Sosial
Lumpuhnya Industri Kerajinan Topeng Bobung Akibat Pandemi






Patuk,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Industri kerajinan di Gunungkidul sampai saat ini masih terus merasakan dampak dari Covid-19. Bahkan tak hanya sekedar merasakan, industri-industri rumahan ini juga untuk sementara terpaksa menutup usahanya. Seperti yang terjadi di kawasan industri pembuatan topeng di Padukuhan Bobung, Kalurahan Putat, Kapanewon Patuk. Para pengrajin hingga kini belum mulai beraktifitas lantaran masih belum ada pesanan. Situasi ini sendiri sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir saat pandemi covid19 mulai melanda.
Seperti diungkapkan oleh salah satu pengrajin topeng Bobung, Kemiran. Ia mengungkapkan bahwa menyatakan bahwa aktifitas produksi di wilayahnya terhenti sejak Maret 2020 lalu. Di mana, pandemi covid-19 menyebabkan macetnya pesanan dari dalam maupun luar provinsi di Indonesia.
“Terakhir kami produksi pada bulan Februari, sedangkan dari Maret sampai saat ini tidak ada pesanan sama sekali,” ucap Kemiran, Jumat (03/07/2020).
Sejak pandemi berlangsung, pesanan yang dikerjakan pada bulan-bulan sebelumnya terpaksa tidak dikirim. Sehingga dirinya pun kehilangan penghasilan seperti waktu sebelum Corona melanda.
“Dalam sebulan biasanya satu sampai dua kodi atau sekitar Rp 10 juta bisa kita peroleh dari pemesan yang sebagian besar dari Jakarta, dan Yogyakarta,” kata dia.







Selain hilangnya penghasilan, dirinya juga terpaksa merumahkan lima orang karyawan yang sebelumnya bekerja di rumah produksi Panji Sejati miliknya itu. Saat ini untuk mencukupi kebutuhan pokoknya, Kemiran hanya menggantungkan hasil pertanian dari lahan yang dimiliki.
“Kerajinan itu pembelinya kebanyakan dari luar negeri, kalau tidak ada yang datang ya semuanya berhenti,” ucap pria yang menekuni kerajinan sejak tahun 1992 itu.
Lebih lanjut dikatakan Kemiran, suasana di Bobung sendiri saat ini cukup sepi. Biasanya tengah malam masih terdengar aktifitas natah atau memahat kayu kerajinan. Namun saat ini hampir seluruh warga Bobung yang berprofesi sebagai pengrajin topeng berhenti berproduksi.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Gunungkidul, Sih Supriyana memaparkan, pihaknya sudah mendapatkan kabar berkaitan dengan lumpuhnya usaha kerajinan kayu di wilayah Bobung. Pihaknya mengakui jika dari pemantauan di lapangan seluruh unit usaha kerajinan di Bobung berhenti total.
Terkait dengan ada tidaknya bantuan stimulan, dia mengakui dinas koperasi UKM tidak memiliki anggaran. Namun, pada saat pendataan sektor usaha terdampak corona sudah diusulkan.
“Kami usulkan sekitar 23.000an usaha, tapi untuk pemberian bantuan terdampak corona, kami belum mendapatkan data dari dinas yang menyalurkan bantuan,” kata Sih Supriyana.
Sih menyebut bahwa sektor UKM di Gunungkidul terdampak paling besar ialah dari sektor kerajinan dan fashion. Untuk sektor kuliner sendiri masih bisa berjalan dengan berbagai inovasi yang dilakukan para pengusaha.
“Agar tetap memiliki penghasilan, kami menyarankan perajin untuk alih pekerjaan seperti membuat mebel atau bertani,” tutupnya.