Sosial
Manfaatkan Momentum Kenaikan Harga, Petani Cabai Pilih Panen Dini
Wonosari,(pidjar.com)–
Seperti yang dilakukan oleh petani cabai, Suroto warga Desa Karangrejek. Sejak kenaikan harga cabai di pasaran beberapa waktu lalu, dirinya memilih untuk memanen lebih awal cabai keriting yang ia tanam. Di mana, harga cabai menurutnya tergolong lebih tinggi dibanding dengan harga normal di pasaran.
“Kemarin sebagian cabai keriting sudah dipanen dan menghasilkan 70 kilogram sekali panen. Saat saya jual ke pengepul seharga Rp 24 ribu perkilonya,” kata Suroto saat ditemui di ladang miliknya, Rabu (24/07/2019) pagi.
Ia menambahkan, harga cabai saat ini masih tergolong fluktuatif, dengan artian harga jual cabai dari petani masih berubah-ubah. Kendati demikian, naik turunnya harga cabai masih dirasa menguntungkan bagi para petani.
“Untuk harga sendiri masih belum stabil, beberapa hari lalu naik kemudian turun dan naik lagi,” imbuh dia
Seberti misalnya cabai jenis serupa hasil panen beberapa hari lalu sudah mengalami penurunan harga. Kemudian cabai keriting hijau turun menjadi Rp 20 ribu, sedangkan untuk harga cabai rawit putih justru saat ini harganya masih sangat tinggi yakni menyentuh dikisaran harga Rp 35.000, dan rawit hijau per kilonya mencapai Rp 40.000.
Dalam satu periode penanaman cabai, paling tidak Suroto dapat memanen hingga 6 kali dengan jumlah panenan yang cukup lumayan.. Proses pemanenan sendiri ia lakukan saat cabai masih berwarna hijau belum sampai merah.
“Kalau memanen sampai merah panen kurang dari 6 kali, ditambah lagi ini kejar-kejaran dengan musim hujan,” tambah dia.
Sementara itu, Wasilah petani Desa Karangrejek menjelaskan para petani menggunakan sistem tumpang sari. tidak hanya cabai saja yang ditanam tetapi juga bawang merah guna memanfaatkan lahan dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih.
“Dibawah bawang merah itu sudah ada tanaman cabai jadi nanti saat bawang merah sudah dipanen, tanaman cabai sudah hidup menggantikan bawang merah itu jadi bisa mempersingkat waktu tanam,” terang dia.
Saat kondisi kemarau seperti ini dirinya harus menyirami tanaman dibantu dengan pompa air. Sebab menurutnya jika menggunakan diesel biaya yang dikeluarkan menjadi membengkak dan berpengaruh pada pendapatan para petani.
“Kalau pakai pompa air itu satu ladang seperti ini paling menghabiskan Rp 2 ribu tetapi kalau pakai diesel kan harus beli solar malah lebih mahal biayanya mencapai Rp 10 ribu,” pungkas dia.
-
Uncategorized1 hari yang lalu
Sutradara TV Swasta Masuk Deretan Nama Bursa Pilkada Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Mandat PAN Turun, Mahmud Ardi Widanta Kembali Maju di Pilkada Gunungkidul
-
Peristiwa5 hari yang lalu
Kecelakaan Hebat di Jalan Baron, Dua Orang Tak Sadarkan Diri
-
Pariwisata4 minggu yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Lantik 5 Pejabat Pimpinan dan Rotasi Puluhan Pegawai
-
Pariwisata1 minggu yang lalu
Drini Park, Destinasi Wisata Anyar Yang Suguhkan Keindahan Kawasan Pesisir Selatan
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mesum di Sekolah, Dua Guru SD Dipecat
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Dua Kendaraan Terlibat Kecelakaan di Jalan Jogja-Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Tenggelam di Sungai Oya, Pelajar Ditemukan Meninggal Dunia
-
Sosial2 minggu yang lalu
Jamaah Masjid Aolia Gunungkidul Lebaran Hari Ini
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Sunaryanta Gelar Pertemuan dengan Petinggi Gerindra, Bahas Pilkada ?
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puncak Arus Mudik Diperkirakan 9 April, Sejumlah Jalur Alternatif Disiapkan