Sosial
Lindungi Petani dari Permainan Harga, Politisi Ini Upayakan Pendampingan Penanganan Pasca Panen






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)– Meski dengan segala keterbatasan yang ada, Gunungkidul merupakan kawasan agraris yang tergolong maju. Masing-masing wilayahnya memiliki potensi pertanian dan hortikultura yang luar biasa. Meski begitu, permasalahan yang masih sering dihadapi oleh para petani adalah anjloknya harga komoditas saat musim panen tiba dan berdampak pada permintaan konsumen serta kesejahteraan petani. Kondisi demikian yang terus menjadi sorotan dari berbagai pihak dan diupayakan untuk dapat disiasati.
Salah seorang politisi dari Partai PDI Perjuangan, Lazarus Arintoko mengatakan, 80 persen penduduk Gunungkidul merupakan petani. Potensi di pertanian pun cukup besar, namun ada beberapa permasalahan yang seringkali dihadapi. Dimana saat panen berlangsung, harga komoditas yang mereka tanam tiba-tiba anjlok sehingga petani tidak dapat menikmati harga yang menguntungkan buat mereka.
Hal itulah yang menjadi keprihatinannya ia memiliki gagasan yang telah direalisasikan dengan dilakukannya pendampingan terhadap para petani. Salah satunya adalah pendampingan dan pelatihan bagi para petani untuk penanganan pasca panen. Komoditas yang telah dipanen ini diolah menjadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya permainan harga oleh para tengkulak dan lain sebagainya.
“Untuk saat ini sektor pertanian memang unggul. Penanganan sebelum panen sebenarnya sudah mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, mulai dari subsidi pupuk adanya bibit, bahkan dari diberikannya bantuan berupa peralatan pertanian. Nah tinggal bagaimana upaya kita memberikan edukasi kepada petani penanganan pasca panen agar tidak rugi dan komoditas memiliki nilai jual yang tinggi,” papar Arintoko.
“Dengan kemampuan yang ada, saya akan berusaha mendampingi para petani, ” turut Arintoko di sela kegiatannya di Ponjong.







Ia mencontohkan, tanaman jagung masih komoditas yang masih dibutuhkan bagi industri pakan ternak. Jika hanya dijual dalam bentuk jagung, harganya masih cukup murah. Seringkali saat panen tiba harga jualnya justru anjlok, hal ini pu menjadikan para petani mengalami kerugian. Ia menginginkan petani Gunungkidul memiliki inovasi dan kreatif dalam mengolah jagung agar harganya tinggi, yaitu dengan dijual dalam bentuk lain.
“Gambarannya seperti ini, kebutuhan ayam potong selalu mengalami peningkatan sehingga ini di barengi oleh peningkatan akan permintaan pakan ternak dan formulasi pakan ternak di dominasi oleh komoditas jagung, saya ingin jagung-jagung yang ditanam di lahan pertanian Kalurahan Bendung ini memiliki great yang dibutuhkan oleh para industri pakan ternak tersebut,” sambung Arintoko.
Lebih lanjut Arintoko mengatakan kualitas produksi pertanian yang baik akan menentukan pasarnya sendiri, untuk mendapatkan kualitas produksi pertanian yang baik maka perlu adanya perbaikan budidaya nya. Ia optimis bila pertanian di Kabupaten Gunungkidul bisa lebih dioptimalkan lagi dan itu bisa dan tidak ada kata terlambat
“Dengan pendampingan dan pelatihan yang saya lakukan ini menumbuhkan semangat untuk berinovasi dalam bidang pertanian. Saya berharap juga keterlibatan petani muda atau petani milenial itu ada. Saya juga menginginkan petani bila ditanya, profesi nya apa dengan bangga sambil menepuk dada. Pola pikir Menjadi petani adalah pahlawan sudah harus digaungkan sehingga ini dapat menjadikan contoh bagi para milenial untuk ikut menjadi petani, apalagi saat ini banyak teknologi tepat guna yang mampu diterapkan dalam sektor pertanian,” tutupnya.