Sosial
Menuju Pertanian Gunungkidul Yang Tak Lagi Bergantung Pada Air Hujan






Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Lahan pertanian di Gunungkidul memang dikenal sangat luas sehingga hasil panen melimpah. Namun selama ini, aktifitas pertanian masih sangat bergantung pada ketersediaan air hujan. Di banyak kawasan, banyak lahan pertanian yang berhenti berproduksi manakala musim kemarau tiba. Seiring perkembangan teknologi, kini pembuatan dam dan parit menjadi solusi untuk meningkatkan indeks pertanian di Gunungkidul.
Kabid Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan, saat ini pemerintah pusat memang tengah berupaya mengurangi ketergantungan lahan pertanian yang ada terhadap curah hujan. Salah satu upaya, saat ini pemerintah banyak menggelontorkan bantuan pembuatan DAM dan parit di sejumlah titik.
“Dari Kementan membangun sarana infrastruktur air berupa dam parit dan irigasi perpompaan untuk mengatasi masalah air di dunia pertanian Gunungkidul,” kata Raharjo, Senin (25/05/2020).
Bak gayung bersambut, sarana irigasi ini oleh BPTP DIY ditindaklanjuti dengan pelaksanaan demplot peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 2 Padi di musim tanam kedua tahun 2020. Untuk tahapan pertama, pemerintah mendampingi gerakan tanam padi seluas 3,4 hektar yang telah dilakukan pada tanggal 14 April 2020 dengan varietas padi Inpari 33, Inpari 42, dan Inpari 43.
“Saat ini teknologi untuk pertanian juga terus diperhatikan. Selain upaya dam dan parit serta meningkatkan IP, juga ada menerapkan teknologi tanam jajar legowo 2:1, dan penerapan tanam 2 bibit per lubang. Ini kan juga teknologi,” beber dia.







Teknologi untuk benih sendiri dilakukan untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit. Teknologi spesifik lokalita sistem culik diterapkan untuk mengejar sisa curah hujan. Metode ini adalah dengan membuat persemaian secara bersama sekitar 10 hari sebelum panen padi musim tanam pertama.
“Dalam monitoring juga dilakukan bersama peneliti BPTP DIY tadi kita monitoring demplot di Playen dan Ponjong,” ungkap dia.
Untuk di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, dari monitoring yang dilakukan menunjukan antusiasme tinggi dari para petani dengan kegiatan demplot peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 2 Padi. Irigasi sumur dalam milik petani dengan debit 40 liter per detik digunakan sebagai tambahan sarana pendukung jika curah hujan tidak mencukupi bagi pengairan tanaman padi.
Terpisah Kepala DPP, Bambang Wisnu Broto menjelaskan, peningkatan indeks pertanaman (IP) 2 Padi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Gunungkidul. Pihaknya sangat berterima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan BPTP DIY dalam penerapan teknologi baru yang bisa meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman padi dan peningkatan pendapatan petani. Sehingga ke depan, para petani punya pilihan-pilihan teknologi yang bisa dikerjakan untuk usaha tani, juga mengurangi resiko bencana kekeringan khususnya tanaman padi dengan keterbatasan alam yang ada di Gunungkidul.
“Kita berharap nantinya pertanian di Gunungkidul semakin maju dan petani juga semakin sejahtera,” tutupnya.