Budaya
Padukuhan Jelok Jadi Gudangnya Bangunan Limasan Jawa






Semanu,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Limasan merupakan salah satu jenis bangunan rumah asli Jawa. Di Gunungkidul, rumah berbentuk limasan kuno sudah jarang ditemui. Meskipun ada tak jarang sudah dipadu padankan dengan bentuk modern. Ternyata ada filosofi tersendiri terkait dengan limasan ini.
Berkunjung ke Padukuhan Jelok, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu banyak ditemukan rumah berbentuk limasan. Namun beberapa diantaranya sudah dipadu padankan dengan bangunan rumah modern, yaitu dinding bertembok semen.
Salah seorang tokoh di Jelok, Winarno mengatakan, di wilayahnya memang masih banyak ditemukan rumah limasan. Mayoritas bangunan tersebut merupakan warisan dari orang tua mereka. Ia bercerita mengenai rumah limasan ini ada filosofinya, dimana mereka yang memiliki rumah limasan menandakan orang yang hidupnya berkecukupan.
Menurutnya, limasan menjadi tolok ukur kehidupan masyarakat setempat. Masyarakat terdahulu belum begitu luas pengetahuannya, sehingga untuk tingkatan kehidupan dilihat dari rumah yang dimiliki.
“Jaman dulu kan banyak yang melihat orang dari rumah. Jadi tingkatannya rumah Kampung, Limasan, kemudian Joglo untuk orang yang mampu. Dulu banyak yang rumahnya jenis Kampung, kemudian mereka beralih ke Limasan,” kata Winarno.







Ia mencontohkan rumah limasan yang ia huni sekarang berusia puluhan tahun, yaitu sejak 1951 lalu. Dimana sudah ada 3 generasi yang tinggal di rumah tersebut. Selain sebagai tempat tinggal, limasan juga sebagai tempat penyimpanan hasil petanian.
Lebih lanjut ia mengatakan, rumah limasan terdiri dari 2 bagian yang secara menyeluruh terbuat dari kayu jati. Bangunan ini memiliki tiang atau soko sebanyak 8 buah, pintunya ada 1 pintu utama, dan 2 tablekan serta jendela.
Di lingkungannya sendiri masih banyak rumah berbentuk limasan. Baik yang asli maupun sebagian sudah dipadu padankan dengan material semen dan cor.
Sementara itu, Lurah Pacarejo, Suhadi mengatakan di wilayahnya memang masih banyak ditemui rumah berbentuk limasan. Kendati demikian, usianya masih muda belum termasuk kuno layaknya di daerah-daerah lain. Hal ini menurutnya menjadi aset tersendiri bagi masyarakat Jelok karena limasan memiliki filosofi dan keunikan tersendiri.
Bahkan tak jarang sekarang juga banyak dicari oleh kalangan tertentu. Bangunannya kokoh dan cukup luas, sehingga untuk berkumpul keluarga besar bisa menampung banyak orang.
“Iya kalau di Jelok masih banyak ditemui rumah limasan,” ucap Suhadi.