Info Ringan
Menikmati Lezat dan Gurihnya Keripik Unik Ini, Terbuat Dari Pelepah Daun Pisang
Tepus,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pelepah pisang atau batang daun pohon pisang biasanya hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan sebagai sampah atau limbah jika daun atau buahnya telah diambil. Namun di tangan yang tepat, pelepah daun pisang ini bisa sangat berguna dan bahkan bernilai ekonomis. Seperti yang dilakukan oleh Supatminah, warga Desa Sumberwungu, Kecamatan Tepus yang menyulap pelepah daun pisang menjadi olahan makanan yang lezat. Mungkin bagi sebagian masyarakat, makanan olahan dari bahan ini masih asing. Namun ternyata olahan asli Gunungkidul ini justru diminati oleh sejumlah orang khususnya di luar jawa.
Rasa dari olahan makanan ini rupanya cukup lezat. Adanya serat khas yang ditambah dengan rasa yang gurih membuat olahan makanan pelepah daun pisang cepat berkembang dan saat ini banyak diminati sebagai camilan.
Supatminah sendiri telah menggeluti usaha olahan makanan dari bahan pelepah pisang sejak tahun 2010 lalu. Dimulai dari ia mengikuti pelatihan olahan makanan di beberapa tempat. Barulah ia kemudian mendapatkan ide saat sampai di rumahnya, di mana dalam pekarangan terdapat sejumlah pohon pisang. Ia kemudian berfikir untuk mengolah apa yang ada agar bisa kemudian laku di pasaran.
“Kalau saya manfaatkan pisangnya jadi keripik kan sudah biasa. Saya coba bikin dari pelepah pisang, kalau daunnya dipake kan pelepahnya jadi limbah, ternak saja juga tidak mau makan,” kata Supatminah, Sabtu (25/05/2019).
Kemudian ia mencoba mengolah pelepah yang sering dianggap tak bermanfaat tersebut menjadi keripik. Ia sempat gagal pada percobaan pertama. Namun hal tersebut tak membuatnya patah semangat untuk kembali mencoba membuat olahan tersebut. Akhirnya percobaannya pun berhasil untuk membuat batang pisang menjadi makanan. Lantaran dirasa makanannya tersebut cukup enak dan tentu saja unik, dari situ ia kemudian bertekad untuk mengembangkan usaha dalam pengolahan keripik pelepah pisang.
Dalam pembuatan makanan unik ini membutuhkan waktu yang tidaklah sebentar. Bahan baku yang ia dapat dari sekitar rumah, sebelumnya dibersihkan dan dicuci. Batang tersebut lalu direndam semalam untuk menghilangkan getah yang melekat. Proses selanjutnya adalah dibumbui dengan rempah-rempah yang dibuat khusus dan lalu digoreng seperti biasa. Namun dalam penggorengan ini juga membutuhkan waktu beberapa hari, dari penggorengan pertama pelepah pisang harus didiamkan di tempat penyimpanan selama beberapa hari.
“Didiamkan dulu beberapa hari kemudian digoreng lagi. Kalau sudah, dikeringkan biar lebih renyah dan baru dikemas,” imbuhnya.
Bahan bakunya sendiri ia dapatkan dari lokal atau sekitar rumahnya saja. Untuk produksi ia juga meminta bantuan dari ibu-ibu sekitar rumahnya. Menurut dia, meski usaha kecil-kecilan tapi paling tidk dapat memperdayakan masyarakat sekitar rumahnya. Jika pesanan membanjirinya, ia sendiri sering kali kewalahan dalam melayani pesanan pelanggan tersebut. Satu kemasan seberat 100 gram sendiri ia hargai sebesar Rp 10.000.
Tak mudah memang lantaran mungkin ia menjadi satu-satunya warga Gunungkidul yang membuat makanan ini dalam hal memasarkan barang dagangannya. Awalnya pemasaran menyasar kepada keluarga, rekan kerja dan selanjutnya baru ia pasarkan melalui media sosial.
“Kemasan 100 gram saja. Sempat saya titipkan di beberapa toko di sekitar pantai, tapi kurang begitu laku. Kalau yang banyak justru pesanan dari media sosial dan ke rumah,” tambahnya.
Pesanan pun kemudian membanjiri Supatminah, tiga tahun ini ia terus mendapat orderan dari konsumennya dari luar Jawa. Beberapa kali ia mengirimkan produk olahannya tersebut ke Ambon, Kalimantan, Sumatra dan beberapa tempat lainnya. Hasilnya pun cukup lumayan untuk membantu perekonomian keluarganya.
“Kalau untuk penghasilan tidak menentu, Alhamdulillah pokoknya bisa buat bantu-bantu keluarga dan memberikan sedikit rejeki pada ibu-ibu yang membantu saya produksi,” ujarnya.
Perkembangan pariwisata di Gunungkidul ia sambut baik. Namun ia sendiri masih belum memiliki ruang untuk memasarkan produk olahannya itu. Ia berharap ada ruang di obyek wisata atau toko oleh-oleh yang dapat menampung hasil olahannya. Sehingga dapat lebih dikenal oleh wisatawan maupun masyarakat lokal.
Penelitian mengenai olahan keripik pelepah pisang ini sendiri telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Mulai dari halal, mahasiswa beberapa universitas dan beberapa instansi terkait olahan makanan. Sebenarnya ia sendiri juga ingin ada penelitian mengenai kandungan gizi, sehingga lebih ada greget kembali hasil olahannya tersebut.
“Kalau untuk rasa menurut saya gurih-gurih enak. Banyak yang suka sih, kalau sekarang ini baru ada rasa asin ini mau mencoba rasa pedas,” tutupnya.
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
50 Kilometer Jalan Kabupaten di Gunungkidul Beralih Status
-
Pemerintahan1 hari yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Olahraga2 minggu yang lalu
Mengenal Hamam Tejotioso, Pembalap Cilik Gunungkidul yang Mulai Ukir Prestasi
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Angka Kemiskinan di Gunungkidul Masih 15,18%
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
‘Modal Nekat’ Garapan Imam Darto, Sukses Kocok Perut Penonton Yogya
-
bisnis3 minggu yang lalu
Grafik Perjalanan Kereta Api Selesai Difinalisasi, Pemesanan Tiket KA Februari 2025 Mulai Dibuka Bertahap
-
Pendidikan4 minggu yang lalu
SMP Al Mujahidin Gunungkidul Dapat Predikat Sekolah Swasta Unggul Utama
-
Pemerintahan3 hari yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Lurah Sampang Ditahan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
PMK Kembali Merebak di Gunungkidul, 43 Sapi Suspek Mati Mendadak
-
Hukum4 hari yang lalu
Curi 5 Potong Kayu, Warga Panggang Terancam 5 Tahun Penjara
-
Pendidikan6 hari yang lalu
SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Siap Melaju ke Tingkat Nasional Ajang OMBN 2025