Sosial
Layanan PDAM Macet Selama Musim Kemarau Ini, 36 Desa Mulai Terdampak Kekeringan






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Hingga akhir bulan Juni 2018 ini, sudah puluhan desa di Gunungkidul terdampak kekeringan. Warga setempat mulai menggantungkan pemenuhan kebutuhan air mereka dengan membeli air dari tangki swasta. Sebuah hal yang tentunya cukup memberatkan warga. Namun warga tak mempunyai pilihan lantaran sejak musim kemarau ini, layanan PDAM praktis terhenti dan tidak lagi bisa dimanfaatkan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki memaparkan, berdasarkan data yang telah masuk ke jajarannya, sudah ada 36 desa yang dilaporkan telah terdampak kekeringan. Desa-desa tersebut berasal dari 6 kecamatan yakni Kecamatan Girisubo, Tepus, Paliyan, Panggang, Purwosari, dan Rongkop.
“Kecamatan-kecamatan tersebut memang selama ini merupakan langganan kekeringan,” kata Edy, Senin (25/06/2018) siang.
Guna mengatasi dampak kekeringan ini, BPBD Gunungkidul harus mulai bekerja ekstra dalam melaksanakan dropping air. Setiap harinya, pihaknya mengirimkan sedikitnya 24 tangki air ke wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan. Sebanyak 6 armada telah disiapkan untuk setiap hari melaksanakan tugas tersebut.
Ditambahkan Edy, aktifitas dropping air sendiri telah menjadi agenda rutin sejak pertama kali dilakukan pada 4 Juni 2018. Pada libur lebaran lalu, praktis pihaknya hanya libur selama 4 hari saja dan setelah itu melanjutkan kembali kegiatan dropping air.







“Cukup banyak memang masyarakat yang membutuhkan,” bebernya.
Ia membeberkan, pihaknya cukup terbantu dengan adanya peningkatan layanan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Handayani. Sebagian wilayah yang sebelumnya tersendat untuk pelayanan air bersih dari PDAM saat ini sudah mulai normal kembali sehingga beban dropping air bisa sedikit berkurang. Banyak pula wilayah yang sudah terampu SPAMDus sehingga cukup membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan airnya.
“Ada beberapa padukuhan yang sebelumnya layanan PDAM terhenti sekarang sudah hidup lagi meski tidak setiap hari bisa dimanfaatkan. Hal ini cukup membantu kami,” imbuh dia.
Sementara salah seorang warga Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Wida mengaku sudah membeli air bersih ke tangki swasta sebanyak 3 kali dengan harga per tangkinya Rp 110.000. Ia mengeluhkan layanan PDAM yang sudah tidak lagi mengalir sejak musim kemarau ini. Hal ini membuatnya tak punya pilihan selain membeli air swasta.
“Ya memang cukup berat untuk secara keuangan, tapi mau bagaimana lagi,” keluh dia.
Wida sendiri sangat berharap pemerintah bisa memberikan solusi konkrit terkait permasalahan yang ia dan masyarakat lain hadapi. Penyaluran bantuan air bersih melalui air tangki disebutnya bukan merupakan solusi lantaran hanya situasional saja.
“Kalau harapan kami ya bagaimana caranya pemerintah mendorong PDAM ini bisa diharapkan kami saat musim kemarau seperti sekarang ini,” beber dia.