudah sangat minim sementara kebutuhan tinggi,” ungkap Sihono.
Usai kejadian, selain harus kehilangan anggota keluarga, salah seorang korban harus mengalami permasalahan pelik. Keluarga almarhum Mento Tukimin hingga kini kebingungan untuk membayar biaya perawatan selama 3 hari 4 malam sebesar 24 juta. Sebelum dinyatakan meninggal dunia, korban yang tidak memiliki BPJS Kesehatan memang sempat mendapatkan perawatan medis lantaran luka-luka yang dideritanya.
“Hingga kemarin keluarga belum mampu membayar biaya perawatan. Kemarin keluarga menjaminkan sertifikat kepada pihak rumah sakit,” tuturnya.

Suasana diskusi ICG di Kopi Angkringan Kepek
Pernyataan Siyono sendiri juga diamini oleh salah seorang tokoh masyarakat Nglebak, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Slamet S.Pd. Anggota DPRD DIY ini menjelaskan bahwa sebenarnya untuk pihak keluarga para korban, telah mendapatkan bantuan tali asih dari pengemudi truk sebesar Rp 15 juta. Sejumlah tokoh masyarakat setempat sendiri sudah melakukan penggalangan dana namun masih belum cukup untuk menebus sertifikat tanah yang dijaminkan keluarga Mento Tukimin.
“Kami sangat berharap ada perhatian dari pemerintah maupun instansi terkait kepada keluarga korban kecelakaan ini. Mereka dari kalangan tidak mampu,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala DPUPR KP Gunungkidul Eddy Praptono yang turut hadir dalam diskusi menyatakan kesiapannya untuk ikut membantu menyantuni korban kecelakaan khususnya Mento Tukimin. Eddy bahkan menyebut bahwa ia juga mendapatkan amanat dari Bupati Gunungkidul, Badingah untuk menyampaikan bantuan kepada para korban.
“Mengenai jumlahnya tidak usah saya sebut. Ini dari pribadi, bukan pemerintah,” tutup dia.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Sosial2 hari yang lalu
43 Tahun Berdayakan UMKM Gunungkidul, Koperasi Marsudi Mulyo Terus Berinovasi
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Sosial1 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Info Ringan3 hari yang lalu
Dibalut Horor, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Sahabat Sejati
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Gempa 5,2 SR Guncang Gunungkidul
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
BKPPD Periksa 2 ASN Yang Diduga Terlibat Perselingkuhan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Keluarga Korban Laka Laut di Pantai Drini Akan Terima Asuransi