fbpx
Connect with us

Sosial

Manfaatkan Momentum Kenaikan Harga, Petani Cabai Pilih Panen Dini

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Tingginya harga cabai di pasaran menjadi berkah tersendiri bagi para petani cabai di wilayah Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari. Mereka bahkan memilih untuk melakukan panen sedini mungkin dengan tujuan mengejar momentum tersebut, sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan hari biasanya.

Seperti yang dilakukan oleh petani cabai, Suroto warga Desa Karangrejek. Sejak kenaikan harga cabai di pasaran beberapa waktu lalu, dirinya memilih untuk memanen lebih awal cabai keriting yang ia tanam. Di mana, harga cabai menurutnya tergolong lebih tinggi dibanding dengan harga normal di pasaran.

“Kemarin sebagian cabai keriting sudah dipanen dan menghasilkan 70 kilogram sekali panen. Saat saya jual ke pengepul seharga Rp 24 ribu perkilonya,” kata Suroto saat ditemui di ladang miliknya, Rabu (24/07/2019) pagi.

Ia menambahkan, harga cabai saat ini masih tergolong fluktuatif, dengan artian harga jual cabai dari petani masih berubah-ubah. Kendati demikian, naik turunnya harga cabai masih dirasa menguntungkan bagi para petani.

“Untuk harga sendiri masih belum stabil, beberapa hari lalu naik kemudian turun dan naik lagi,” imbuh dia

Seberti misalnya cabai jenis serupa hasil panen beberapa hari lalu sudah mengalami penurunan harga. Kemudian cabai keriting hijau turun menjadi Rp 20 ribu, sedangkan untuk harga cabai rawit putih justru saat ini harganya masih sangat tinggi yakni menyentuh dikisaran harga Rp 35.000, dan rawit hijau per kilonya mencapai Rp 40.000.

Berita Lainnya  Bikin Siswa Tenang Saat Ujian, SMA Muhammadiyah Wonosari Bagikan Sarapan Susu dan Biskuit

Dalam satu periode penanaman cabai, paling tidak Suroto dapat memanen hingga 6 kali dengan jumlah panenan yang cukup lumayan.. Proses pemanenan sendiri ia lakukan saat cabai masih berwarna hijau belum sampai merah.

“Kalau memanen sampai merah panen kurang dari 6 kali, ditambah lagi ini kejar-kejaran dengan musim hujan,” tambah dia.

Sementara itu, Wasilah petani Desa Karangrejek menjelaskan para petani menggunakan sistem tumpang sari. tidak hanya cabai saja yang ditanam tetapi juga bawang merah guna memanfaatkan lahan dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih.

“Dibawah bawang merah itu sudah ada tanaman cabai jadi nanti saat bawang merah sudah dipanen, tanaman cabai sudah hidup menggantikan bawang merah itu jadi bisa mempersingkat waktu tanam,” terang dia.

Saat kondisi kemarau seperti ini dirinya harus menyirami tanaman dibantu dengan pompa air. Sebab menurutnya jika menggunakan diesel biaya yang dikeluarkan menjadi membengkak dan berpengaruh pada pendapatan para petani.

Berita Lainnya  Oknum PNS Disdikpora Digerebek Saat Sedang Ngapel ke Rumah Istri Perangkat Desa

“Kalau pakai pompa air itu satu ladang seperti ini paling menghabiskan Rp 2 ribu tetapi kalau pakai diesel kan harus beli solar malah lebih mahal biayanya mencapai Rp 10 ribu,” pungkas dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler