Sosial
Mengembangkan Kelapa Bojong Bulat, Varietas Unggul Yang Per Pohon Bisa Hasilkan Ratusan Butir






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kabupaten Gunungkidul mulai mengembangkan kelapa jenis Bojong Bulat. Varietas tersebut dianggap menjadi varietas unggulan lantaran memiliki hasil yang melimpah. Keunggulan lainnya dari varietas ini adalah memiliki daging buah yang tebal.
Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidula Budi Sudartanto menjelaskan, tanaman kelapa Bojong bulat merupakan varietas unggulan di DIY. Jenis ini memiliki keunggulan pada kualitas buah saat sudah masak atau matang. Satu buah kepala bojong bulat memiliki ketebalan daging mencapai 1,26 cm. Jauh lebih tebal dibandingkan dengan kelapa jenis lain.
Selain itu berat daging buah kelapa ini bisa mencapai 500 gram, kandungan minyaknya pun juga tinggi. Untuk kandungan minyak mencapai 68 persen atau hampir dua kali lipat dibandingkan dengan jenis lain.
Prodiktivitas jenis kelapa Bojong Bulat dipaparkan Budi juga cukup baik. Dalam satu tahun, 1 pohon mampu menghasilkan buah sebanyak 80 sampai dengan 120 butir kelapa. Potensi ini pun kemudian dibaca oleh pemerintah. Kabupaten Gunungkidul sendiri telah mendapat alokasi bantuan untuk budidaya tanaman tersebut.
“Mulai dikembangkan di Gunungkidul, beberapa kecamatan mendapatkan pantuan ini. Seperti Panggang, Purwosari, Tepus,” papar Budi Sudartanto, Jumat (10/04/2020).







Sekitar 80 hektare lahan milik warga ditanami pohon kepala jenis tersebut. Jumlahnya tidak main-main, ribuan batang pohon disebar pada lahan milik 12 kelompok. Selain disesuaikan dengan ketersediaan lahan, pengembangan tanaman kelapa ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk memenuhi permintaan.
Menjadi kawasan yang obyek wisata khususnya pantai sedang moncer dan cukup luas tentu kunjungan wisatawannya pun terus membludak. Kondisi ini kemudian berpengaruh pada tingkat permintaan kelapa muda. Sayangnya saat ini, ketersediaan kelapa muda sering kali tidak memenuhi permintaan pasar. Sehingga pedagang harus mengambil kelapa dari daerah luar.
“Ini kan juga mendukung pariwisata Gunungkidul. Mayoritas dari wisatawan mencari kelapa muda untuk dikonsumsi,” tambahnya.
Selain itu juga diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan ekonomi wilayah. Pengembangan kelapa dengan metode berkelanjutan akan menurunkan kerusakan lahan dan pengoptimalkan pemanfaatan lahan kosong. Di sisi lain, jika masyarakat mampu mengolah potensi yang dimiliki tentu nilai jualnya pun lebih tinggi.
“Harapan kami tentu semua potensi yang ada bisa dioptimalkan. Sehingga masyarakat tidak rugi. Belum lama ini, kami (Dinas Pertanian dan Pangan) melakukan bimbingan teknis,” tutup dia.