Sosial
Mengenal Gejala Difteri, Penyakit Berbahaya Yang Telah Mewabah ke 28 Provinsi di Indonesia






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Wabah penyakit difteri semakin meluas. Wabah yang telah memicu penetapan Kondisi Luar Biasa (KLB) ini saat ini telah menyebar ke 28 provinsi serta 142 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Puluhan penderita yang hampir semuanya merupakan anak-anak harus meregang nyawa akibat penyakit ini sementara ratusan lainnya harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Adapun gejala penyakit difteri sendiri cukup mirip dengan gejala flu sehingga seringkali dianggap remeh. Padahal, keterlambatan penanganan terkait penyakit difteri bisa menyebabkan kematian.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, difteri dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan yang keluar dari saluran pernapasan dan pengelupasan luka kulit. Benda-benda yang terkontaminasi bakteri juga bisa menyebabkan penularan penyakit.
Saat bakteri ini masuk ke tubuh lain yang kondisinya sedang lemah dan tidak diimunisasi lengkap, bakteri bisa dengan mudah berkembang dan kemudian hidup di tubuh manusia.
"Gejala umum seperti flu berupa sakit tenggorokan, sulit menelan, demam dengan suhu rendah sekitar 38 derajat celcius, kurang nafsu makan, sesak napas disertai bunyi, leher membengkak akibat dari pembengkakakan kelenjar leher," ujar Dewi, Selasa (19/12/2017).







Dewi mengatakan, meskipun sampai saat ini belum ada temuan namun masyarakat dihimbau untuk tetap waspada dan selalu melakukan cek kesehatan apabila sedang merasa kurang sehat. Selain itu pencegahan paling bagus adalah dengan melakukan Imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT).Ia meminta masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika menemukan gejala-gejala mirip flu.
"Jika sudah terjangkit (difteri) penanganan pertama tentu dengan antibiotik maka dari itu pasien harus segera berkonaultasi dengan dokter atau bahkan harus dirawat secara intensif," sambungnya.
Informasi yang berhasil dihimpun, dalam keterangan persnya yang dirilis oleh sejumlah media nasional, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat bahwa sudah 38 anak yang meninggal dunia karena difteri sementara 600 anak masih dirawat di rumah sakit karena penyakit yang sama. Ketua IDI Prof Idham Marsis menyatakan, penyebab utama mewabahnya penyakit ini lantaran masih kurangnya cakupan imunisasi yang hanya mencapai 70 % dari prosentase ideal sebanyak 95 %. Padahal dengan adanya imunisasi secara lengkap dan berkala, kemungkinan anak akan terjangkit difteri menjadi semakin tipis.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Sosial1 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks